"Syukurlah, proses transfusi darah berjalan dengan lancar dan tubuh pasien dapat menerimanya dengan baik. Kini kondisi pasien sudah berangsur membaik, hanya tinggal menunggu sadar," jelas sang dokter pada Seokjin.
Terlihat Taehyung akhirnya bisa bernapas lega mendengar kabar tersebut. Sejak tadi pria itu jelas sangat panik dan tidak bisa berhenti mondar-mandir di depan ruangan Jaera karena rasa khawatirnya pada gadis itu.
Seokjin sendiri juga sangat khawatir, namun ia sama sekali tidak menunjukannya pada siapapun termasuk Taehyung. Mungkin hanya Namjoon yang bisa membaca raut wajahnya.
"Terima kasih banyak, Dokter. Bisakah kami melihatnya?" Taehyung sangat antusias ingin segera melihat Jaera.
"Tentu saja, asal jangan sampai mengganggunya." pesan sang dokter.
Taehyung pun mengangguk, lantas segera melesat memasuki ruangan dimana Jaera dirawat.
"Kau tidak masuk juga?" ujar Namjoon lantas menyikut lengan Seokjin.
Seokjin pun menoleh, ia tersenyum kilas. "Aku ingin menemui Yoongi dulu, setidaknya aku harus berterimakasih padanya."
Tentu saja Seokjin harus berterimakasih pada malaikat yang sudah menyelamatkan nyawa adiknya.
Tunggu! Apa baru saja pria ini menganggap Jaera sebagai adiknya? Ya, karena orang itu tidak akan seterusnya jahat, setidaknya ia harus berperan sebagai kepala keluarga yang baik untuk kedua adiknya.
Tak lama kemudian ia bisa melihat Yoongi keluar dari salah satu ruangan sembari memegangi lengannya yang baru saja ditusuk jarum. Tentu Seokjin tahu betul bagaimana sakitnya, karena ia sendiri juga sering mengalaminya.
"Yoongi-ya, bagaimana keadaanmu?" sambut Seokjin pada pria manis itu.
Pria itu tersenyum, lantas mengajak Seokjin untuk duduk di salah satu bangku. "Aku baik tentu saja, jangan khawatir. Jadi, gadis itu adikmu?"
Seokjin menoleh menatap Yoongi yang kini juga tengah menatapnya. "Yah, begitulah,"
Jawaban Seokjin sontak membuat Yoongi mengernyit heran. Seokjin mengerti apa yang kini sedang Yoongi pikirkan lantas segera menceritakan pada pria itu. "Dia adikku, tapi beda ibu. Yah, ada sebuah kejadian yang kurasa kau sendiri bisa menebaknya."
Tidak ingin melanjutkan topik yang sekiranya bisa menyinggung Seokjin, Yoongi pun mengangguk tanda mengerti.
"Sekali lagi terima kasih banyak karena kau sudah bersedia menolong adikku. Entahlah aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi jika tidak ada kau tadi. Bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu, Yoongi-ya?"
Yang ditanya hanya tersenyum sambil menepuk pelan pundak Seokjin. "Ya! Memangnya aku menolong adikmu hanya karena ingin mendapat imbalan darimu? Sudah tidak perlu kau pikirkan. Anggap saja ini balasan karena kau sudah banyak membantu hubunganku dengan Jisoo. Kalau begitu aku pergi dulu, semoga adikmu segera sadar."
Entah kenapa hatinya tiba-tiba berdenyut saat Yoongi menyebutkan nama Jisoo. Agaknya pria ini kembali diingatkan akan posisinya yang tidak akan mungkin bisa mendapatkan gadis itu meskipun mereka berdua sama-sama saling mencintai. Memangnya pria penyakitan sepertiku ini bisa apa?
...
"Bagaimana ceritanya Jaera bisa seperti ini, Taehyung-ah?" Namjoon membuka suara.
Taehyung yang sedang mengusap lembut tangan Jaera pun menoleh menatap pria tinggi itu. "Aku juga tidak tahu, Hyung, apa sebaiknya kita bertanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ✓
FanfictionSebelumnya berjudul Am I Wrong Tanpa kalian ketahui, sesungguhnya akulah orang yang paling merasakan sakit disini - Kim Seokjin