"Jimin-ah, apa kau pernah berpikir jika suatu hari nanti kau akan dikhianati oleh seseorang yang sangat kau percaya?"
Jimin yang tengah duduk di samping Jaera pun menoleh. Pria itu bisa menebak kemana arah pembicaraan Jaera. "Eung, tentu saja tidak. Karena kita tidak bisa menebak isi pikiran seseorang, kan? Jika seandainya kita tahu bahwa orang itu nantinya akan mengkhianati kita, tentu saja kita tidak akan menaruh kepercayaan padanya sejak awal, bukankah begitu?"
Kini giliran Jaera mengangguk menyetujui apa yang Jimin katakan. Benar juga, jika ia tahu jika Jungkook ternyata bukan orang yang baik, mana mungkin ia mau berpacaran dengannya.
"Kau masih memikirkan Jungkook?" tanya Jimin.
Sontak saja Jaera menghela napas dan tersenyum. "Tentu saja tidak, lagipula untuk apa aku memikirkannya?"
Jimin tersenyum lebar, lega dengan jawaban Jaera. Ia cukup puas karena perlahan Jaera bisa melupakan Jungkook.
"Aku berharap bisa segera melihat lagi." Tiba-tiba saja Jimin dibuat tercengang dengan ucapan Jaera.
"Jangan sedih, Jaera-ya. Kau pasti akan segera dapat donor mata. Seokjin hyung pasti melakukan yang terbaik untukmu. Dan kalau kau mau, aku bisa menjadi matamu mulai saat ini," ucap Jimin pasti.
Jaera tersenyum. ia tidak menyangka jika Jimin adalah sosok yang sangat menyenangkan dan berhati malaikat. Andai saja Jungkook juga memiliki sifat yang sama seperti Jimin, mungkin ia tidak akan sekecewa ini.
Ia menghela napas berat saat pikirannya kembali mengingat Jungkook. Kenapa selalu Jungkook yang ada di pikirannya.
"Kau melamun?"
"Ah tidak. Terima kasih kau sudah banyak membantuku selama ini, aku tidak tahu bagaimana caranya aku membalas kebaikanmu, Jimin-ah."
"Aku tidak perlu balasan darimu, aku tulus melakukannya," ujar Jimin.
Yang aku inginkan suatu saat nanti kau akan menyadari jika aku mencintaimu dan kau bersedia membalas cintaku, Yoon Jaera.
...
"Ah, kalian sudah pulang?" tanya Taehyung saat melihat Jaera dan Jimin yang baru saja memasuki rumahnya.
"Apa kami terlalu lama?" Jaera berujar.
"Tidak juga, hanya saja aku sedang lapar, hehe..." ucap Taehyung dengan cengiran kotak khas miliknya.
Jimin yang mendengar hanya bisa memutar bola mata malas. "Kau menunggu kami hanya untuk mengatakan lapar? Astaga, Yoon Taehyung sadarkan dirimu."
"Ck! Bukan begitu, aku sudah membuat makanan special untuk Jaera," ujarnya sambil menuntun Jaera menuju dapur.
Jaera tertawa pelan mendengar ucapan Taehyung. Ia tidak pernah tahu sebelumnya jika Taehyung bisa memasak. Jangankan memasak, memasuki dapur saja hanya saat perutnya lapar.
"Kau benar-benar memasak untuk kami?"
"Hanya untuk Jaera, bukan untuk si pendek, Han Jimin," ujarnya mengejek Jimin. Sedangkan yang diejek hanya bisa menghela napas berat dengan sifat kekanakan Taehyung.
"Ya! Jimin sekarang teman kita, mana boleh kau seperti itu, Yoon Taehyung!" omel Jaera sehingga membuat Taehyung tertawa.
"Wae? Kenapa kau tertawa?"
"Aku juga tahu kalau si bantet ini teman kita, lagipula dia yang sudah membantumu saat kau menghilang dulu, jadi mana mungkin aku berbuat jahat padanya," ucapnya seraya mengambilkan makanan untuk Jaera dan Jimin. "Cha, duduklah Jim, kita makan bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ✓
FanfictionSebelumnya berjudul Am I Wrong Tanpa kalian ketahui, sesungguhnya akulah orang yang paling merasakan sakit disini - Kim Seokjin