Chapter 18

522 92 3
                                    

"Taehyung-ah­..."

Bugh!

"Akh!" Taehyung mengerang sembari mengusap keningnya yang baru saja mencium lantai.

Ya, pemuda itu baru saja terjun bebas dari atas ranjangnya. Ia tersentak karena mendengar teriakan melengking Jaera yang tengah memanggil namanya.

"Uri Taehyung-ie, apa kau belum bangun?"

Ia mengernyit heran saat suara Jaera terdengar semakin dekat. Karena penasaran, segera saja ia bangkit dan bergegas keluar kamarnya dengan mata yang masih mengantuk serta rambut acak-acakan khas bangun tidurnya.

Setelah berada di luar kamarnya, ia menatap gadis yang sedang berdiri di hadapannya dengan senyum lebar terlukis indah di bibirnya. Ingin sekali Taehyung menampar dirinya sendiri saat ini. Pasalnya gadis yang tengah berada di hadapannya adalah Jaera.

Ia sungguh tidak percaya setelah sekian lama gadis itu akhirnya mau menunjukkan senyumannya lagi.

"Ya, Yoon Jaera kaukah itu?" tanya Taehyung yang masih nampak kikuk.

Gadis yang ditanya hanya tersenyum, membuatnya semakin terlihat cantik. "Tentu saja, memangnya siapa yang kau harapkan, eoh?"

Sontak saja Taehyung dibuat ternganga tidak percaya. Jadi benar Jaera-nya sudah kembali seperti dulu? Gadis itu sudah tidak terpuruk lagi?

"Aku sedang bahagia hari ini, makanya aku memanggilmu."

Detik berikutnya Taehyung malah menyambar tubuh ramping Jaera ke dalam pelukannya, lantas mendekapnya dengan erat tanpa peduli gadis itu kesulitan bernapas atau tidak. Yang jelas saat ini Taehyung benar-benar merindukan Jaera yang seperti ini. Jaera yang cerewet dan Jaera yang murah senyum.

"Taukah kau, aku sangat merindukanmu yang seperti ini?"

"Ya, lepaskan pelukanmu, kau bisa membunuhku jika seperti ini, Yoon Taehyung!" protes Jaera yang dengan segera dilaksanakan oleh Taehyung.

"Tapi ngomong-ngomong apa yang membuatmu sangat bahagia?" pria itu kembali bertanya. Karena jujur saja ia belum mendapat jawaban yang pas untuk memuaskan rasa penasarannya.

"Rahasia!"

"Ya! Yoon Jaera!"


...


Waktu semakin malam, bahkan jarum pendek jam sudah menunjuk angka 12 dan Seokjin masih tetap terjaga dengan gadis yang sedang terlelap di pelukannya. Tanpa sadar senyum mengembang di bibirnya, kemudian dibelainya surai hitam milik Jaera.

Pria itu memang memutuskan untuk menemaninya tidur malam ini dan akhirnya Jaera yang terlelap dengan nyenyak di pelukannya.

"Oppa, kenapa kau belum tidur?"

Seokjin tersentak begitu mendengar suara Jaera. Ia pun menoleh dan menatap adiknya. "Apa aku membangunkanmu?"

Ia merasakan Jaera mengangguk.

"Sejak kapan? Ah, maaf karena mengganggu tidurmu."

"Sejak oppa membelai rambutku. Tapi, aku tidak keberatan," ucapnya.

Seokjin tersenyum, lantas membenarkan letak selimut Jaera. "Ah, kalau begitu tidurlah lagi, sekarang sudah malam."

"Eung, Oppa..."

Seokjin kembali menoleh menatap adiknya. "Apa kau membutuhkan sesuatu?"

Jaera menggeleng dengan cepat. "Terima kasih karena kau sudah menyelamatkanku waktu itu. Jika saat itu aku benar-benar terluka, sampai kapanpun aku tidak akan pernah merasakan kasih sayang darimu," ucapnya panjang lebar seraya mengeratkan pelukannya yang berhasil membuat Seokjin terperangah.

Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang