Dev menggenggam tangan Ralaya erat. Menelusupkan jemarinya yang besar disela-sela jemari gadisnya yang mungil.
Dev hanya mengenakan kaos putih polos dengan bawahan denim dan sepatu sedangkan gadisnya mengenakan dress pendek selutut berwarna baby blue dan flatshoes.
Keduanya tengah masuk kedalam mall, bahkan ini belum sampai tengah hari.
Sengaja, karena mereka akan berburu sesuatu. Tak lupa Rio pun juga ikut dan mereka sudah membuat janji disini.
“Kamu dulu atau aku dulu?” tanya Ralaya pada Dev yang berjalan disampingnya.
“Kamu dulu, entar barangnya kehabisan terus ngerengek nangis minta—”
“Ssstt diem!” potong Ralaya cepat lalu dia mulai melangkahkan kakinya menuju tempat tujuannya dan menarik tangan Dev agar berjalan lebih cepat.
Setelah sampai di tempat tujuannya, mata Ralaya berbinar, besar gemerlapan, bersinar antusias kala menemukan tempat yang berisi barang favoritnya berbanding terbalik dengan Dev yang hanya meringis karena bahkan di jam-jam seperti ini ternyata sudah banyak orang yang berburu seperti gadisnya.
“Ayo masuk!” kata Ralaya dengan tatapan yang berbinar dan tersenyum cerah menuju Toon World.
Dia pun melangkahkan kakinya masuk, masih menggenggam tangan gadisnya, takut hilang terseret beberapa pengunjung yang padahal hanya didominasi anak-anak dan ibu-ibu.
Iris hitam Ralaya terus menjelajah melihat barang-barang sekitarnya. Binar itu masih ada, sangat jelas terlihat. Dev sampai sangsi kalau sepertinya mata gadisnya tidak berkedip karena sibuk melihat barang-barang sekitarnya.
Tapi entah kenapa malah pemandangan itu membuat Dev tersenyum tipis, Ralaya-nya seperti bocah umur lima tahun saat dihadapkan dengan hal-hal kesukaannya.
Menggemaskan.
“Tumblr-nya lucu!” kata gadis itu sambil menunjukan barang tersebut berhiaskan gambar Pororo dan Toby yang tengah tersenyum. “Tapi yang ini lebih lucu, Pororo-nya lagi naik pesawat!”
“Tapi—”
“Wait—kayaknya aku gak beli tumblr, ini lebih lucu!” kata gadis itu lalu mencoba penutup kepala terbuat dari kain atau entah apa nama bahannya yang jelas, itu seperti helm terbang Pororo berwarna kuning. “Lucu, gak?”
Dev tersenyum geli sambil mengangguk. “Lucu. Ambil aja.”
Ralaya pun memasukannya ke dalam tas plastik bening yang Dev bawa.
Dia lalu kembali berkeliling, tetap antusias meski tak jarang tubuh mungilnya terhimpit oleh orang-orang di sekitar.
Serba-serbi Pororo dia beli. Mulai dari beberapa gantungan kunci, sandal rumahan hingga puzzle.
“Mana yang lebih lucu, kiri atau kanan?” tanya gadis itu menunjukan kedua boneka Pororo di tangannya.
Dev menaikkan sebelah alisnya. “Aku pikir sama aja.”
Kepala Ralaya menggeleng pelan. “Nope. Yang kanan bisa bunyi tapi yang kiri enggak.” Mata Ralaya masih berbinar, senyum cerahnya masih disana, menunggu jawaban yang Dev akan berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ralaya ✔
Novela JuvenilAku yang sedang frustasi saat ini hanya duduk bersandar di sudut ruangan. Air mata sialan ini terus saja mengganggu pandanganku. Tangan kanan-ku memegang sebuah cutter yang selama beberapa bulan ini telah menjadi teman setiaku. Dengan yakin, aku mul...