36

10.8K 420 2
                                    

"Lo ngapain sih di situ?" Tanya Alkena dengan nada sedikit ketus. Pasalnya gadis itu risih melihat Alan yang sedari tadi mondar-mandir di depannya seperti orang kebingungan. Setelah mendengar pertanyaan Alkena, Alan menoleh dengan senyuman yang manis.

"Perut gue sakit, kepala gue berat gini" ucap Alan lembut.

"Lo sih, siapa yang nyuruh makan sebanyak tadi?" Ada nada kekhawatiran di ucapan Alkena tersebut.

"Gue memang suka makan banyak, tapi nggak biasanya kayak gini kok" ucapan Alan kalem seraya ikut duduk di depan Alkena. Cowok itu telah menghabiskan dua porsi bebek goreng sambel terasi, ketoprak, salad buah dan pizza ayam ukuran kecil. Alan memang suka makan banyak. Setelah pulang sekolah, Alan mengajak Alkena untuk mampir ke restoran untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Alhasil inilah akibat makan Alan yang terlalu banyak.

"Terus gimana dong? Kalo Lo pingsan di sini, gue nggak bisa gendong Lo" ucap Alkena sedikit panik yang membuat Alan tersenyum simpul.

"Udah ilang kok sakit perutnya, tinggal kepalanya aja yang berat" ucap Alan santai.

"Berat gimana maksud Lo?"

"Iya berat aja"

"Aja gimana, kak?"

"Kepala gue berat karena terlalu banyak mikirin lo" goda Alan yang membuat Alkena blushing. Tentu saja Alkena melawan untuk menutupi kegengsiannya.

"Gombal mukiyo gitu kok" ucap Alkena seraya memutar bola matanya malas. Alan jadi terkekeh geli melihat Alkena. Gadis itu sangat cantik dengan bando putihnya. Entah kenapa membuat Alan semakin cinta. Pasalnya, gadisnya terlihat anggun dengan warna putih. Tapi, hati lain Alan telah menyesal jika dia sudah membohongi Alkena.

Apa? Entahlah!

"Ya sudah ayo gue antar pulang, nanti bunda lo nyariin," setelah mengatakan itu, Alan langsung membayar semua makanannya. Lalu mengajak Alkena pulang karena takut kedua orang tua Alkena khawatir dengan putrinya. Sebab Alkena juga tidak mengirimkan pesan kepada sang bunda untuk mengabarinya.

Saat tiba di perempatan lampu merah, Alan memberhentikan mobil sportnya. Tidak sengaja mata Alan melirik objek yang membuatnya benar-benar terkejut setengah mati. Tanpa mempedulikan lalu lintas, Alan langsung melajukan mobilnya. Tentu saja hal ini membuat Alkena memekik kepada Alan. Belum lampu hijau kok sudah main maju aja!

Tapi Alan tak mempedulikan bentakan Alkena yang terdengar imut di telinganya. Alan terus memacu kecepatan hingga mobil sport itu masuk di kawasan asri perumahan Alkena. Masuk kedalam gerbang putih yang sudah siap di bukakan oleh satpam penjaga.

Setelahnya Alan segera berhenti di depan pintu utama rumah Alkena. Tak lama sebuah panggilan masuk, dan hal itu membuat Alkena mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil Alan. Alkena kepo banget!

Alan berbicara seraya melirik Alkena yang telah menatapnya juga.

"Siapkan aja, gue akan segera ke sana menemuinya" ucap Alan pada si penelepon. Alkena hanya mengernyit bingung dengan topik pembicaraan Alan itu yang cukup singkat, seperti hanya sebuah telpon isyarat. Oh ralat, bahasa isyarat.

"Siapa?" Tanya Alkena setelah Alan memasukan ponselnya ke dalam dashboard mobilnya.

"Paman gue" bohong Alan.

"Bener?"

"Iya bener kok"

"Kok pake ketemuan segala?!"

"Lho emangnya gue nggak boleh ketemu sama paman gue, sendiri?"

"Boleh sih, tau ah gelap!" Setelah mengucapkan kalimat ketus itu, Alkena langsung keluar dari mobil Allan. Gadis itu terus menggerutu setelah keluar. Kemarahan Alkena semakin menjadi ketika Alan tanpa pamit langsung melajukan mobilnya.

"Bocah semprul, edan, gendengggg. Langsung nyelonong aja tuh bocah ingusan" geram Alkena. Setelahnya gadis itu masuk kedalam rumahnya dengan perasaan dongkol karena Alan main seenaknya pergi.

Bukan seenaknya pergi, tapi Alan hanya tidak ada waktu lagi untuk sekedar menyapa Alkena. Ada urusan yang lebih besar dari ini semua. Bahkan sangat, SANGAT BESAR. sebenarnya siapakah Alan itu?

To be continued......

COUPLE GOALS (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang