"kak Alan" panggil Alkena. Saat ini, mereka sedang berada di taman belakang rumah Alkena. Dengan Alkena yang duduk di bangku ayunan taman kecil itu, dan Alan, cowok itu berdiri dibelakang Alkena serta mengayunkan ayunan yang diduduki oleh Alkena, gadisnya.
"apa?" ketus Alan. Lagi dan lagi cowok itu berucap ketus.
"kenapa, waktu itu kakak tiba-tiba nembak aku?" tanya Alkena hati-hati.
"Mati dong lo kalo ditembak,"
Alkena membelalakkan matanya kesal. Ingin sekali Alkena mencakar-cakar wajah Alan. Tapi ia tidak tega jika wajah tampan Alan tergores.
Alan berjalan mendekat ke depan Alkena, lalu berjongkok dihadapan Alkena. Karena Alan yang terlalu tinggi, sehingga wajah mereka bisa sejajar.
Atau Alkena yang terlalu pendek?
"karena lo wanita, jadi gue tertarik" ucap Alan tanpa pertimbangan. Sebut saja jawaban asal. Dan jawaban itu membuat Alkena setengah merajuk. Gadis itu mengerucutkan bibirnya sembari kedua tangannya bersedekap. Persis layaknya orang yang sedang marah. Namun, bagi Alan itu sangatlah lucu. Cowok itu malah bertambah gemas.
"hey, kak! Itu bukan jawaban yang pas. Kalo kakak cowok normal, pasti akan menyukai perempuan, bukan? Kecuali kakak.......guy" ujar Alkena. Dan di akhir kalimatnya, Alkena harus menahan tawanya.
Alan tersenyum kecut. Akankah dia memberi jawaban yang pas untuk Alkena? Namun ia menjadikan Alkena pacarnya bukan kata karena, tapi walaupun. Apakah cinta selalu ada alasan untuk di ungkapkan?
"haruskah memberi alasan yang tepat ketika mencintai seseorang?" tanya Alan, mata elang milik Alan itu menatap ke depan tanpa melihat wajah cantik Alkena.
"em, menurut aku sih ya harus, kak. Aku juga pengen tahu, kakak beneran sayang sama aku atau enggak? Aku ini perempuan, pasti membutuhkan jawaban yang bener, sebut aja kepastian" jelas Alkena. Memang benar, jika seorang perempuan itu selalu membutuhkan jawaban yang pasti. Tidak digantung di pucuk monas.
"Lebay lo!" Kata Alan sembari menowel pipi Alkena gemas.
"Kenapa sih nggak pernah serius kalo di ajak ngomong!"
Alan meringis dan menjambak sejumput rambut Alkena yang kedepan dengan pelan. Cowok itu menghela napas panjang sebelum berkata.
"Lo ngeraguin, gue?" tanya Alan dengan nada sarkatis. Alis tebal milik Alan terangkat satu.
"aku jujur boleh, ya?" tanya Alkena. Lalu, diangguki setuju oleh Alan.
"sebagai seorang cewek, aku syok banget pas kakak nembak aku waktu itu. Padahal, aku ini orang asing di mata kakak. Ya, aku juga nggak tau sih, kak. Tapi aku bingung banget, kenapa kakak tiba-tiba nembak aku gitu? Sumpah! Waktu itu aku seneng banget bercampur sedih yang bersamaan gitu, kak Alan. Karena kan emang aku dulu tuh fans sama kakak. Haha,"
Lo bukan orang asing!
"kenapa sedih?" tanya Alan melihat gurat wajah Alkena yang menampakkan kesedihannya.
"ya sedih aja, kak. Aku takut dipermainkan sama laki-laki. Karena, ini adalah pertama kali ku pacaran sama cowok, kak"
"Gue nggak bakal nyakitin lo, sayang. Tapi gue nggak bisa janji buat ada terus di samping lo" ucap Alan melembut sembari mengelus rambut Alkena dengan lembut.
Perkataan itu membuat Alkena was-was "apa maksud kakak? Apa kakak cuma mainin aku aja, ya? Tapi aku juga mikir, orang asing yang tiba-tiba nembak aku dan belum tau seluk belukku---" ucapan Alkena terpotong karena Alan menyelanya.
"Gue akan berusaha untuk tetep ada di samping lo. Tapi nggak bisa janji, takut ngingkarin janji itu. Kita kan nggak tau, seberapa lagi umur kita" ucap Alan melembut. Tentu saja, perkataan Alan ini seperti puzzle yang kehilangan pasangannya. Bahkan hilang entah kemana.
"kakak sakit? Kenapa kakak nggak bisa janji sama aku?" tanya Alkena dengan mata yang berkaca-kaca.
"Lo liat, gue sehat aja kok" seru Alan. Entah kenapa, Alan yang saat ini begitu berbeda dengan Alan yang sebelumnya. Alan yang di hadapan Alkena ini adalah Alan yang lembut, manusiawi dan mempunyai.....perasaan. Tidak ada tatapan tajam dari Alan sedari tadi. Hanya kelembutan lah yang terpancar di mata hazel milik Alan itu.
"terus kenapa kakak nggak mau janji sama aku?" tanya Alkena sedih.
"se-utuhnya janji itu, hanya milik Allah swt. Kita ini manusia yang nggak sempurna. Kadang-kadang kita memberikan harapan yang semu pada orang lain" ucap Alan tegas.
Alkena tertegun mendengar kalimat Alan. Benar apa kata kekasihnya itu.
"aku cuma pengen tau aja, kak. Why, kak, Why?" tanya Alkena.
"not why-why" canda Alan yang membuat Alkena mengerucutkan bibirnya kesal. Alan selalu gemas melihat tingkah gadisnya itu.
"hey! Jawaban apa itu kak?!"
Alan tersenyum "percaya sama gue ya" ucapnya kemudian.
Alkena mengangguk antusias.
"kalo gue bilang jangan cari cowok lain, lo mau nurutin perintah gue, nggak?" tanya Alan.
Gadis itu mengangguk lagi.
"stay with me, gue sayang sama lo. Jangan cari cowok lain ya. Awas aja"
Alkena mengangguk lagi dan lagi.
Gadis itu malah tersenyum ketika Alan mengacak kepalanya yang dengan sayang. Tidak marah seperti biasanya ketika Alan melakukan hhobby-nya itu, mengacak kepala gadisnya.
"Gue punya alasan tersendiri tentang gue memilih lo untuk jadi pacar gue. Dan gue juga punya rahasia terbesar yang telah gue tutupi di dunia ini, Alkena" ucap Alan parau. Rasa ingin tahu Alkena meninggi. Tapi dengan halus, Alan menolak memberitahu pada gadisnya itu.
Bukan saatnya, sayang. Lo hanya mampu menunggu waktu. Waktu lah yang akan menjawab semua ini......batin Alan.
***
Alkena sedang menatap layar laptopnya. Gadis itu merasa bingung sendiri dengan dirinya. Hey, kau kenapa Alkena? Berulang kali ia menghela napas gusar. Tiba tiba ada notif dihp nya. Sebuah pesan masuk dari Alan.
Kak Alan lagi.
Lagi apa!Alkena menghela napasnya kasar sebelum membalas pesan itu.
Alkena.
Pertanyaannya klasik mulu!!!!!Kak Alan lagi
Lo mau gue tampol?Alkena
Woyyyy! Itu pertanyaam macam apa etdah
Eh typo
Etdah!!!Kak Alan lagi
Salah terus gue dimata lo, besok gue pindah ke ketiak lo!Tanpa Alkena sadari, gadis itu tersenyum lebar. Terkadang Alan sangat cuek. Moodbooster nya jadi kembali. Dasar Alkena!
Alkena tidak membalas pesan itu. Ia kembali fokus pada laptopnya. Yang Alkena lakukan saat ini ialah mengerjakan laporan kegiatan sosial yang ia usulkan kemarin. Gadis itu jadi bersemangat setelah ia kembali mendapatkan moodynya.
Yang Alkena inginkan, ia hanya ingin jika dirinya sangat berguna untuk orang lain. Supaya hidup didunia tidak menjadi beban orang lain. Walaupun itu susah untuk dilakukan namun Alkena berusaha menjadi yang terbaik untuk orang lain. Terkadang memang manusia adalah tempat yang salah.
To be continue....
Follow ig biar makin semangat @meigasellaap
Jaga silahturahmi gengs...
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YOOO.
KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE GOALS (REVISI)
Novela Juvenil"Jangan nangis di depan gue, gue malah nggak suka. Jangan diulang lagi ya." Nadanya melembut juga pandangannya yang melembut menatap Alkena yang menunduk dengan mati-matian menahan air mata yang hampir lolos itu. Tapi, gadis itu tampak bisa bernapas...