3.6 Darah

689 60 13
                                    

Setetes darah terjatuh membasahi lantai. Beberapa tapak kaki terdengar jelas menggema di lorong kampus.

Di dekat sana terdapat wanita yang tersungkur ke bawah. Tatapan matanya tertuju pada sebuah pohon besar.

"Ahhh!" jeritnya histeris.

Tapak kaki yang terdengar sudah tak berhenti. Beberapa mahasiswa/i berkumpul mengelilingi wanita itu.

"Ada apa?" tanya salah satu pria.

"I-itu...," jawab wanita itu sambil menunjuk ke atas pohon.

Semua langsung menolehkan kepala ke atas. Kedua mata mereka melotot lebar.

Di sana sosok mayat pria berkulit hitam tergantung bebas di pohon tersebut. Cairan kental berwarna merah terus menetes keluar dari balik lilitan leher.

"Astaga!" seru salah satu mahasiswa terkejut.

Devin dan sepasang kekasih telah sampai di lokasi. Mereka harus berdesakan untuk melihat apa yang terjadi.

Langkah Devin terhenti di saat ia melihat mayat pria tergantung di atas pohon. "Bunuh diri?" gumamnya.

Angel menutup mulut menggunakan tangan. Ia tak sanggup berdiri, hingga sang kekasih menahan beban tubuhnya.

"I-ini nggak mu-mungkin..." ucap Angel terkejut.

Sang kekasih berusaha menenangkan Angel. Dia juga merasakan apa yang di rasakan olehnya.

"Ayy... Genix... sudah mati," kata Angel lirih.

"Sebaiknya kita pergi dari sini." bisik sang kekasih.

Angel menganggukan kepala kecil. Keduanya pun memutuskan untuk meninggalkan lokasi kejadian secara diam-diam.

"Angel!" panggil Devin mencari keberadaan wanita itu. Namun, ia tak menemukan kedua sosok tersebut.

"Mereka menghilang? Apa ini seperti 5 tahun yang lalu?" banyak pertanyaan berkutat di pikiran Devin.

"Ayo bubar!" seru Dewan Mahasiswa tegas.

Semua mahasiswa/i pun membubarkan diri hingga Devin yang tersisa. Saat ia akan beranjak, ia melihat sebuah gelang berwarna hitam tergeletak di bawah.

"Kamu kenapa masih di sini?!" seru Dewan Mahasiwa.

"Maaf Pak, saya permisi." balas Devin. Ia menyimpan kalung itu di dalam kantung celana. Lalu pergi meninggalkan lokasi kejadian.

😱😱😱😱😱

Marsha dan Vanya berjalan menuju ke kantin. Suasana di kantin nampak sepi.

"Loh, kok sepi ya?" tanya Vanya heran.

"Mungkin mereka masih pada belajar." jawab Marsha santai.

Vanya menoyor kepala Marsha pelan. Kedua bola mata memutar jengah.

"Sakit tahu!" kesal Marsha.

"Lagian asal jawab bae. Udah tahu sekarang jam 4, berarti kegiatan di kampus sudah selesai." ujar Vanya sewot.

"Hehehe... oh iya," sahut Marsha cengegesan.

Tiba-tiba ada sepasang tangan yang menepuk kedua bahu mereka. Keduanya hampir saja berteriak kencang bila tidak mendengar suara tawa yang begitu keras.

"Hahaha..."

Vanya yang pertama menolehkan kepala. Kedua tangan ia lipat di dada.

The Mistery [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang