Setelah mengalami pasca amnesia, Alkena lebih aktif mengikuti kegiatan OSIS yang di selenggarakan setiap setengah tahun sekali. Entah itu lomba ataupun apa. Tapi kali ini, dia mengikuti ekstrakulikuler volly yang membuatnya sangat benar-benar konsen. Karena apa? Karena akan di adakan lomba tingkat kabupaten.
Akhir-akhir ini, Alkena suka bermain bola volly. Karena sebentar lagi, sekolahnya akan mengadakan Persahabatan antara sekolah-sekolah lain dengan cara mengadakan lomba tingkat kabupaten. Bertujuan agar saling mengenal, memperbanyak teman dan menyambung silahturahmi.
Seperti saat ini, Alkena benar-benar berusaha berlatih bola volly, hingga dirinya cukup mahir menguasai bola volly itu. Alkena menyukai bola volly. Entah kenapa. Tidak perduli panas yang sangat menyengat, Alkena dan kawan-kawan terus berlatih dengan di selingi candaan tawa agar tidak garing-garing banget.
Hingga dua jam berlalu, mereka menyudahi latihannya karena hari semakin sore. Ekstrakulikuler bola voli di adakan sehabis pulang sekolah.
Alkena segera menghampiri tas nya berada, tidak jauh dari lapangan bola voli. Setelah sampai, dia langsung duduk dan mengambil handuk kecil yang di bawanya dari rumah untuk mengelap keringat yang bercucuran di wajah cantiknya. Wajah Alkena tampak merah karena sengatan cahaya sinar matahari yang menyengat. Alkena lalu, mengambil sebotol minuman air putih yang berada di dalam tasnya. Belum sempat meminum airnya, Alkena di kejutkan oleh cowok bertubuh atletis yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Eh sapi manak!!" Pekik Alkena seraya mengusap dadanya karena terkejut dengan perlakuan Alan padanya. Cowok itu menempelkan sebotol air putih dingin pada kening Alkena. Yang membuat gadis itu merasakan dingin yang menyegarkan pada keningnya.
Ya, Alan! Cowok itu tidak pulang kerumahnya setelah bel pulang sekolah berbunyi. Melainkan, menaiki pohon mangga yang terdapat di sekitar lapangan voli, untuk mengawasi Alkena menjalankan ekstrakulikuler bola voli. Alan tahu, jika hari ini, ceweknya punya eskul voli. Saat melihat Alkena dari atas pohon tadi, Alan sempat menggeram, karena Alkena selalu cantik dalam berpakaian apapun. Cewek itu mengenakan kaos olahraga dan celana pendek longgar yang dalamnya di lapisi oleh celana panjang ketat untuk menutupi kaki jenjangnya. Agar kakinya tertutup. Dan hal itu membuat Alan semakin memuja Alkena. Apalagi keringat yang membasahi wajah cantiknya, membuat Alkena semakin bercahaya di tambah bando yang berwarna putih yang selalu gadis itu gunakan.
Idaman banget, pokok'e!
"Panas, ya? Ini, gue bawakan minuman" ucap Alan lembut setelah menempelkan botol itu di pipi chubbynya, Alkena merasakan dingin yang menyenangkan, lalu di berikannya pada Alkena. Seperti terhipnotis, Alkena mengambil botol pemberian Alan lalu menyeruputnya. Dengan artian, dia melupakan botol minumannya sendiri.
Alkena bersendawa setelah meminum air botol itu, lalu berkata "thanks, kak" ucapnya dengan nafas terengah-engah karena habis minum.
"Iya, pulang sama siapa? Gue antar lo aja, gimana?" Tawar Alan lembut. Hingga membuat cewek-cewek di sekitar Alan hanya mampu terpekik karena mendengar nada Alan yang lembut bagaikan seringaian bulu angsa. Halay lebay mah cewek-cewek nih! Mereka tidak pernah mendengar suara Alan sedikitpun. Dan ini adalah kespatan emas untuk mendengar suara Alan.
"Sok perhatian banget sih??!!!" Ketus Alkena "gue tuh capek, jadi tolong jangan ganggu gue ya!!" Lanjutnya.
"Kemaren lo kasih harapan ke gue, tapi sekarang malah kayak gitu" ucap Alan yang masih menjaga nada bicaranya agar tidak meninggi. Karena mata Alan sudah menatap tajam Alkena.
"Itu kemaren, dan sekarang enggak! PUAS LO?!!" Bentak Alkena, kemudian cewek itu bergegas meninggalkan Alan yang masih menatap punggung kecilnya hilang di balik belokan gerbang keluar sekolah. Tentu saja, hal ini membuat cewek-cewek yang melihat hal itu hanya bisa menganga. Alkena berani sekali dengan Alan. Padahal, sebelumnya tidak ada yang berani membentak Alan sekecil apapun.
Tanpa pikir panjang, Alan segera berlari menyusul Alkena. Cepat-cepat dia mengambil motor sportnya dan keluar dari area sekolah.
Mungkin ini adalah rejeki Alan, karena baru saja keluar dari area sekolah, dia sudah menemukan keberadaan Alkena. Gadisnya itu duduk di bangku halte. Dengan cekatan, Alan langsung menghampiri Alkena. Berhenti tepat di hadapan cewek itu.
"Kalo jam segini udah nggak ada angkot, ayo gue antar pulang" ucap Alan ramah setelah berhasil berhenti tepat di hadapan Alkena.
Alkena menatap jengah Alan seraya memutar bola matanya malas "kenapa sih, Lo lagi Lo lagi!!! Muyek GUEEEEE!!" Rutuk Alkena seraya bangkit dari duduknya yang akan menyemprotkan segala kegundahannya kepada Alan. Tapi, belum sempat dia menyemprot Alan dengan Omelan, gadis itu sudah terkesiap karena perlakuan Alan tiba-tiba. Mata Alkena membulat sempurna, degup jantungnya berpacu lebih cepat seakan-akan ingin mencelos saat ini juga. Alan telah......
Allan mencium pipinya!!!!!!!!!
Alkena tidak bisa apa-apa. Gadis itu hanya mampu diam dan mematung. Tidak dapat mencerna apa yang barusan terjadi. Pikirannya kalut. Gadis itu bingung harus marah atau sedih. Ingin sekali ia menjambak jambul pirang Alan itu dengan keras supaya empunya tidak semena-mena main nyosor sembarangan. Disisi lain, ia tegang tak dapat berkutik sama sekali. Seperti malin kundang yang di kutuk ibunya menjadi patung.
Cowok itu menciumnya!
Hingga suara Alan memecahkan keheningan di antara mereka berdua "maaf ya. Kalo nggak gitu, lo bakalan ngomel-ngomel kayak Mak lampir" ucap Alan dengan santai. Cowok itu sudah berhasil membuat Alkena mematung walaupun Alan sudah terlihat santai menatapnya. Tetap saja Alkena masih mematung. Hey! Tentu saja, Alkena yang kelimpungan sendiri.
"Ya udah gue antar lo pulang ya?" Ucap Alan menyadari keheningan yang berpendar di antara keduanya. Namun, gadis itu tetap tidak bergerak.
"Pulang ya?" Sapa Alan lagi lalu di angguki oleh Alkena. Sumpah demi apapun! Alkena terhipnotis oleh ciuman singkat Alan yang mendarat langsung di pipinya. Dengan patuh, gadis itu menaiki jok belakang motor gede Alan. Pikiran Alkena sangat kalut, hingga dia sudah tidak tahu harus berbuat apalagi selain menuruti perkataan Alan. Pikirannya tiba-tiba terbang entah kemana.
Otaknya mungkin juga ikut terbang! Seharusnya Alkena sudah menjambak rambut Alan sedari tadi atau menonjok pipi Alan sekuat tenaganya. Tapi permisalan itu tenggelam begitu saja ketika mengingat insiden memalukan itu. Untung saja tidak ada yang melihat, jika ada yang melihat, ingin di taroh mana muka Alkena yang imut-imut itu? (HOEEKK!) HAHA!
Sedangkan Alan, cowok itu hanya tersenyum penuh kemenangan. Ini adalah cara yang paling ampuh untuk menaklukan Alkena si singa betina itu. Tapi, ada hati lain yang merutuki kebodohannya itu.
Hidup ini terkadang lucu. Di saat kita membutuhkan seseorang, orang itu tidak ada. Jika kita tidak sedang membutuhkan, maka orang itu dengan antusias menganggu keheningan kita dan hadir dalam hidup kita. Seperti takdir yang tidak bisa di tebak sama sekali. Mungkinkah Alkena dan Alan bisa bersatu seperti dulu dan mendapat gelar BEST COUPLE ?
atau mereka tak akan bersatu sama sekali?
To be continued......
Gabung grup WA yuks, link WA ada di bio instagram yaaa .
To be Continued.....
KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE GOALS (REVISI)
Teen Fiction"Jangan nangis di depan gue, gue malah nggak suka. Jangan diulang lagi ya." Nadanya melembut juga pandangannya yang melembut menatap Alkena yang menunduk dengan mati-matian menahan air mata yang hampir lolos itu. Tapi, gadis itu tampak bisa bernapas...