Chapter 25

589 96 9
                                    


"Aku tidak akan kemana-mana, Taehyung-ah..."

Sontak saja Taehyung mengangkat kepalanya dan menatap Seokjin yang kini sudah mebuka mata. Tanpa pikir panjang, ia segera menghambur memeluk kakaknya, sangat posesif.

"Kenapa kau menyembunyikan semua ini dariku? Kenapa kau tidak memberitahuku tentang penyakitmu, Hyung? Apa aku tidak bisa diandalkan?"

"Aku baik-baik saja, kau tenanglah, Yoon Taehyung," jawabnya lirih karena terhalang oleh masker oksigen.

"Kau menyembunyikan semuanya dariku dan sekarang kau bilang baik-baik saja saat kenyataannya kau sedang terbaring lemas di rumah sakit. Tidakkah kau tahu, seberapa besar penyesalanku saat ini? Aku merasa seperti adik durhaka yang tidak pernah mengerti keadaan kakaknya," tangis Taehyung pun kembali pecah, entah untuk yang keberapa kalinya.

"Aku hanya tidak ingin kau dan Jaera terlalu mengkhawatirkanku. Hanya itu, Taehyung-ah."

"Kau bilang hanya itu? Aku ini adikmu, apa aku tidak berhak tahu keadaan kakakku sendiri? Aku sudah dewasa, setidaknya jika kau memberitahuku, aku akan sedikit membantu menopang bebanmu. Bukankah itulah gunanya saudara?"

Seokjin tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi adiknya. "Baiklah maaf, kau mau memaafkanku, kan?"

Taehyung menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, aku sudah memaafkanmu sejak awal."

"Baguslah kalau begitu. Aku bisa tidur tenang jadinya."

"Ya! Jangan berbicara sembarangan, Hyung! Kau tidak akan kemana-mana," protesnya.

Seokjin mencoba menahan tawanya saat melihat perubahan raut wajah Taehyung yang menurutnya sangat menggemaskan. Tidak bisa membayangkan jika suatu saat nanti ia benar-benar tidak bisa melihat lagi wajah ceria dan menggemaskan adiknya. Ia juga tidak bisa membayangkan jika nantinya Taehyung kehilangan sisi cerianya karena Seokjin.

"Aku sangat menyayangimu lebih dari apapun, Yoon Taehyung" ucap Seokjin diiringi deraian air mata yang mulai membasahi pipinya.

"Jangan mengatakan apapun, aku tahu jika kau sangat menyayangiku. Jadi, kumohon jangan pergi," pintanya.

Sedangkan sang kakak hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menjawab permintaan adiknya. Karena sejujurnya ia juga tidak tahu kapan waktunya akan berakhir.

"Tolong katakan pada Jaera jika aku juga sangat menyayanginya. Dan maaf, jika di masa lalu aku pernah teramat menyakiti hatiya," lanjutnya.

"Tidak mau, katakan sendiri saja pada Jaera. Aku akan memberitahunya jika kau ada di sini," ucap Taehyung lantas segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jaera.

"Tidak-tidak, kau tidak boleh memberitahu Jaera tentang keadaanku." Seokjin pun panik saat Taehyung akan menekan tombol telepon di layar ponselnya.

Sedangkan Taehyung menatap Seokjin heran. "Kenapa tidak? Dia juga harus tahu keadaanmu."

"Aku tidak ingin membuatnya terlalu mengkhawatirkanku. Ditambah lagi dengan keadaannya sekarang ini," jawabnya yang sontak membuat Taehyung mengerutkan keningnya.

"Ah, benar juga. Kalau begitu kau tidak perlu khawatir hyung, aku yakin Jaera pasti tahu jika kau menyayanginya. Jaera pasti juga sangat menyayangimu, karena kaulah kakak terbaik yang pernah kami miliki."

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih karena kalian terlahir menjadi adikku," ucapnya lirih dan perlahan memejamkan matanya.

"Ya! Jangan menutup matamu, Seokjin hyung!" Taehyung kembali dibuat panik saat melihat Seokjin seperti itu.

Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang