Chapter 13

574 99 6
                                    

"Kemana saja kau selama ini? Kami sangat mengkhawatirkanmu."

Jaera hanya diam dan menatap pria berlesung pipi itu. Kini mereka sedang berada di sebuah café. Namjoon sengaja mengajak gadis itu bicara di tempat lain setelah meminta izin pada bibi Park.

"Apa kau bekerja di tempat itu?" Ia kembali bertanya.

Gadis itu mengangguk. "Ne, Oppa."

"Lalu dimana kau tinggal sekarang?"

"Aku tinggal dirumah bibi pemilik toko, beliau adalah ibu temanku," ujar Jaera menjelaskan.

Namjoon menghela napas lega mendengar penjelasan Jaera. Setidaknya ia masih mendapat tempat tinggal yang layak, dan penghasilan untuk bertahan hidup. Pria itu tidak bisa membayangkan jika Jaera tidak mendapat tempat tinggal dan terpaksa harus hidup di jalanan.

"Kenapa tidak pulang saja? Bukankah kau tahu, Seokjin memang seperti itu, hanya saja dia terlalu kalut karena keadaan Taehyung. Dia tidak benar-benar mengusirmu Jaera-ya."

Jaera menggelengkan kepalanya. "Aku bisa melihat kesungguhan di wajah Seokjin oppa, tidak mungkin dia hanya bercanda."

"Hey, dengarkan aku, pria itu sangat kesepian sekarang. Setelah kau pergi, Taehyung pun meninggalkannya sendirian. Sekarang ini, ia lebih banyak termenung di rumahnya, seperti mayat hidup. Kau tahu bagaimana dia sangat menyayangi Taehyung?"

Jaera tersenyum getir mendengar penjelasan Namjoon. Agaknya pria itu salah bicara. "Aku tahu, sangat tahu, Oppa. Hanya Taehyung yang dia butuhkan, jadi untuk apa aku kembali jika tidak ada yang menginginkanku di sana?"

Namjoon kembali menghela napas berat, ia pun bingung bagaimana cara untuk membujuk gadis itu. "Kumohon pulanglah, sebelum semuanya terlambat, Jaera-ya."


...


Seokjin menatap sendu ke arah foto keluarga yang tergantung di dinding kamarnya. Sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan senyum saat mengingat kenangan di mana mereka mengambil foto itu. Ia begitu merindukan saat berkumpul bersama dengan keluarga kecilnya. Dengan adik kecilnya, Yoon Taehyung, dan juga kedua orang tua yang menyayanginya tanpa batas.

Namun, semua kenangan indah itu hancur saat badai menerpa keluarganya. Andai waktu itu ayah tidak mengkhianati ibu, semuanya pasti tidak akan seperti ini.

Tanpa sadar air mata menetes dari sudut matanya. Pria ini benar-benar sangat rapuh di balik sikap dinginnya itu.

"Hey, ini sudah ku bawakan pesananmu," ujar Namjoon yang tiba-tiba memecah keheningan.

Dengan sigap Seokjin mengusap air mata yang mebasahi pipinya. Kemudian menoleh menatap Namjoon yang sudah menyilangkan tangan di dadanya dan tengah menatap ke arahnya.

"Kau menangis?"

Seokjin menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kenapa memangnya?"

Namjoon pun kini memilih duduk di samping pria itu dan mengulurkan cheese cake yang sangat diinginkannya. "Mana bisa kau membohongiku, kau pikir aku baru kemarin mengenalmu?"

Seokjin tertawa mendengar ucapan Namjoon. Memang benar, bukan sekali ini Namjoon menemukannya menangis saat menatap foto keluarga kecilnya itu. Sepertinya pria itu sudah hapal dengan kebiasaan seorang Yoon Seokjin.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Namjoon galak. Dan tentu saja dibuat-buat.

"Tidak apa-apa, kau mau?" tawarnya sambil mengulurkan cheese cake di tangannya.

Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang