Dev menggenggam tangan Ralaya lalu keduanya mulai masuk kedalam Wonder Park.
Seperti biasa, tempat permainan ini dipenuhi oleh orangtua yang sedang mengasuh anaknya. Meskipun begitu, Ralaya lihat disini juga ada beberapa orang yang bahkan sepertinya seumuran dengannya.
“Dev, beli koinnya yang banyak,” pinta Ralaya sambil menampilkan cengiran khasnya.
“Anything for you,” balas Dev sambil ikut tersenyum. “Kamu duduk dulu disana, biar aku yang beli koinnya.”
Gadis itu pun hanya mengangguk dan menuruti ucapan Dev. Dia duduk di kursi panjang tak jauh dari tempat Dev membeli koin.
Ralaya selalu suka saat Dev mengajaknya kesini. Meskipun sudah berkali-kali, tapi dia tidak pernah bosan.
Dev selalu memanjakan Ralaya dengan membiarkan dirinya bermain game sampai puas sedangkan Dev sendiri terkadang hanya melihatnya bermain atau sekedar memegang tasnya saat Ralaya bermain Pump It Up.
Dia bahkan sempat berpikir, jika orangtua datang kesini untuk mengasuh anaknya, mungkin Dev datang kesini untuk mengasuh dirinya.
Dev adalah pacar yang baik, kan?
“Jadi, mau main apa dulu?” tanya Dev.
“Pengen ke mesin capit boneka,” kata Ralaya sambil menunjuk ke arah dimana mesin itu berada.
Tanpa menunggu lama, mereka berdua akhirnya kesana dan kini adalah giliran mereka bermain setelah tadi sempat menunggu.
“Aih susah,” keluh Ralaya sambil menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia yang tidak menyerah pun langsung mengambil koin lagi di saku jaket Dev dan dia kembali memainkan permainannya.
Meskipun isi bonekanya kecil-kecil tapi Ralaya sangat penasaran dengan mesin ini.
Bagaimana bisa dia masih saja kesusahan? Dia bahkan sering menghabiskan koinnya hanya untuk mesin ini.
Bukan hanya Ralaya saja, tapi dia juga sering melihat banyak sekali orang yang berusaha berhasil di mesin ini tapi mereka semua juga gagal.
“Ini pasti ada sesuatu di dalem mesinnya, Dev,” tebak Ralaya dengan rasa curiga. Dia merasa kesal dan jengkel sekarang. “Mesinnya curang nih, masa aku gagal terus?”
“Yaudah ganti aja permainannya, kita main balap mobil,” kata Dev mencoba meredam kekesalan Ralaya.
Gadisnya ini memang kerap kali mengeluh saat gagal di permainan ini. Mungkin itu karena rasa penasarannya yang terlalu besar.
“Bentar, Dev. Aku coba sekali lagi,” kata Ralaya lalu dengan cepat mengambil koin dari saku jaket Dev lagi.
Dengan pelan dan hati-hati, dia mulai menggunakan mesinnya sambil terus merafal doa agar dia berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ralaya ✔
Teen FictionAku yang sedang frustasi saat ini hanya duduk bersandar di sudut ruangan. Air mata sialan ini terus saja mengganggu pandanganku. Tangan kanan-ku memegang sebuah cutter yang selama beberapa bulan ini telah menjadi teman setiaku. Dengan yakin, aku mul...