24 SPESIAL PART (REVISI BANGET)

11.6K 529 2
                                    


"ini adalah sebuah mukjizat. Lampu kaca itu sangat berat hingga membuat kepala Alkena menjadi pendarahan hebat. Ini adalah kesalahan yang fatal" ucap dokter itu.

"Terus bagaimana keadaannya, dok?"

"Dia tidak apa-apa. Kami sudah berhasil menghentikan pendarahan pada otaknya. Tapi dia akan kehilangan ingatan" ucap dokter itu sopan "tapi saya tidak dapat memastikan jika itu hilang ingatan permanen atau hanya sementara" lanjut dokter itu.

Bunda Alkena tetap bersyukur karena Alkena masih bisa bernafas lebih lama lagi. Beliau hampir putus asa saat melihat detak jantung Alkena yang terpampang di monitor itu sempat berhenti.

Separah itu, kah?

Tapi ini adalah mukjizat dari Yang Maha Penguasa, bukan?

Bunda Alkena jadi merasa bersalah karena menuduh Alkena bunuh diri karena Alan. Beliau terlalu khawatir.

Setelah mengatakan beberapa hal itu, dokter itu pamit undur diri. Lalu, kedua orang tua Alkena memutuskan untuk masuk kedalam ruang rawat Alkena.

Gadis berambut pendek itu berbaring lemas. Dia baru saja selesai jalan-jalan menggunakan kursi roda ke Gazebo rumah sakit depan. Alkena tidak boleh berpikir terlalu keras, sehingga harus bisa me-refresh otaknya kembali.

"Bunda," panggil Alkena. Gadis itu merasa asing saat menyebut nama bunda. Bunda Alkena sudah memberitahu jika beliau adalah ibu dari Alkena. Sehingga, Alkena sekarang memanggil beliau dengan sebutan bunda. Sungguh! Nama yang asing bagi Alkena.

"Iya, sayang?" Tanya Bundanya.

"Saya merasa asing saat memanggil anda dengan sebutan seperti itu" ucap Alkena lirih.

"Nak, kamu masih kehilangan ingatan, kami adalah orang tua kamu. Apa kamu perlu bukti?" Sahutan yang lembut dari mulut sang Ayah Alkena.

Sungguh! Alkena masih meragukan dengan semua ini. Dirinya pernah merasa hidup, tapi tidak di zaman ini. Haha! Mungkin di jaman purba.

Alkena menggeleng lemah. Di satu sisi yang lain, ada batinan yang kuat antara dirinya dan kedua orang yang di anggap asing oleh Alkena. Sisi lainnya mengatakan jika mereka berdua adalah orang tua kandungnya. Maka dari itu, Alkena memercayainya.

"Saya percaya dengan anda"

"Noooo, jangan panggil saya-anda. Kami orang tua mu, nak" dengan susah payah wanita paruh baya itu menahan tangisnya agar tidak pecah saat ini juga. Ibu siapa yang tidak menangis batin jika melihat anaknya seperti ini.

Di peluknya tubuh ringkih Alkena. Di usapnya dengan lembut kepala Alkena yang tertutupi oleh hijab.

Di sisi yang lain, ibunda Alkena juga merasa senang karena dengan begitu Alkena dengan mudahnya bisa melupakan Alan seutuhnya. Iya, bukan? Namun, apakah bundanya akan menjad orang jahat yang memisahkan dua cinta anak manusia, itu? Bundanya juga sebenarnya mengerti akan cinta remaja. Karena beliau pernah merasakannya. Entahlah, di sisi lain bunda Alkena tidak mau jika Alkena sakit hati karena cinta. Bundanya pernah merasakan bagaimana sakitnya sakit hati itu.

Couple goals itu akan terpisah, kan? Atau tetap lanjut?

***

Alkena berjalan dengan santai menuju kelasnya. Dia sudah tahu dimana letak kelasnya, karena ibundanya telah memberitahunya. Sedikit merasa risih sebenarnya.

Walaupun hilang ingatan, dia masih menjaga norma kesopanan untuk menjaga image. Alkena sedikit kesusahan beradaptasi setelah kehilangan ingatannya.

Dengan santainya ia melangkah, tapi, tiba-tiba ada yang mencegah langkah kakinya. Alkena mendongak, menatap perempuan yang lebih tinggi darinya. Gadis itu tidak memakai hijab. Memang! Dia ialah, Renita beserta dua dayangnya. Tentu saja Alkena tidak mengenali gadis itu.

COUPLE GOALS (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang