4.15 Penentuan (2)

673 57 133
                                    

Suasana menjadi semakin menegangkan dan meyeramkan. Sosok Roy telah muncul di hadapan mereka.

"Akhirnya... Waktuku telah tiba." seru Roy kencang.

Brak!

Pintu aula kampus terbuka. Ketiga mahasiswa lain berdiri tegak di depan pintu.

"Kalian..." ucap KeyB terkejut melihat orang-orang yang di kenalnya berada di dalam aula kampus.

"KeyB... Ruth... Bastian," sahut Marsha juga terkejut.

"Hahaha... Sebagian besar telah berkumpul." tawa Roy menggema di ruangan aula.

Semua pandangan tertuju kepadanya, seolah dialah bintang pada malam hari ini. Roy pun menatap satu persatu wajah mereka.

"Aaa... Aku merasakan kekuatanku semakin kuat apabila membunuh kalian semua di sini." seru Roy menyeringai.

"Sial!" gerutu Devin.

Ia telah membawa bahaya besar bagi teman-temannya. Ia pun berlari dengan mengepalkan kedua tangan erat.

"Devin/Bang Devin!" seru Alif, Marsha, Vanya serta Dinda.

"Kemarilah..." ujar Roy menantang.

Bugh!

Satu pukulan berhasil mendarat di pipi kanan Roy. Tidak hanya di situ, Devin juga menendang perutnya kuat. Tubuh Roy terdorong ke belakang. Ia tak merasakan sakit apapun.

"Aahh, rasanya seperti di gigit semut saja." ucap Roy meremehkan.

Devin kembali melesat, untungnya Ait serta Alif berhasil menahan kedua tangannya. Devin meronta minta di lepaskan.

"Vin! Loe harus tenang!" seru Alif terus menahan.

"Kak, loe nggak boleh sampai terbawa emosi gini!" sahut Ait juga menahan.

Akhirnya Devin mulai sedikit tenang. Ia mengatur napasnya yang tersenggal-senggal.

Plak!

Vanya menampar pipi kiri Devin hingga meninggalkan bekas. Air mata keluar dari bola mata indah Vanya.

"Hiks... Loe jangan gegabah seperti ini!" omel Vanya menangis.

"Maafin gw," jawab Devin lemah.

Kelima orang lainnya datang menghampiri Devin. Kini jumlah mereka sekarang ada sembilan orang.

Plok! Plok!

"Drama yang mengharukan sekali." ejek Roy bertepuk tangan.

"Sial! Kita harus menghentikan dia secepat mungkin." seru Alif menahan amarah.

"Memang dia siapa?" tanya Ruth bingung.

"Dia adalah Roy, mahasiswa jurusan Teknik. Dialah dalang yang menyebabkan teror ini terjadi." jawab Marsha.

Hal itu membuat Bastian dan Ruth terkejut. KeyB sendiri sudah mengetahuinya melalui ingatan sebelumnya.

"Ini nggak bisa dibiarkan!" seru Bastian.

Ia menyalakan handycame miliknya. Itu akan merekam semua kejadian sebagai bukti kejahatan Roy selama ini.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Vanya.

"Kita harus menghentikannya sekarang juga, sebelum jam 12 tengah malam." jawab KeyB.

Semua mata pun tertuju kepadanya. Mereka penasaran akan maksud dari perkataan si wanita serba hitam tersebut.

😯😯😯😯😯

Deg!

Devin merasakan sesuatu pada dada kirinya seakan tertusuk jarum. Ia meronta kesakitan.

The Mistery [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang