Bab 45

18K 802 114
                                    

“Di awali dari masa remaja, kelas satu SMP. Dev harus melihat keadaan paling mengerikan disepanjang hidupnya dengan melihat sang mama yang menjadi korban tabrak lari. Ingatannya masih kuat karena dia mengingat jelas semuanya. Mulai dari dia yang sedang menunggu di teras lalu mendengar suara debuman yang keras hingga teriakan histeris dari tetangga yang panik. Dia mengingat bagaimana kondisi mamanya saat ditemukan dengan luka fisik yang parah dan darah dimana-dimana. Dia bahkan masih mengingat baju yang mamanya pakai.”

“Dev beranggapan kalau itu adalah salahnya. Mungkin jika dia tak minta diantar ke sebuah mall, mamanya pasti takkan jadi korban tabrak lari lalu meninggal. Dev juga marah pada takdir. Dia kecewa pada Tuhan-Nya. Setelah saya lihat, Dev juga mempunyai masalah dengan cara pengelolaan emosi. Dia tidak stabil.”

Dev mencoba memperbaiki dirinya sendiri sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis bernama Ralaya dan mulai menjalin hubungan. Dia menjaga gadis itu dengan baik. Dev bilang kalau gadis itu jadi sumber kewarasannya. Sepertinya Ralaya ini sangat berpengaruh pada mental dan suasana hatinya. Dia bilang kalau dirinya pernah mendorong seseorang ke jalan raya, pernah menginjak leher seseorang hingga hampir mati dan berkelahi dengan seseorang lainnya hingga kaki orang tersebut patah. Dev melakukan itu karena mereka bertiga sudah melakukan hal yang jahat pada Ralaya. Tapi kini seseorang dengan kaki yang patah itu sudah meninggal akibat kecelakaan.”

“Faktanya, gadis itu juga ada di dalam sana dan ikut terlibat kecelakaan. Dev juga melihat dan mengingat kejadian itu dengan sangat jelas.

Beruntungnya, sosok Ralaya itu selamat meskipun keadaannya tengah kritis. Tapi lagi-lagi dia merasa kalau itu salahnya. Dia bilang, andai saja dia bisa mengendarai mobil lebih cepat lagi, dia pasti bisa menyelamatkan gadis itu.”

“Masalah Dev bukan hanya pada trauma masa lalunya saja, tapi kepribadiannya juga. Dia terlalu berusaha  jadi sempurna untuk Ralaya. Satu kesalahan yang Dev buat, bisa membuat dirinya sendiri kacau dan hancur.”

Dev punya masalah gangguan tidur dan rupanya dia juga sudah ketergantungan obat tidur, meskipun sesekali diselingi olahraga sebagai gantinya sampai tubuhnya lelah hingga akhirnya tidur. Selain itu, Dev bilang dia selalu bermimpi kalau mamanya datang dengan wajahnya yang berlumuran darah. Itu juga yang jadi salah satu alasan kenapa Dev tak suka tinggal di rumah karena itu akan membangkitkan kenangannya pada sang mama. Dev makin tersiksa karena kini dia suka memimpikan gadis itu dengan wajah penuh darah sambil menangis kesakitan.”

“Sejujurnya, mimpi yang Dev lihat bukan sekedar bunga tidur, melainkan kenangan yang tersimpan dalam hati dan pikiran lalu terbawa hingga ke alam bawah sadar.”

“Sebenarnya rasa trauma itu normal bagi setiap orang. Meskipun awalnya begitu mengganggu hingga sulit melakukan kegiatan sehari-hari, perasaan tidak nyaman tersebut akan berkurang seiring berjalannya waktu dan akhirnya menghilang. Tetapi untuk kasus Dev, perasaan itu tidak juga hilang dan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun sejak kepergian mamanya dan kecelakaan yang menimpa gadis itu jadi pemicu baru sehingga kini Dev mengalami PTSD atau Post-Traumatic Syndrome Disorder.”

Pria paruh baya itu hanya bisa menghembuskan napas lelah lalu menatap Dev yang duduk disampingnya.

Puteranya memang tampak berbeda.
Bukan merujuk pada hal baik, melainkan sebaliknya.

Dia pun kaget saat hampir tengah malam ada seseorang yang memencet bel rumah berkali-kali dan setelah dia lihat ternyata itu Dev dan Rio.

Harusnya dia senang karena Dev datang ke rumah tanpa diminta tapi saat itu, puteranya sangat kacau ditambah tengah mabuk berat.

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang