Bab 39

13K 622 61
                                    

“Hari ini panas banget, sial. Neraka lagi ngasih free trial kali, ya?” kata Rio sambil mengusap bulir keringat di pelipisnya dengan tisu.

Siang ini terasa panas sekali. Terlebih dia juga sehabis makan mie rebus yang pedas. Rasanya tubuh Rio akan terbakar.

Dia bahkan rasanya sudah menghabiskan dua gelas minuman dingin. Belum lagi dia sempat menyerobot minuman milik Dev dan Erik juga.

Tenggorokannya terasa gersang.

“Masih syukur cuma free trial, Yo. Udah dikasih full version mampus lo,” kata Dev sambil memasukan potongan es batu ke dalam mulutnya.

Niko pun entah kenapa mengikuti apa yang Dev lakukan yaitu nyemil es batu tapi berakhir dengan dia yang langsung memasukan es batunya kembali ke dalam gelas berisi jus jeruknya.

Wajah cowok itu nampak meringis karena merasakan ngilu di giginya.

“Lo ngapain sih bangsat? Itu cuma bisa dilakukan oleh profesional dan don't try this at home,” balas Erik dengan seenaknya.

“Tapi kan gue lagi di school, bukan di home, kampret!”

Erik terkekeh pelan. “Oke, don't try this at school berarti.”

Dev hanya bisa menatap mereka berdua dengan tatapan jengah. Terlalu malas untuk ikut bergabung dalam obrolan yang random seperti itu.

Lagi pula mengunyah es batu seperti ini tak pernah membuat giginya linu. Dev merasa baik-baik saja dengan kebiasaannya.

“Gue mesti usul nih biar kantin dipasang AC juga, jangan ngandelin angin doang,” gerutu Rio sambil mengambil gelas berisi es jeruk milik Niko lalu meminumnya.

Cih.

Tidak tahu saja dia kalau Niko sudah memuntahkan es batu yang ada di mulutnya kedalam gelas tadi.

Tapi beruntungnya Dev atau Erik hanya tersenyum jahat tanpa ada niat memberitahu Rio.

“Eh Yo, katanya DC mau nunda perilisan komiknya?” kata Niko dengan serius.

Rio pun mengangguk sebagai jawaban. “Iya, yang Batman : Three Jokers itu. Sialan gue kecewa banget.”

“Trus kapan rilis lagi? Makanya lo jangan mau jadi tim DC. Banyak mengecewakan,” kata Erik sambil tersenyum mengejek.

“Katanya sih bulan Agustus,” balas Rio dengan tidak berselera padahal dia ingin cepat mendapatkan komik itu.

Sedikit kesal karena awalnya akan terbitkan bulan Juni dan akan dijual di toko buku komik digital.

“Emang tentang apaan?”

“Kalo gak salah tentang orang-orang yang paling terpengaruh sama Joker di masa lalu. Batman, Batgirl sama Red hood.”

“Gak seru,” balas Dev singkat sambil kembali mengunyah es batu.

“Yeu sialan! Masalahnya tuh ini edisi terbatas, Dev. Gue mesti punya,” jelas Rio sambil menatap Dev. “Oh iya by the way komik DC klasik 'The New Teen Titans' dilelang di situs e-Bay. Kalo gak salah harganya 19,7 miliar.”

“Anjir duit segitu cuma dipake beli komik. Kalo gue punya duit segitu auto beli mobil baru, rumah—”

Dev tidak bisa fokus pada apa yang teman-temannya bicarakan. Bukan karena dia lebih suka Marvel daripada DC tapi karena ada sesuatu yang menarik indera pendengarannya.

Dia mencoba meyakinkannya dengan iris hazel yang berlarian menatap seisi kantin tapi tak menemukan apa yang dicarinya.

Sampai detik berikutnya dia menemukan seorang anak kecil perempuan yang digendong oleh ibu kantin. Bocah itu sedang memeluk boneka penguin.

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang