Dev duduk dibalik kemudi dengan perasaan yang serba salah.
Dia menyetir dengan satu tangannya sementara satu tangannya lagi mengurut keningnya, menyandarkan sikunya pada kaca mobil disampingnya.
Pikirannya tertuju pada kejadian semalam.
Sialnya, ini semua gara-gara Deri.
Dev yakin pasti Deri masih mempunyai beberapa foto lainnya, tidak sebatas wajah dan leher Ralaya saja.
Dev tidak suka gadisnya diperlakukan seperti itu. Dev tidak suka Ralaya-nya dilecehkan disaat dia yang menjaga gadis itu mati-matian.
Dev menarik napas dan menghembuskan agar sedikit rileks. Dia saat ini tengah diperjalanan, jangan sampai gara-gara memikirkan kelakuan bangsatnya Deri, membuat nyawanya dan Rio jadi taruhan.
Mobilnya melaju dengan kecepatan sedang, membuat Rio yang duduk disebelahnya anteng bermain game online di ponselnya. Tipe-tipe anak no life.
Hidup Rio sepertinya didikasikan untuk game.
“Tumbenan lo ngijinin gue nebeng.”
“Miris liat muka lo, gue jadi kasian,” balas Dev dengan santai.
Rio menatap Dev dengan kesal. “Anjing memang. Kalo mobil gue gak di rawat di bengkel gue juga ogah nebengin mobil lo.”
“Bersyukur bangsat, masih mending gue anterin pulang.”
“Gausah tsundere gitu lah, njing. Bilang aja kalo lo care sama gue, ya kan daddy?” kata Rio sambil memasang wajah yang dibuat se-menggoda mungkin dan tak lupa kedipan matanya yang nakal. Melihat Dev yang malah mendelik kesal, Rio pun hanya balas tertawa. “Napa lo? Berantem sama adek gue?”
Dev hanya mengernyitkan dahinya. Tebakan Rio benar-benar tepat sasaran.
“Kenapa lo bisa berpikir kayak gitu?”
“Karena harusnya sekarang lo jemput adek gue pulang, njing. Lo kan udah kayak supirnya dia—eh enggak, lo juga merangkap jadi babysitter-nya sih.”
Dev hanya tersenyum tipis.
Memang seharusnya saat ini dia dan Ralaya sedang dalam perjalanan pulang, tapi gadis itu menolak dan berkata kalau dia akan pulang bersama Mia.
Untuk memastikan, Dev pun menghubungi Mia dan cewek itu bilang kalau dia yang akan mengantar Ralaya pulang.
Dev juga bingung dia masih bertengkar atau tidak, sebab saat mereka bertukar chat pun, gadisnya masih bersikap biasa. Tidak menunjukan kalau dirinya masih marah atau kesal. Tapi kenapa saat Dev berkata dia akan segera menjemputnya untuk pulang bersama, gadis itu malah menolaknya?
Bahkan saat berangkat sekolah pun Ralaya bilang dia akan berangkat dengan ojek online.
Dev jelas tidak suka dan bilang akan segera sampai dirumah gadis itu dalam lima menit, tapi Ralaya keukeuh bilang kalau dia sudah memesan dan tidak tega untuk membatalkan pesanannya.
“Serah lo aja deh. Tapi gue emang suka kalo dia bergantung sama gue.”
“Kok?”
“Gue seneng aja, itu artinya dia selalu ngebutuhin gue dalam hal apapun.”
Rio mengangguk mengerti, menutup game di ponselnya dan menaruh ponselnya di saku.
Dia menyandarkan punggungnya ke jok, menaruh kedua telapak tangannya dibelakang kepala. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan.
Rio tersenyum tipis, membuat Dev mengernyit karena aneh melihat Rio.
“Bagus deh, gue jadi lega dengernya. Berarti keputusan gue dulu gak salah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ralaya ✔
Teen FictionAku yang sedang frustasi saat ini hanya duduk bersandar di sudut ruangan. Air mata sialan ini terus saja mengganggu pandanganku. Tangan kanan-ku memegang sebuah cutter yang selama beberapa bulan ini telah menjadi teman setiaku. Dengan yakin, aku mul...