Chapter 10

623 105 17
                                    

"Arrgh! Bagaimana aku bisa menemukan Jaera?" Jungkook mengerang mengacak rambutnya frustasi.

Sudah beberapa hari ini Jungkook mencari cara agar bisa menemukan Jaera. Ia bahkan sudah menghubungi semua teman sekelas Jaera, namun tidak ada hasil sama sekali.

"Ah, baiklah aku akan kesana, apa kau ingin ku bawakan sesuatu, Jaera-ya?"

Jungkook mengangkat kepalanya saat mendengar suara seseorang menyebut nama Jaera. Ia pun mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan hanya menemukan Jimin tengah menelepon di belakangnya.

'Arraseo, ku tutup, ya...'

Jungkook mengernyit. Otaknya berpikir keras. Mungkinkah Jaera yang dimaksud Jimin di sini adalah Jaera yang sedang ia cari?

Tanpa sadar, kakinya sudah melangkah mengikuti Jimin. Entahlah, instingnya berkata dengan ini ia akan menemukan Jaera. Setelah 30 menit menempuh perjalanan dengan bis, ia pun diam-diam turun dan kembali mengikuti Jimin. Ia bahkan rela meninggalkan mobilnya di sekolah.

Kini ia bisa melihat Jimin memasuki sebuah toko roti.

"Untuk apa bocah itu kesana?" gumamnya.

Pemuda itu memutuskan menunggu agak jauh sampai Jimin keluar dari toko roti tersebut. 15 menit berlalu, namun Jimin tak kunjung keluar dari tempat itu.

"Sebenarnya sedang apa Jimin berlama-lama di tempat itu? Apa aku lihat saja, ya?"

Akhirnya Jungkook memutuskan untuk mendekat ke toko roti yang Jimin datangi. Ia memandang ke dalam tempat tersebut, menyisir setiap detailnya.

"Dimana anak itu?" gumamnya saat tidak menemukan pria yang tengah ia cari.

Pandangannya terhenti saat melihat gadis yang sedang berdiri di depan meja kasir. "Jaera-ya..."


...


"Ini pesanan anda, selamat menikmati," ujar Jaera pada salah satu pelanggan yang baru saja berbelanja di toko roti milik bibi Park.

Lengkungan senyum tak kunjung hilang dari bibirnya. Gadis ini benar-benar sangat menikmati pekerjaan barunya. Yah, meskipun ia harus meninggalkan sekolahnya. Bagi Jaera sekolah tidaklah penting saat ini. Toh, hidupnya juga sudah sangat berantakan sekarang. Lebih baik bekerja seperti ini.

Klining... klining...

"Selamat datang‒" Jaera pun menoleh ke arah pintu masuk saat mendengar lonceng berbunyi.

"Aigoo, ku kira tadi pelanggan yang datang," ujarnya saat melihat Han Jimin yang datang.

"Kau tertipu, ya?" Jimin hanya bisa terkekeh saat melihat wajah Jaera.

"Eung, tidak juga, wleee..." Kini giliran Jaera yang menjulurkan lidahnya untuk mengejek Jimin.

"Astaga, kau jadi seperti anak kecil kalau begitu. Aku ganti baju dulu, setelah ini aku akan menemanimu berjaga," pamitnya.

Kemudian ia beranjak meninggalkan Jaera setelah mendapat anggukan dari gadis itu.

Semenjak ada Jaera yang membantu ibunya di toko roti, Jimin menjadi sangat rajin. Ia tidak pernah sekalipun pulang terlambat dengan alasan akan membantu Jaera jika ia kesulitan di toko.

Sedangkan Jaera tidak mempermasalahkannya, karena menurutnya bekerja dengan Jimin juga sangat menyenangkan. Pemuda itu benar-benar punya cara tersendiri untuk mencairkan suasana. Jika bersama Jimin pasti ada saja hal yang membuatnya tersenyum.

Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang