Cowok itu membawa Alkena masuk ke dalam sebuah gang sepi. Tentu saja membuat Alkena menangis. siapa yang telah menyergapnya?!! Dia takut, sangat takut. Hingga menangis histeris seraya menyebut nama bundanya. Alkena memang tidak berpikir panjang resiko dari ikut terjun ke dalam tawuran itu. Bukan untuk menjadi pahlawan, namun gadis itu sangat khawatir dengan Alan.
Allah, tolongin Alkena. Alkena takut, selametin Alkena. Suruh kak Alan buat selametin Alkena ya Allah.....batin Alkena.
Alkena meronta dalam pelukan itu. Tapi sifat keras kepalanya dan tangisnya menghilang ketika melihat siapa pemilik wajah itu. Tanpa ia sadari, senyuman di bibirnya mengembang. Dia sampai lupa, jika pipi gembul ya masih basah karena air mata yang berderai.
"Kak Alan? Kakak nggak papa? Apa ada yang lecet? Gue takut kakak kenapa-napa" tanpa ia sadari, ia mengucapkan kejujuran itu yang mampu membuat Alan tersenyum penuh arti. Tapi sedetik kemudian, tatapan Alan berubah menajam.
"Seharusnya, yang tanya kayak gitu itu gue. Lo nggak papa?" Ucap Alan lembut, tapi tatapan tajamnya masih menyiratkan kekhawatiran yang luar biasa. Sebut saja lebay. Namun, itu yang di rasakan oleh Alkena.
Kamu pernah merasakan kekhawatiran terhadap orang yang kamu, suka? Bagaimana rasanya?
Alkena terlalu takut. Alkena hanya menggeleng lemah, jantungnya masih berpacu lebih cepat karena rasa takut yang masih menyelimutinya.
"Kenapa keluar dari area sekolah? Lo nggak di bilangin sama Fino? Kalo enggak di bilangin, gue janji bakal pukul Fino sekeras-kerasnya" ucap Alan menajam tapi nada kelembutan itu masih tertahan
Alkena menggeleng cepat "nggak, kak. Kak Fino udah ngasih tau gue kok" ucap Alkena menunduk karena takut dengan tatapan tajam Alan. Menyadari hal itu, Alan melembutkan tatapannya. Cowok itu berusaha menetralkan nafasnya yang memburu karena tahu, jika Alkena keluar dari area sekolah. Alan juga takut, jika terjadi sesuatu pada gadis yang di cintainya.
"Terus kenapa keluar?" Tanya Alan lembut.
Alkena menunduk "gue cuma pengen bantuin kak Alan dari tawuran ini. Nanti kalo kak Alan kenapa-napa gimana?" Dan pada akhirnya, Alkena telah melupakan rasa bencinya terhadap Alan. Rasa benci itu sudah tertutup oleh rasa panik dan takut jika terjadi sesuatu pada Alan.
Alan mengangkat dagu Alkena dengan jari telunjuknya agar gadis itu dapat melihatnya. Lalu, Alan membungkuk penuh untuk menjejarkan tingginya dengan Alkena. Kemudian, cowok itu tersenyum manis. Hingga membuat hati Alkena Merasa lega, karena tahu Alan masih membaik.
"Hell nooo, sayang. Lo cewek. Untung gue liat lo tadi, gimana kalo gue nggak liat lo tadi? Jangan di ulang ya, ini tugas cowok lhoo" ucap Allan melembut. Alkena mengernyit karena perkataan Alan itu.
Tugas cowok dari segi, mana? Tugas pelajar yaitu belajar dan bukan tawuran!
"Tapi, tadi aku lagi ngejar kakak" ucap Alkena. Ada sesuatu yang belum di sadari. Sesuatu yang kecil tapi sangat berkesan di hati Alan. Gadisnya ini telah berbicara dengan menggunakan aku-kamu dan hal itu membuat hati Alan menghangat.
"Makasih udah di perhatiin, tapi lain kali jangan ya. Gue nggak mau lo kenapa-napa nantinya. Oh iya, bando putih lo mana?"
"Aku tinggal disana, tadi aku harus nyamar kalo mau keluar"
"Lain kali jangan di ulang ya. Ini bahaya sayang. Gue nggak mau terjadi apa-apa dengan lo. Okey?"
Alkena hanya mengangguk "iya, kak. Tapi nggak ada yang lecet kan kulit kakak?"
"Tenang, kulit gue ini terbuat dari baja alami kok. Jangan khawatirin gue. Gue bisa jaga diri kok, selagi itu demi lo, hehe. Nanti kalo gue mati duluan, lo jadi jomblo ngenes dong?" Gurau Alan. Selalu ada nada candaan saat ada suasana kegentingan seperti ini. Alan memang orangnya. Dia terlalu santai menghadapi masalah genting seperti ini.
Detik berikutnya, Alan teringat sesuatu!
Tanpa berpikir panjang, Alan melepas jaket hitamnya, lalu di pakaikan nya kepada Alkena. Lalu menutup rambut Alkena dengan topi jaket itu. Alkena tenggelam dalam jaket besar milik Alan itu. Alkena terlihat lucu menggunakan jaket kebesaran itu.
Sebenarnya, Alan ingin marah karena gadisnya telah berani. Tapi apa boleh buat, dia tidak mau merusak hati Alkena yang sedang romantis ini. Bisa jadi nanti Alkena berubah menjadi singa betina kembali. Rusak lah suasana romantis.
Alan tersenyum saat melihat Alkena yang begitu mungil tenggelam dalam jaket hitamnya. Lebih tepatnya, jaket militernya.
Jaket militer?
Bukan itu hanya jaket biasa.
"Ayo, gue antar pulang" ucap Alan lembut seraya mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Alkena.
"Tapi temen kakak lagi tawuran" ucap Alkena seraya menggeleng.
"Enggak papa, nanti gue kesini lagi"
Kak Alan kok santai banget sih?! What the hell, ini keadaan sedang genting, ada tawuran di depan sekolah. Tapi, kenapa Kak Alan santai?
"Ta--" ucapan Alkena terpotong, karena tiba-tiba gadis itu pingsan karena hantaman batu besar yang mengenai punggungnya.
Alan menoleh kebelakang karena Alkena tidak melanjutkan perkataannya, cowok itu melotot ketika mendapat Alkena yang akan pingsan. Dengan cekatan, Alan menopang tubuh Alkena. Mata elangnya mencari siapa yang telah berani melempar Alkena dengan batu besar yang dilihat oleh Alan. Karena bunyi deguman keras batu yang mengenai punggung kecil Alkena.
Ternyata yang melempar batu itu adalah salah satu murid SMA Tarumanegara. Dengan beraninya, orang itu maju lebih dekat ke Alan. Yang membuat Alan semakin marah. Karena gadisnya tersakiti.
Rahang Alan mengeras, matanya menatap tajam cowok yang telah berani melempar batu ke punggung Alkena. Dengan lembut, dia menidurkan Alkena di tanah dengan di sandarkan pada dinding tembok agar punggungnya tersandarkan. Setelahnya, Alan bangkit dan berjalan mendekat kearah musuhnya itu.
Tanpa aba-aba, Alan berlari mendekat dan menghantam musuhnya dengan pukulan telak. Pukulan yang mampu membuat musuhnya itu terkapar hanya dengan hantaman keras dari Alan.
Hingga darah segar meluncur dari hidung musuh Alan.
"Lo udah lempar cewek gue pake batu. Dan ini belum seberapa, bego!!!" Ucap Alan garang. Beda sekali dengan nada lembut yang di ucapkan kepada Alkena. Dan nada ini, sangat mengerikan hingga membuat musuhnya menciut.
Tanpa perasaan, Alan menginjak dengan keras dada musuhnya itu hingga membuat musuhnya sulit untuk bernafas. Jiwa setan Alan telah keluar.
"Kali ini, Lo masih bisa selamat. Lain kali, Lo bakal mati dalam tangan tanpa senjata gue!! Camkan! Nama Lo Dion kan?!" Ucap Alan yang membuat Dion semakin ketakutan padanya. Tidak perlu tau, Alan tau dari mana nama itu.
Setelah di rasa cukup lama, sekali lagi, Alan menendang Dion tanpa perasaan. Lalu pergi menghampiri Alkena yang masih asik dengan pingsannya. Dengan cekatan, dia menggendong Alkena dan di bawanya ke mobilnya yang sudah terparkir apik di di sebelah gang. Alan juga tidak lupa, dia harus tetap menjaga topi jaket itu agar tidak terlepas dari kepala Alkena. Dia tidak mau rambut Alkena di lihat oleh siapapun.
"Monggo, young master" ucap sopir pribadi keluarga Alan dengan ramah. Alan memang punya banyak cara untuk mengambil waktu sedetik hanya untuk hal-hal kecil seperti saat ini.
To be continued.......

KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE GOALS (REVISI)
Teen Fiction"Jangan nangis di depan gue, gue malah nggak suka. Jangan diulang lagi ya." Nadanya melembut juga pandangannya yang melembut menatap Alkena yang menunduk dengan mati-matian menahan air mata yang hampir lolos itu. Tapi, gadis itu tampak bisa bernapas...