Lagi-lagi jam kosong.
Minggu ini guru-guru tengah sibuk mengadakan rapat, entah apa yang mereka rundingkan.
Seperti biasa, jam kosong ini benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh para murid. Terbukti dengan kelasnya yang sangat-sangat berisik seperti di pasar.
Di tembok belakang sana, yang ditutupi oleh jejeran kursi yang melingkar, beberapa murid cowok tengah bermain kartu. Makanya ditutupi karena mereka takut terciduk lagi oleh guru dan berakhir di ruang BK.
Tidak hanya itu, ada juga yang asik main gitaran, mabar sampe fangirl-an ala-ala koriya.
Ralaya sendiri memilih menyibukan diri dengan menonton youtube sambil memakan cemilan yang Namira bawa dari kantin.
Saat tengah seru-serunya, ada seseorang yang tiba-tiba melepas earphone yang dipakainya.
Ralaya mendengus kesal sambil menatap si pelaku tapi begitu tatapannya saling bertemu, nyali Ralaya tiba-tiba menciut, jantungnya berdegup dengan cepat.
"Hei, sayang. Long time no see," kata cowok itu sambil mengulas senyuman.
Ralaya bisa melihat kalau cowok itu akan mengusap rambutnya tapi dengan cepat Ralaya bergerak mundur. Enggan disentuh.
Cowok itu hanya tersenyum tipis. Mencoba bersikap biasa.
"Nih gue bawain sandwich sama susu kotak buat lo," kata cowok itu sambil meletakan kotak bekal dimejanya.
Disampingnya ada Tara yang sedang menggelengkan kepalanya. "Hadeuh bang Deri, gue kira lo ditelan bumi."
Deri tertawa geli. "Hahaha enggak lah. Gue gak mau Ralaya menderita karena terlalu lama nahan kangennya ke gue," kata Deri dengan tingkahnya yang percaya diri sambil menatap Ralaya. "Iya kan, sayang?"
"Yeu kagak usah sayang-sayangan lo pantat panci," maki Mia sambil memukul lengan Deri dengan penggaris besi. "Tumben, so ide banget ngasih Aya bekal."
"Awas aja kalo bang Deri ngasihin hal aneh ke sandwich-nya," kata Namira sambil menelisik
Cowok itu menggelengkan kepalanya. "Kagak lah," kata cowok itu. Sekali lagi Deri menatap Ralaya tapi cewek itu malah kembali merunduk memainkan ponselnya. Seolah tidak tertarik dengan kehadiran Deri.
"Nih, buat lo," kata cowok itu sambil meletakan sesuatu di meja Ralaya dan menurunkan ponsel Ralaya agar gadis itu bisa melihat dengan jelas hadiah apa yang dibawanya.
Ralaya hanya diam menatap bungkusan yang Deri berikan, tapi dengan cepat ketiga sahabatnya langsung menggeledahnya.
Ketiganya memekik kaget secara bersamaan.
"Shit! Hape keluaran terbaru?"
"Wah gila gila gila, gue bahkan ngadat minta dibeliin ini ke bokap."
"Aih, Nami juga nunggu hape kayak gini tapi bakal dibeliinnya bulan depan."
Deri tersenyum melihat ekspresi ketiga cewek ini. Kelewat excited tapi kenapa Deri tidak menemukan ekspresi itu pada wajah cantik Ralaya?
Apa dia tidak suka?
Apa hadiah yang Deri berikan kurang mahal?
"Aya, ini buat lo," kata cowok itu sambil menyodorkan hadiahnya. "Suka gak?"
Gadis itu hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau menerima apapun dari Deri.
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ralaya ✔
Teen FictionAku yang sedang frustasi saat ini hanya duduk bersandar di sudut ruangan. Air mata sialan ini terus saja mengganggu pandanganku. Tangan kanan-ku memegang sebuah cutter yang selama beberapa bulan ini telah menjadi teman setiaku. Dengan yakin, aku mul...