22 (REVISI BANGET)

12K 530 5
                                    

Setelah kejadian heboh itu menggemparkan seantero sekolah dan tamu undangan, suasanan kembali tenang. Alkena berulang kali istighfar dan menahan rasa senang yang membuncah. Bagaimana tidak senang jika Alan memperlakukan dirinya semanis itu? Namun, rasa malu juga menyergap dirinya. Alkena bisa meledak saat ini juga, karena perasaannya yang begitu membuncah. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Gadis itu menahan tawanya agar tidak pecah saat ini juga.

"OMIGOOOTZZZZZ... kak Alan sweeeeeeet banget anjim," kata Rere sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, "gue kapan di gituin, Al? KAPAN?! gue juga pengen Al, gue pengen," gadis itu semakin merancau tidak jelas. Alkena tidak memperdulikannya, karena Alkena lebih sibuk dengan perasaannya sendiri. Baru pertama kali gadis itu mendapat perlakuan semanis dan seromantis itu dari seorang cowok.

Acara ulang tahun sekolah beserta acara kegiatan sosial yang berjalan dengan lancar. Para guru memberi apresiasi pada seluruh murid SMA 2 Banjarmasin.

Alkena sangat senang sekali untuk hari ini, ia akan mengenang masa ini. Karena selain ide usulannya berhasil, ia mendapatkan kejutan dari Alan. Namun, satu pertanyaan yang bercokol di otak Alkena sedari tadi.

Dimana Alan berada saat, ini?

Alkena bingung, ia akan mengira jika Alan akan mencari dan menghampirinya setelah acara selesai. Namun, batang hidung Alan tidak nongol didepan Alkena. Gadis itu bertanya-tanya.

Arloji yang melingkar di pergelangan tangan Alkena telah menunjukkan pukul tiga sore. Tamu undangan sebagian sudah pulang, ada sebagian yang masih menikmati makanan atau sekedar melihat stand-stand yang berjejer rapi. Satu hal yang tidak enak di pandang saat ini juga, yaitu sampahnya dimana-mana. Tidak apa-apa, besok tentu saja ada kegiatan kerja bakti membersihkan sampah-sampah yang bertebaran.

Namun, dimana kah Alan saat ini? Alan sudah menghilang tanpa kabar beberapa hari yang lalu. Bahkan sahabatnya pun tidak tahu kemana perginya cowok itu. Dan hari ini tiba-tiba muncul dengan memberikannya kejutan Alkena di atas panggung. Apakah Alan kembali menghilang, lagi? Atau Alan hanya mempermainkan dirinya saja di hadapan murid-murid? Tapi, mengapa? Itu yang menjadi pertanyaan Alkena.

Alkena duduk di bangku panjang koridor yang menuju halaman belakang dengan resah. Tempat itu jauh dari keramaian yang ada di tengah lapangan. Alkena ingin menyendiri karena moodnya yang tiba-tiba menghilang begitu saja.

Apa kamu pernah merasakan kesepian walaupun berdiri di tengah-tengah keramaian karena seseorang?

Ya! Itu lah yang di rasakan oleh Alkena saat ini.

Bolak balik ia melihat jam tangannya. Waktu terus berjalan, namun cowok itu tak kunjung muncul di depan Alkena. Alkena semakin resah. Ia berusaha menghubungi Alan melalu ponselnya, namun ponsel itu tidak aktif. Sama persis seperti kemarin ketika di hubungi tidak menyambungkan. Alkena bingung ia harus di posisi sedih atau menggeram marah.

"Woy! Lo kenapa sih bete banget. Ciyee ciyee yang habis di baperin sama kak Alan. Anjim gue juga pengen kali. Kapan si di gituin?" Kata Rere tiba-tiba muncul mengagetkan Alkena. Alkena memutar bola matanya malas.

"Lo lagi lo lagi."

"Kok lo jadi bete si, Ken?" Tanya Rere penasaran, "cerita dong kalo lo ada masalah, secara gue ini kan sahabat lo. Seharusnya lo happy pappy mammy dong habis di baperin," perkataan Rere malah membuat Alkena bertambah pusing. Bahkan gadis itu sampai menutup telinganya karena semakin pusing mendengarkab ocehan sahabatnya ini. Dan satu hal yang disadari Alkena, Rere memanggilnya dengan sebutan 'Ken'

"Ken, jangan diemin gue dong," sungut Rere.

"Apasi, Re?"

"Lo kenapa? Ada masalah?"

"Kagak ada Re, gue pusing dengerin lo ngoceh," rutuk Alkena kesal.

Hari semakin sore, namun Alkena masih menunggu harapan yang tidak pasti, sebut saja harapan semu.

Kamu pernah merasakan bagaimana perasaanmu jika menjadi Alkena saat ini? Apa yang akan kamu lakukan? Apakah akan terus bertahan di situasi yang Alkena, alami?

Rere dengan setia menunggu Alkena duduk di sampingnya. Hingga Rere bisa tertidur dengan posisi duduk. Inilah yang di sukai dari Rere. Rere selalu ada untuknya. Sebagai ukuran seorang sahabat, Rere dan Alkena sudah menjalankan tugasnya masing-masing sebagaimana mestinya.

Hingga Alkena membangunkan Rere, "Re cabut yok,"

Rere gelagapan layaknya orang bangun tidur.

"Yok kita cabut, anak-anak sebagian udah pada balik," kata Alkena.

Rere menggeliat sebelum bertanya pada Alkena, "tadi ada pengumuman, nggak?"

"Ada, besok kerja bakti," kata Alkena seadanya. Mood gadis itu benar-benar hilang. Dan Rere sangat mengetahui kenapa sahabatnya itu, walaupun sedari tadi Alkena hanya membungkam mulutnya, dengan artian tidak bercerita jika dia memiliki masalah. Walaupun Rere di bilang cewek somplak, namun gadis itu sangat peka.

Kini mereka berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju parkiran. Dengan mata Alkena yang menatap nyalang ke depan, Rere berusaha mencari topik pembicaraan agar sahabatnya tidak terlalu memikirkan kemana Alan pergi.

Namun, sebelum Rere membuka mulutnya, Alkena lebih dulu berbicara, "lo pernah ngerasain sayang sama seseorang?"

Tiba-tiba Rere menoleh spontan menghadap Alkena, ia mengernyit bingung. Namun, tak lama menjawab, "gue pernah kok sayang sama seseorang, karena menurut gue itu hal wajar, yah walaupun rasa sayang kita nggak kebales," kata Rere.

"Menurut lo, sayang gue ke kak Alan wajar, nggak?" Tanya Alkena yang membuat Rere semakin bingung untuk menjawabnya.

"Atau gue terlalu bucin? Yang gue rasain saat ini, gue sayang ke kak Alan dan gue mau berkorban buat dia, misalnya gue sedikit mengurangi aktivitas belajar gue buat ngebucin sama dia. Apa itu wajar? Seharusnya rasa sayang nggak membawa hal negatif, kan?" Lanjut Alkena yang membuat Rere seperti mati kutu. Kenapa tiba-tiba sahabatnya ini menjadi puitis begini.

"Haduh gue jomlo, gue kagak tau ama yang beginian, sorry aja nih," kata Rere.

Alkena memutar bola matanya malas dan meninggalkan Rere lebih dulu. Rere meneriakkinya, namun alkena tak acuh. Moodnya benar-benar hilang.

Kakak kemana, sih? Bikin jengkel plus sedih aku tau nggak?! Tadi sok manis di depan panggung. Tiba-tiba muncul kayak setan

Gadis itu terus merutuki Alan dalam hatinya.







COUPLE GOALS (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang