Chapter 20

603 104 6
                                    

"Jaera-ya, ayo bangun, kau harus makan. Seokjin hyung juga belum makan sejak semalam. Nanti kalian bisa sakit," bujuk Taehyung yang sedari tadi sudah berdiri di samping ranjang Jaera. Namun, gadis itu masih tetap bertahan dengan posisinya saat ini.

Sejak semalam gadis itu memang sangat posesif pada Seokjin. Ia bersikeras ingin ditemani oleh kakaknya, dan alhasil Seokjin pun juga tak bisa lepas dari pelukan Jaera sampai saat ini.

Jaera menggelengkan kepalanya yang kini tengah ia benamkan di dada bidang milik Seokjin. Dan sudah sejak semalam pula Seokjin mendengar gadis itu terisak, hingga ia sendiri takut jika Jaera kesulitan bernapas. Tapi, tetap saja ia tidak mau menampakkan wajahnya.

"Jaera-ya, kau harus makan, lepaskan dulu Seokjin hyung, setelah makan nanti kau bisa memeluknya kembali, kalau perlu himpit saja, sampai tidak bisa bernapas juga tidak apa-apa," tukas Taehyung yang seketika mendapat tatapan maut dari Seokjin. Adiknya itu memang suka ngawur kalau bicara.

Detik berikutnya Seokjin dapat merasakan pelukan Jaera terasa longgar. Gadis itu pun kini menjauhkan dirinya dari Seokjin, lantas berbalik menyambar boneka beruang miliknya, dan berganti membenamkan wajahnya pada benda empuk itu.

Taehyung melongo, sedangkan Seokjin hanya bisa menghela napas melihat tingkah adiknya. Ia jelas sangat tahu jika gadis itu kini tengah kecewa sedalam-dalamnya pada Jungkook.

"Yoon Jaera, astaga," seru Taehyung.

Seokjin tersenyum, lantas mengusap lembut puncak kepala Jaera. "Oppa tidak akan memaksamu, kau boleh istirahat. Tapi, nanti jika tiba-tiba merasa lapar, kau bisa memanggil kami, oke?"

Tak ada jawaban dari Jaera. Seokjin pun bangkit dan segera menggiring Taehyung keluar dari kamar adiknya.

"Tapi, dia harus makan, Hyung," protes Taehyung.

"Sudah, biarkan saja dia menenangkan diri dulu, baru‒"

"Aku mau makan, Oppa," ucap Jaera sebelum Seokjin menyelesaikan kalimatnya. Sangat lirih namun masih bisa di dengar oleh kedua pemuda bermarga Yoon itu.

Seokjin pun kembali menghampiri Jaera dan duduk di tepi ranjang.

"Tapi, hanya berdua denganmu, tanpa Taehyung."

"Ah, baiklah kalau be‒ Apa?!" sontak saja Taehyung tercengang.

"Aku ingin bicara dengan oppa, hanya berdua."

Bahu Taehyung terkulai lemas lantas menyerahkan piring makanan Jaera pada Seokjin. Jujur saja ia sedikit kesepian akhir-akhir ini karena sejak hubungan Jaera dan kakaknya membaik, pria itu sering terabaikan oleh Jaera. Gadis itu lebih sering memilih dimanjakan oleh kakaknya. Membuat Taehyung cemburu.

"Baiklah, kau bisa bangun sendiri, kan?"

Jaera mengangguk, lantas memperbaiki posisinya dan menyandarkan punggungnya. Seokjin pun menyuapi gadis itu dengan sayang. Ia tidak memperdulikan cacing-cacing di dalam perutnya yang juga minta untuk segera diberi asupan. Baginya melihat Jaera makan dengan baik, ia sudah merasa kenyang.

Beberapa saat acara makan tersebut berlangsung hening. Tidak ada yang membuka suara.

Seokjin trenyuh menatap wajah pucat Jaera. Tangannya terulur untuk menyisir rambut Jaera yang berantakan dan menyelipkan ke belakang telinganya.

"Nah, kalau begini terlihat lebih cantik," pujinya.

"Dia pernah mencoba untuk memperkosaku," ujar Jaera datar. "Sebelum kecelakaan itu terjadi, Jungkook bersikap aneh dan memaksa mengantarkanku pulang secara tiba-tiba."

Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang