Sudah beberapa hari ini, mood Ralaya kembali membaik setelah kejadian waktu itu. Gadisnya kembali seperti biasa.
Dia bahkan tidak menolak saat Dev mengajaknya pergi ke Wonder Park kemarin sore lalu dilanjutkan dengan menonton film di bioskop sampai malam hari.
Selama beberapa hari itu juga, Dev memakai waktu itu untuk healing bagi keduanya.
Rasanya juga sudah lama sekali mereka tidak menghabiskan quality time berdua.
Selama itu juga, Dev menuruti kemauan Ralaya, apapun itu.
Termasuk dengan rencana keduanya yang nanti malam akan melanjutkan quality time mereka berdua di drive-in theatre.Katanya Ralaya ingin menonton satu film lagi tapi dengan nuansa yang berbeda.
Ya, lagi pula itu bukanlah ide yang buruk. Dev suka drive-in theatre.
Saat dia tengah memesan tiket secara online, dia merasakan ada jari yang menusuk-nusuk pipinya.
Ah tentu saja itu ulah gadisnya. Mereka sedang bermalas-malasan di sofa. Dev tengah berada di rumah Ralaya sekarang ini.
Dia pun lalu menoleh ke samping dan langsung mendapati Ralaya yang tengah tersenyum sambil menunjukan ponselnya.
“Dev, liat!” seru gadis itu dengan antusias.
Dahi Dev mengernyit.
Itu adalah sebuah video youtube yang menampilkan seorang wanita yang tengah mereview makanan.
“Oreo X Supreme!” Mata gadis itu berbinar mendapati kolaborasi produk yang apik itu. “Satu bungkus isinya tiga biji, terus harganya 500 ribuan. Luar biadab sekali.”
Dev mengangguk lalu tersenyum tipis menanggapi gadisnya yang tampak takjub.
Kalau saja disini ada Rio, pasti mereka akan jadi duo yang heboh.
Rio akan jingkrak-jingkrak tidak jelas atau bahkan ikut memesan Oreo-nya.
“Satu bungkus Oreo harganya 500ribu, satu bungkus isinya tiga yang berarti harga satu bijinya 166 ribu. Satu biji Oreo bisa jadi cuma tiga kali gigitan yang berarti tiap satu kali gigit 55 ribuan.”
Ralaya terdiam beberapa saat menatap Dev dengan kagum lalu tersenyum cerah setelahnya.
“Keren! Jangan-jangan entar ada Kinder Joy X Gucci? Atau Kit-kat X Balenciaga?”
Dev tertawa membayangkan perkataan Ralaya tentang kombinasi dua produk itu di masa depan.
Rasanya konyol dan lucu sekali. Sangat menggelikan. Tapi siapa yang tahu, kan?
“Kaum Goriorio can't relate, Bub!” kata Dev di sela tawanya. “Tapi enakan biskuitnya doang gak sih?”
Gadis itu mengangguk. “Iya, kalo yang krimnya kayak kemanisan.”
Obrolan random mereka terhenti begitu saja. Ralaya kembali sibuk dengan youtube-nya.
Belakangan ini dia tengah menyukai video berbau makanan. Entah itu review makanan, streetfood khas negara lain atau mukbang.
Dev pun kembali sibuk dengan ponselnya untuk memesan tiket online drive-in theatre yang sempat tertunda.
Setelah selesai, dia beralih ke menu kontak.
Ada seseorang yang ingin sekali Dev hubungi semenjak beberapa hari ini. Tangannya bahkan terasa sudah gatal ingin memanggil kontak itu tapi selalu dia urungkan.
Bahkan saat Dev meminta kontak beliau, Dev harus bertanya kesana-kemari dari beberapa orang yang dia kenal.
Jemarinya terhenti di nama kontak itu lalu iris hazelnya menatap Ralaya yang masih asyik dan fokus menatap layar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ralaya ✔
Teen FictionAku yang sedang frustasi saat ini hanya duduk bersandar di sudut ruangan. Air mata sialan ini terus saja mengganggu pandanganku. Tangan kanan-ku memegang sebuah cutter yang selama beberapa bulan ini telah menjadi teman setiaku. Dengan yakin, aku mul...