Bab 14

19.3K 658 105
                                    

Iris teduh Dev menatap gadisnya yang kini tengah berbaring disampingnya. Dia melihat gadisnya yang sedang menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, jari mungilnya saling bertautan. Tangan Dev yang bebas mengusap surai hitam Ralaya dengan sayang.

Gadisnya menoleh dan tersenyum tipis kearahnya. Dev balik tersenyum hangat. Dia tahu pasti gadisnya tengah sibuk memikirkan sesuatu hingga mengganggu pikirannya.

Dev memiringkan tubuhnya, hingga kini dia dapat melihat Ralaya semakin jelas. Kedua matanya masih sembab.

Meskipun dirinya tidak terang-terangan ikut menangis, jauh dilubuk hatinya Dev ikut terluka.

Gemas, dia pun mengecup pelipis Ralaya dan memeluknya dari samping.

“Sebutin tiga hal yang kamu cintai di dunia ini,” kata Dev lembut.

Dahi gadis berpiyama itu mengernyit. “Kenapa tiba-tiba?”

“Jawab aja.”

Ralaya mendengus geli mendengar pertanyaan random Dev. Dia ikut memiringkan tubuhnya seperti Dev, balas memeluknya dari samping.

Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagu sembari berpikir.

“Dev ... cokelat,” Ralaya menjeda ucapannya sejenak. Haruskah dia menyebutkan cutter? “sahabat.”

Dari sini Dev bisa paham, gadisnya bahkan tidak menyertakan orangtuanya dan—

“Kenapa kamu gak nyebutin diri kamu sendiri?”

Gadis dihadapannya termenung sejenak. Menyebutkan diri sendiri? Mencintai diri sendiri?

Itu sama sekali tidak terpikirkan dan lidahnya terlalu kelu untuk menjawab. Alih-alih mencintai diri sendiri, justru Ralaya cenderung menyakiti dirinya sendiri.

Lengannya penuh luka sayatan cutter dan terakhir dengan pecahan kaca.

“Kalo aku minta kamu sebutin semua hal yang kamu cintai, butuh waktu berapa lama biar kamu sebutin diri kamu sendiri?”

Hening.

Ralaya hanya bisa diam, dia menggenggam erat ujung kaos Dev.

Please love yourself,” kata Dev lembut sambil tersenyum hangat.

Tatapan teduh itu entah kenapa membuat mata bulat gadisnya berkaca-kaca.

Dev mengusap air mata gadisnya.
Do you love me?”

Ralaya mengangguk sebagai jawaban tapi kedua matanya enggan menatap Dev.

Cowok itu sedikit mengangkat dagu gadisnya, memintanya agar tetap menatap Dev. Dia ingin menatap iris legam Ralaya, dia ingin tenggelam dibalik hitam pekat iris gadisnya.

How can you love me if you don't love yourself?”

Ralaya mengedipkan matanya, tidak kuat menahan genangan air mata dikelopak matanya. “I love you, Dev.” Merasa tangisnya akan semakin pecah, Ralaya memeluk tubuh Dev erat, membenamkan wajahnya disana, menangis sepuasnya tanpa takut Dev akan melihatnya.
I love you cause you can love me when i can't even love myself.”

Dev kembali diam, membiarkan gadisnya menangis dipelukannya. Mengeluarkan semua beban yang mungkin selama ini menghimpitnya.

Beberapa kali dia mengecup puncak kepala gadisnya dengan lembut. Memeluk gadisnya erat, lebih hangat.

Setelah beberapa saat dan hanya mulai terdengar isakan kecil, Ralaya melonggarkan pelukannya. Menatap Dev dengan yakin.

“Kayaknya ada sesuatu yang salah sama aku, Dev.”

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang