"topi, dasi, sabuk udah belum? Di cek dulu, nanti ada yang tertinggal" ingat Alan. Se-pagi ini, Alan sudah menjemput Alkena untuk berangkat sekolah seperti pagi sebelumnya. Cowok itu sedang mengecek perlengkapan sekolah gadisnya karena hari ini hari senin.
Ya, hari ini adalah hari yang menyebalkan bagi Alkena Meisella. Hari senin, dimana hari awal. Hari yang panjang untuk mencapai ke hari minggu. Sedangkan, hari minggu hari yang pendek untuk menuju hari senin. Entah kenapa jika di hari senin, anak sekolah seumuran Alan banyak mengeluh, bagi mereka hari yang panjang untuk menuju weekend. Hingga menimbulkan rasa malas. Tidak semua murid, hanya sebagian. Jika semuanya, mau jadi apa bangsa, ini?
Jika diperbolehkan, Alan akan mengajukan usul untuk memindah upacara bendera di hari minggu. Dengan artian, tidak ada upacara bendera. Ayolah! Itu hanya persepsi ngawur Alan.
"udah lengkap kok, Kak. Tinggal berangkat aja, tadi aku udah masukin semuanya kedalem tas" ucap Alkena seraya berjalan kearah ruang makan untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya. Meninggalkan Alan yang masih menunggu di teras depan rumah minimalis milik keluarga Alkena.
"ayo berangkat, kak" ucap Alkena setelah berhasil menutup pintu rumahnya. Alan hanya mengangguk patuh, lalu menggandeng tangan Alkena menuju mobil sportnya yang mengkilap. Biasanya Alan jarang sekali membawa mobil ke sekolah, malah terkesan tidak pernah. Yah, dia mungkin tidak mau jika Alkena kepanasan di tengah jalan.
Alan memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Karena, jarak rumah Alkena dekat dengan sekolahannya. Jadi, membuat Alan lebih santai. Cowok itu menyalakan musik agar mengusir keheningan yang ada pada mereka berdua. Alan menoleh menatap gadisnya yang sedang memainkan ponsel hp nya.
"Jangan main hape mulu," ucap Alan sembari tangan kirinya mengelus rambut Alkena lembut. Sedangkan tangan kanannya sibuk memegang kemudi. Cowok itu sedikit tersenyum, iya hanya sedikit. Alkena tidak mengetahui jika alasan Alan tersenyum adalah dirinya.
Alkena menoleh pada Alan sembari mengernyitkan dahinya. Jika Alan sedang lembut seperti ini, sikap Alkena yang manjanya mengalahkan odading mang oleh. Kenapa menjadi odading mang oleh?
Ingin sekali ia bermanja-manja dengan pujaan hatinya ini. Namun rasa salah tingkahnya lebih besar. Layaknya remaja yang sedang di mabuk cinta. Alkena merasakan momen-momen manis bersama Alan. Seakan-akan dunia milik mereka berdua dan yang lainnya mengontrak.
Tapi entah kenapa hanya berdua di dalam mobil seperti ini membuat mereka merasa canggung. Ini membuat jantung Alkena kembali bersenam ria. Dag dig dug!
Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai sekolahan SMA 2 Banjarmasin. Cowok bertubuh atletis itu telah memasuki area sekolah, dengan menyapu pandangan didepannya guna mencari tempat parkir mobilnya.
"kak, aku duluan ya" ucap Alkena setelah berhasil turun dari mobil Alan. Merasa lega, karena sedari tadi dirinya berada di situasi yang cukup canggung. Dengan diiringi detak jantung yang tak karuan. Untung saja, Alan didalam mobil menghidupkan musik. Jika tidak, pasti terdengar detak jantungnya dengan begitu keras. Payah, memang!
"tunggu," cegah Alan seraya berlari kecil mengitari mobil untuk mendekat kearah Alkena. Tangannya terulur untuk membenarkan tatanan rambut Alkena yang dihiasi bando pita polos berwarna putih. Bertambah lucunya gadisnya ini.
"kok bisa jadi gini sih, bandonya warna putih?" kata Alan lembut. Perhatian kecil ini mampu membuat jantung Alkena berdegup dengan kencang. Dia hanya bisa berdoa, semoga saja Alan tidak mendengar detak jantung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE GOALS (REVISI)
Teen Fiction"Jangan nangis di depan gue, gue malah nggak suka. Jangan diulang lagi ya." Nadanya melembut juga pandangannya yang melembut menatap Alkena yang menunduk dengan mati-matian menahan air mata yang hampir lolos itu. Tapi, gadis itu tampak bisa bernapas...