Namjoon terus saja menatap Seokjin yang kembali terbaring dengan alat-alat yang terpasang di tubuhnya. Wajahnya pun sudah basah karena air mata. Ya, pria itu jelas menangis, menyesal karena telah meninggalkan Seokjin sendirian, sehingga sahabatnya harus kembali kehilangan kesadaran.
"Kondisi pasien sangat memperihatinkan. Organ vitalnya tidak merespon dengan baik. Jadi, untuk kedepannya ia tidak boleh meninggalkan ruangan ini dan harus tetap berbaring."
Penjelasan dokter serasa menohok kedua pria yang dengan setia menemani Seokjin.
"Baiklah. Terima kasih, Dokter," ucap Namgil mencoba untuk tetap tegar.
Sedangkan Namjoon? Jangan ditanya, air mata pria itu mengalir semakin deras.
"Semua ini karena aku meninggalkanmu, bagaimana kalau kita bertukar posisi saja, eoh? Biar aku saja yang merasakan sakitmu itu, Yoon Seokjin," ucap Namjoon disela-sela tangisnya.
"Kau pikir dengan bicara seperti itu ia akan senang? Sudahlah kau tidak perlu merasa bersalah, semuanya sudah kehendak Tuhan. Kita tidak bisa menentang kehendaknya, bukan?" hibur sang ayah.
Namun, bukannya tenang Namjoon malah menjadi murka. "Tuhan memang jahat, bisa-bisanya menghukum temanku seperti ini! Apa Kau begitu membencinya?"
"Ya! Lee Namjoon, jaga ucapanmu!"
"Lalu aku harus bagaimana? Kau pikir aku tahan melihat Seokjin terbaring lemah seperti itu?"
"Aku juga sedih, Namjoon-ah. Tapi apa dengan bersedih kondisi Seokjin bisa membaik? Tidak, kan? Jadi, sekarang lebih baik kau berdoa saja agar Seokjin mendapat mukjizat dari Tuhan."
Sontak saja ucapan Namgil mampu membuatnya diam. Benar juga, menyesal seperti ini sudah tidak ada gunanya. Dan lagi tidak bisa membuat Seokjin sembuh dari penyakitnya.
"Kurasa sudah waktunya kita memberitahu Taehyung tentang kondisi kakaknya, sebelum semuanya terlambat."
...
Taehyung mengerutkan keningnya saat membaca pesan yang dikirimkan Namjoon padanya. Ia heran karena tidak biasanya Namjoon akan mengirim pesan padanya.
'Datanglah kemari, ada yang ingin ku bicarakan denganmu. Aku akan mengirimkan alamatnya kepadamu.'
Tanpa rasa curiga, ia pun segera bersiap-siap untuk menemui Namjoon. Saat menuruni tangga, ia sudah melihat Jaera yang tengah disuapi oleh bibi Seo di dapur.
"Apa kau sangat kelaparan?" cetusnya yang sontak membuat Jaera cemberut.
"Bibi Seo, bisakah kau memukulkan Taehyung untukku? Ck! Dasar menyebalkan," gerutunya yang hanya mendapat senyum gemas dari bibi Han.
Sedangkan Taehyung malah tidak menggubris sama sekali. Dan kini ia dengan santainya melahap hidangan yang sudah disiapkan bibi Han untuknya.
Tiba-tiba saja Jaera mendekat dan mengendusnya.
"Ya! Apa yang kau lakukan, Yoon Jaera?" protes Taehyung.
"Kau mau pergi kemana? Kenapa harum sekali?" tanya Jaera penasaran.
"Ah itu, aku akan menemui Namjoon hyung. Dia bilang ada yang ingin dibicarakan denganku."
Jaera yang mendengar pun mengangguk mengerti.
"Kau jangan merindukanku, ya," godanya sambil mengacak gemas poni Jaera. Setelah itu ia segera melesat pergi sebelum mendengar ocehan gadis itu.
"Ya! Dasar Yoon Taehyung bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ✓
FanfictionSebelumnya berjudul Am I Wrong Tanpa kalian ketahui, sesungguhnya akulah orang yang paling merasakan sakit disini - Kim Seokjin