Seokjin tengah menikmati waktunya di sebuah cafe di kawasan Myeongdong, dengan earphone di telinganya. Matanya pun tak lepas dari majalah yang tengah ia baca, sesekali menyesap latte yang mungkin sudah mulai dingin. Seokjin mengangkat kepalanya dan memandang ke sekeliling cafe, berharap sosok yang tengah ditunggunya segera tiba.
Benar saja, tak lama kemudian terdengar suara lonceng pintu berbunyi. Seokjin dengan jelas dapat melihat wajah gadis yang sedari tadi ia tunggu. Wajah yang selama dua minggu ini ia rindukan.
Ya, sudah dua minggu setelah kejadian di Namsan Tower, Jisoo tak pernah sekalipun menghubunginya. Bahkan saat di kampus pun, gadis itu terlihat menghindarinya. Seokjin tahu betul, pasti Jisoo sangat marah padanya.
"Hai, Hwang Jisoo." Terlihat Yoongi menyapa dengan senyuman terbaiknya.
"Eoh? Hai." Sedetik kemudian ia melayangkan tatapan tajamnya pada Seokjin, menuntut penjelasan dari pria itu tentang apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Selamat menikmati kencanmu dengannya Jisoo-ya," bisiknya. Seketika Jisoo terbelalak mendengar bisikan Seokjin.
"YA, YOON SEOKJIN!" Jisoo memekik cukup keras dan berhasil membuat perhatian semua orang tertuju pada mereka bertiga.
"Apa semua baik-baik saja?" tanya Yoongi yang terlihat terkejut.
"Aku baik-baik saja, dan apa bisa kau menunggu sebentar karena aku ingin bicara berdua dengan Seokjin," ujarnya.
Tanpa menunggu persetujuan Yoongi, langsung saja ia menyeret Seokjin. Menjaga jarak agar Yoongi tidak dapat mendengar percakapan mereka. Sedangkan Seokjin hanya pasrah mengikuti ajakan Jisoo.
"Ya! Apa maksudnya semua ini?" tanya Jisoo tidak sabar.
"Aku sedang mengatur kencanmu dengan Yoongi, Jisoo-ya. Percayalah padaku, dia pria yang sangat baik," jelasnya yang disusul dengan dengusan Jisoo.
"Memangnya siapa kau berani mengatur kencanku dengan pria itu? Tidak tahukah kau siapa orang yang ku sukai?" sentaknya pada Seokjin.
Seokjin mengarahkan tangannya memegang kedua lengan Jisoo. Lantas, menatap matanya dalam. "Kumohon mengertilah, kau pantas mendapatkan pria yang lebih baik dariku, Jisoo-ya."
Namun Jisoo sudah terlanjur sakit. Hatinya hancur karena Seokjin.
Bagaimana tidak? Bayangkan saja jika pria yang ia suka, secara terang-terangan mengenalkan pada pria lain, dan menjodohkannya. Bukankah sama saja seperti ia menolak secara halus?
Tanpa Seokjin sadari setetes air mata meluncur di pipi Jisoo. Gadis itu pun dengan cepat mengusapnya dengan kasar. Lantas, menepis kedua tangan Seokjin yang tengah memegangnya.
"Kau tidak perlu merepotkan dirimu dengan mencarikanku jodoh seperti ini, cukup katakan saja kau tidak menyukaiku, Yoon Seokjin!" Dengan sengaja ia menekan ucapannya saat menyebut nama Seokjin.
Detik berikutnya ia langsung saja melenggang pergi, meninggalkan Seokjin yang masih mencoba mencerna perkataan Jisoo. Haruskah ia mengejar Jisoo? Namun, ia sendiri tak tahu harus berbuat apa pada gadis itu. Dan tanpa sadar air mata pun menetes mengalir di pipinya.
Maafkan aku Jisoo-ya, aku melakukan semua ini demi kebaikanmu. Aku mencintaimu sungguh. Tapi aku sadar siapa diriku. Aku tidak pantas untukmu.
Jisoo pun segera melangkahkan kakinya menuju tempat Seokjin duduk sekarang. Seokjin bisa melihat gurat sedih di wajahnya. Meski begitu, tak bisa ia pungkiri jika Jisoo masih terlihat cantik. Tanpa sadar ia tersenyum karena akhirnya dapat melihat kembali wajah itu dari dekat setelah dua minggu berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ✓
FanfictionSebelumnya berjudul Am I Wrong Tanpa kalian ketahui, sesungguhnya akulah orang yang paling merasakan sakit disini - Kim Seokjin