Hampir seharian menjalani aktifitas kampus benar-benar membuatnya penat.
Beberapa tugas, presentasi dan angka-angka itu begitu membuatnya pening.
Aktifitas itu terus berlanjut dari pukul sembilan pagi sampai pukul lima sore.
Ternyata semakin mendekati tingkat akhir, semakin gila juga aktifitasnya di kampus. Beruntunglah Angel tidak mengikuti organisasi-organisasi di kampusnya.
Bibir yang dipolesi lipstick itu sesekali menggeram kesal, membicarakan semua kepenatan pada sang sahabat yang sedang duduk disebelahnya tengah menikmati makanan sembari bermain ponsel.
Suasana restoran yang cukup ramai tidak menghentikannya untuk mengeluh. Sampai pada akhirnya mata tajamnya menatap dua orang yang baru masuk kedalam restoran.
Matanya terkunci pada kedua sosok itu. Seorang wanita paruh baya dan seorang gadis. Terus mengawasi dari mereka masuk sampai keduanya berakhir duduk, sedikit jauh dari mejanya.
Merasa tidak lagi mendengar ocehan sang sahabat, Bella pun menatap Angel yang nampak menatap orang asing lamat-lamat.
Dia pun menyiku bahu Angel sampai gadis itu menoleh padanya.
“Udah beres ngebacotnya?”
Angel mencebik kesal. “Belom.”
“Yaudah lanjutin,” titah Bella sambil menyuapkan makanan kedalam mulutnya tapi bahkan setelah beberapa menit pun dia tidak mendengar ocehan Angel lagi. “Jidat mereka bisa bolong kalo lo liatin mereka terus.”
Ucapan itu sukses menyadarkan Angel. Dia tersenyum sinis lalu menatap kedua orang itu menggunakan sumpit yang ada di tangannya.
“Lo liat dua orang itu?”
Bella mengangguk. “Emak sama anaknya?”
“Hm, mereka,” jawab Angel asal tapi Bela mengernyit tak mengerti.
“Then?”
Bella rasa kedua orang itu biasa saja seperti pengunjung lain. Hanya pasangan ibu dan anak, tidak ada hal yang mencurigakan atau hal aneh pada kedua orang itu.
Secara penampilan pun, mereka tidaklah buruk. Sangat modis, berkelas.
Dari kejauhan pun Bella tahu brand apa yang ibu-ibu itu pakai. Juga gadis itu, meskipun berpakaian simple, tapi gadis itu terlihat cantik dan menarik.
“Dia—” tunjuk Angel dengan sumpitnya pada seorang wanita paruh baya. “Mantan nyonya Reytama, terus dia—” tunjuk Angel pada seorang gadis yang sedang bertopang dagu sambil memainkan ponselnya. “Anaknya Reytama.”
Bella mengangguk mengerti lalu mencoba kembali meneliti kedua orang itu.
Untuk ukuran seorang wanita paruh baya. Wanita itu masih cantik dan modis meskipun mempunyai seorang anak yang sudah duduk dibangku SMA.
“Terus lo gak mau kabur gitu?”
Dahi Angel mengernyit tak mengerti. “Maksud lo?”
“Karena lo udah ngerebut satu sosok di keluarga mereka,” kata Bella kelewat santai tapi dia tahu kalau Angel takkan marah karena itulah adanya.
Angel tersenyum kecut. “Nope.”
Tentu saja dia takkan pergi. Selain karena makanannya belum habis, juga dia yakin kalau sosoknya takkan ketahuan oleh mereka.
Pertama, karena suasana restoran cukup ramai.
Kedua, dia mengecat rambutnya menjadi brunette dan dia memakai kacamata. Penampilannya kini sedikit berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ralaya ✔
Teen FictionAku yang sedang frustasi saat ini hanya duduk bersandar di sudut ruangan. Air mata sialan ini terus saja mengganggu pandanganku. Tangan kanan-ku memegang sebuah cutter yang selama beberapa bulan ini telah menjadi teman setiaku. Dengan yakin, aku mul...