"Alkena dimana?" tanya cowok bertubuh atlentis itu pada sahabat Alkena, Rere.
Alan memang bertanya pada Rere, karena tadi pagi, Alan tidak bisa menjemput Alkena karena ada urusan penting yang membuat Alan harus buru-buru.
Penting?
Gadis itu bukannya menjawab malah gelagapan karena bertatap muka secara langsung dengan Alan, cowok terganteng seantero sekolah SMA 23 Kediri. Yah, seperti karakter di novel-novel bintang sekolah.
Alan menatap tajam Rere "Alkena di mana?" nada cowok itu berubah ketus. Terdengar dingin dan mampu mengintimidasi siapa pun.
Rasa gelagapan itu berubah menjadi takut. Takut akan tatapan tajam Alan.
"em itu kak, Alkena sakit tadi p---" ucapan Rere terpotong. Karena Alan lebih dulu meninggalkan gadis itu tanpa berujar sepatah katapun. Parah!
"Cowok kalo udah sayang ama ceweknya, bucinnya kagak ketolongan dah. Disuruh jebur ke sumur bakal di lakuin asal demi ceweknya!" Rere berujar sendiri sembari menatap punggung Alan yang menjauh, "apalah daya yang jomlo ini hanya mampu melihat ke-uwuw-an orang lain," lanjut Rere dengan melas.
"Yaudah kencan ama gue aja," tiba-tiba seseorang berbicara di samping telinga Rere yang membuat gadis itu kaget.
"ASEP LO NGAGETIN GUE!!" bentak Rere sembari melotot melihat si Asep yang ada disampingnya.
"Gimana kencan ama gue aja,"
"OGAH MAH GUE! LU SAMA ODADING MANG OLEH RASA IRONMEN SANA. GUE JIJIK!" kata Rere dengan keras hingga mampu menarik perhatian beberapa siswa yang ada di sekitarnya.
"Stttttt....jangan berisik Re. Gue serius. Lu mau, kagak?"
"OGAHHHHH!" kata Rere sembari menabrak bahu Asep kencang, walaupun sakitnya sedikit terasa, Rere tetap cuek dan meninggalkan Asep yang melongo menatap Rere. Asep adalag si cowok berkacamata dengan rambut poni kedepan. Rere ilfeel melihatnya.
Sedangkan Alan segera berlari menuju motor sportnya. Lalu, dengan gerakan cepat Alan segera menghidupkan motor spornya.
"hey! Mau kemana kamu?!" teriak salah satu guru yang menangkap basah aksi mabal Alan.
Alan mematikan mesin motornya "mau jenguk pacar, lagi sakit" ucap Alan datar. Tampaknya cowok bertubuh atlentis itu tidak takut sama sekali dengan bentakan keras dari guru itu.
"Siapa yang ngajarin bolos sekolah?! Ini jam sekolah, pacar!! Pacar!! Masih belum bisa cari uang sendiri aja udah berani pacaran!! Balik sekarang!!" bentakan bu Dian itu sungguh menggelegar. Guru paling killer seantero sekolah.
"pacar saya sakit bu" ketus Alan.
"balik atau saya hukum?!!! Sekolah mana yang memperbolehkan anak didiknya bolos sekolah hanya karena pacarnya sakit, hah?!! Balik sekarang!!!"
"bu, pacar saya sakit" Nada Alan naik satu oktaf untuk menghadapi guru garang itu.
"pacar! Pacar! Masih bau kencur pacaran! Mau jadi apa kamu! Sok gentlement banget mau jenguk pacar!!! Balik sekarang Alan!!!"
"ibu cantik, mau saya cium nggak?" goda Alan pada bu Dian. Mata Alan menatap bu Dian dengan tatapan geli bercampur bergidik ngeri.
Tentu saja, Bu Dian melotot mendengar pertanyaan kurang ajar dari Alan.
"kurang ajar kamu!!!"
"jarang banget lhoo bu, di cium anak ganteng seantero sekolah ini. Apalagi ini tawaran dari saya sendiri"
"Alan!!!" bentak bu Dian.
"ibu beruntung lo. Cewek lain aja pada pengen saya cium, tapi saya OGAH banget. Cuma ibu aja yang saya tawarin secara spesial" goda Alan.
"kurang ajar kamu!!! Siapa yang mendidik kamu menjadi anak yang kurang ajar?!"
"eh bu itu ada Pak Markus" setelahnya, bu Dian menoleh pada objek yang di tunjukan pada Alan. Tanpa berpikir panjang, Alan mengambil kesempatan itu. Kesempatan untuk kabur ketika guru itu menolehkan kepalanya ke belakang.
"Alan!!!! Balik kamu! Kurang ajar ya kamu!" teriak bu Dian setelah mengetahui, bahwa dirinya di bohongi oleh Alan.
"muwaaaah, ibu sayaaaang" teriak Alan dari kejauhan seraya mengegas motor sportnya. Memang Alan tidak mempunyai akhlaq, ya?
***
Alkena meringkuk di ranjang berwarna pink itu dengan suhu tubuh yang panas cukup tinggi. Badannya masih terasa dingin, walaupun sudah di tutup oleh dua selimut tebal sekalipun.
Setelah makan dan meminum obatnya, Alkena memilih untuk tidur kembali. Gadis itu juga sudah melaksanakan pemeriksaan atas sakit demamnya. Dengan dokter tampan yang telah memeriksa kondisi Alkena.
Alkena masih kepikiran tentang proposal pengajuan kegiatan sosial yang ia ajukan semalam kepada kepala sekolahnya. Ia getir jika proposal itu tidak di setujui oleh kepala sekolah. Hal itu membuat kepala Alkena menjadi bertambah sakit. Alkena mencoba memejamkan matanya walaupun kepalanya terasa berat. Seperti ada tumpukan batu 5 ton di kepalanya. Stop! Itu terlalu hiperbola.
Alkena sudah memejamkan matanya, namun seketika itu juga matanya kembali terbuka karena merasakan elusan kasih sayang pada puncak kepalanya. Alkena menatap seseorang itu. Seketika itu juga, matanya melotot setelah tahu mengetahui siapa yang duduk di sisi ranjangnya.
Gadis itu langsung gelagapan. Tentu saja, karena dirinya belum mandi dan berpenampilan berantakan layaknya orang bangun tidur. Masih ileran.
"kyaaaaaaaaa, Kak Alan, rambutku kayak sarang burung, mukaku kusem" panik Alkena. Tanpa pikir panjang, Alkena melompat turun dari ranjang untuk mengambil ikat rambutnya. Rupanya gadis itu telah melupakan jika dirinya sedang sakit demam tinggi. Alan yang melihat hal itu hanya mampu menahan tawanya. Gadisnya sedang sakit, dirinya ingin menjenguk saja bukan ingin mengajak jalan Alkena. Kenapa gadisnya sehisteris, itu?
Alan terkikik geli melihat Alkena yang kelimpungan sendiri, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Alan sempat terpaku saat melihat Alkena yang begitu cantik ketika rambutnya acak-acakan. Menurutnya lebih lucu.
Alan mendekat kearah Alkena yang sedang memakai kucir rambutnya dan bando putih polos "kamu cantik, ya?" dan pertanyaan simple itu telah mampu membuat pipi Alkena bersemu merah bak kepiting rebus. Cepat-cepat dia mengalihkan pembicaraan.
"kak Alan kok nggak bilang kalo mau ke sini? Terus kenapa ini masih pake seragam sekolah? Jangan-jangan kakak mabal lagi, ya?" cecar Alkena setelah berhasil memakai ikat rambutnya.
Alan hanya menganggukan kepalanya singkat. Sikap cuek dan dinginnya muncul kembali.
Kenawhy?
Alan mengelus puncak kepala Alkena dengan sayang. Sikap lembutnya muncul kembali. Can why?
"tadi gue nyariin di kelas, temen lo bilang, kalo lo lagi sakit. Jadi gue datengin lo ke sini, gue cemas aja"
"kakak kenapa selalu bisa bikin aku, blushing?" tanya Alkena malu-malu meong.
"kangen lo" goda Alan. Dan pipi Alkena semakin memerah karena Alan.
"ayo lo harus istirahat, liat badan lo panas banget" ucap Alan seraya mengajak Alkena berbaring. Alan duduk di samping ranjang dengan Alkena yang meringkuk di dalam selimut tebal miliknya.
"kak?" panggil Alkena.
"apa, sayang?" merah lagi pipi Alkena.
"tadi aku sempet lupa, kalo aku sakit. Karena kakak ada di sini, jadi aku lupa kalo sakit"
Alan tersenyum lembut "udah pinter gombal, ya? Siapa yang ngajarin?"
"kak Alan"
Alkena merasa, bahwa di dunia ini hanya ada dia dan Alan. Dan yang lain hanya mengontrak. Alkena sungguh bahagia dengan perlakuan kecil Alan namun mempunyai efek luar biasa.
Bahagia itu, nggak harus jalan bareng sama pacar. Foya-foya bareng pacar ngabisin uang orang tua. Minta traktiran sama pacar, kalo nggak di traktir ngambek. Haha!
Ya, ini lah dunia.
To be continue.....
Follow ig ku. @meigasellaap

KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE GOALS (REVISI)
Teen Fiction"Jangan nangis di depan gue, gue malah nggak suka. Jangan diulang lagi ya." Nadanya melembut juga pandangannya yang melembut menatap Alkena yang menunduk dengan mati-matian menahan air mata yang hampir lolos itu. Tapi, gadis itu tampak bisa bernapas...