Chapter 3

771 132 7
                                    

Jaera bergegas menuruni tangga saat mendengar bel rumah mereka berbunyi. Ia mengintip lewat layar intercom untuk mengetahui siapa tamu yang berkunjung di hari Minggu pagi seperti ini.

"Ah, Namjoon oppa. Duduklah, aku akan memanggil Seokjin oppa," pamitnya.

Jaera melangkahkan kakinya menuju kamar Seokjin. "Oppa, apa kau sudah bangun?" Ia mengetuk pintu kamar kakaknya, namun tidak ada jawaban dari dalam. Apa orang itu masih tidur? Haruskah aku membangunkannya?

Dengan ragu ia membuka pintu kamar Seokjin. Perlahan ia memasuki kamar itu, dan tidak menemukan Seokjin di sana. Matanya menelisik setiap sudut kamar, dan pandangannya lantas terhenti pada bingkai besar yang tergantung di dinding, foto keluarga Yoon.

Ia tersenyum saat melihat wanita 37 tahunan yang duduk bersanding dengan pria 40 tahunan. Tentu saja Jaera sangat mengenali sosok itu. Mereka adalah ibu tiri dan ayahnya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada dua anak lelaki yang sedang duduk di karpet, dengan senyum merekah di bibir mereka. Salah satunya adalah Yoon Seokjin.

Tanpa sadar tangannya terarah untuk menyentuh wajah Seokjin kecil. Ia tersenyum. Menurutnya pria itu memiliki senyum yang sangat manis. Tapi sejak Jaera datang ke rumah ini sampai sekarang belum pernah sekalipun melihat kakaknya itu tersenyum seperti yang ada di foto tersebut.

"Kapankah aku bisa melihat senyum tulusmu padaku, Oppa?" gumamnya.

Dari dalam kamar Yoon Seokjin terbangun saat mendengar percakapan ayah dan ibunya dari arah ruang tamu. Ia merasa senang sekali ayahnya telah pulang dari tugasnya. Pasalnya sudah sebulan ini ia tidak bertemu dengan sang ayah.

Kemudian dengan segera ia menuruni tangga untuk menyapa ayahnya. Namun, setelah cukup dekat ia malah mendengar isakan, yang ia yakini adalah suara ibunya. Ia pun mengintip dari tangga.

"Tapi kita harus merawatnya, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain aku, Eunji-ya." Seokjin melihat sang ayah sedang memegang kedua pundak ibunya. "Coba pikirkan sisi baiknya, Taehyung pasti senang karena dapat teman yang seumuran dengannya."

Pria kecil itu mengernyit heran. Pandangannya tertuju pada balita yang sedang tertidur pulas di sofa. Siapa anak itu?

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku? Kenapa kau menusukku dari belakang seperti ini, Yoon Younghwan? Ternyata selama ini kau berhubungan dengan wanita lain secara diam-diam di belakangku? Dan bahkan anakmu sudah sebesar ini!" Isakan ibunya terdengar semakin parah.

Sedangkan Seokjin sudah membeku di tempat saat mendengar ucapan ibunya. Anak itu sudah cukup besar untuk memahami apa maksud ucapan ibunya.

"Ayah..." Kedua orang tuanya pun menoleh. Yoon Younghwan terkejut saat melihat putranya, begitu juga dengan Eunji yang kini menoleh menatap putra sulungnya.

"Seokjinie, kemarilah," titah Younghwan, lantas menggiring putra sulungnya untuk mendekat pada balita yang sedang tidur di sofa. "Namanya Yoon Jaera, dia adikmu, sama seperti Taehyung. Jadi, kau harus menjaganya juga, arraseo?" jelas Younghwan memberi pengertian.

Seokjin terdiam untuk beberapa saat. Detik berikutnya ia menggelengkan kepalanya. "Tapi, dia bukan adikku, dia bukan anak ibu."

"Yoon Seokjin! Sadarkan dirimu! Tidak seharusnya kau berkata seperti itu pada ayahmu!" sentak Younghwan tanpa sadar.

"Sudah cukup, Younghwan-ah! Kau tidak perlu membentak putraku juga." Dengan sigap Han Eunji mendekap putranya di dada, lantas menutup kedua telinga bocah itu. Air matanya mengalir semakin deras sudah tak bisa terbendung lagi.

Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang