06 Mulai Beraksi

1.2K 95 50
                                    

Marsha dan Vanya berteriak histeris. Semua alat musik melayang di langit. Melodi piano terekam jelas di telinga mereka.

"Aahh Cejo! Kejadian ini sama seperti kemarin yang gw rasakan!" jerit Marsha ketakutan.

Ia tengah mengumpat di balik meja, sedangkan Vanya bersembunyi di sebelahnya.

"Ini pengalaman mengerikan yang gw rasakan pertama kali!" seru Vanya ketakutan.

Alunan melodi tunts piano terus bermain tanpa ada yang memainkannya. Aneh? Itulah yang terjadi di ruang musik.

Brakk!

Sebuah bangku mengarah ke tempat persembunyian Vanya serta Marsha. Kedua perempuan itu bergetar hebat.

"Kita harus pergi dari sini!" seru Marsha.

"Tapi... bagaimana dengan petunjuknya itu?" tanya Vanya ragu.

Ia masih penasaran dan ingin menyelesaikan masalah hantu piano secepatnya.

"Gw gatau! Yang gw pikirin saat ini keluar dari ruang musik ini hidup-hidup!" seruan Marsha yang lumayan keras membuat Vanya semakin gemetaran.

"Kita harus cari jalan keluar!" sahut Vanya.

Marsha berpikir sejenak. "Aha! Gw tahu!"

"Tahu apa Sha?" tanya Vanya pensaran.

Marsha membisikan sesuatu kepada Vanya. Vanya pun menganggukan kepala mengerti.

"Oke! Saat gw hitung sampai angka 3, kita mulai lari," bisik Marsha.

"Sip!" sahut Vanya mengacungkan jempol tangan.

Marsha menarik dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan.

"Tiga!"

Marsha langsung lari menuju ke arah jendela. Vanya yang bengong tersenyum kecut.

"Itu mah langsung hitung tiga, bocah saraf emang," gerutu Vanya kesal.

Ia pun berlari menyusul Marsha menuju jendela. Namun, sebuah alat musik yaitu gitar melesat cepar ke arah Vanya.

Vanya menolehkan kepala. Kedua matanya membulat sempurna.

"Ahhh!" jeritnya ketakutan. Ia hanya bisa diam berdiri.

Marsha yang sudah sampai di dekat jendela mendengar jeritan Vanya. Ia membalikan badan.

"Vanya!"

🎸🎸🎸🎸🎸

Di Perpustakaan...

Seorang pemuda tengah fokus membaca sebuah buku bersampul hitam. Ia juga mendengarkan sebuah lagu dari balik headphone-nya.

Selembar demi selembar ia baca dengan teliti tanpa ia lewatkan setiap kalimat di dalam buku tersebut. Buku yang ia pegang terlihat berdebu dan usang.

Saat pemuda itu membuka lembaran berikutnya. Kosong. Hanya lembaran kertas putih yang tak tergores satu tinta pun.

"Hmm... jadi sudah di mulai rupanya," gumam pemuda itu tersenyum misterius.

Pemuda itu segera bangkit berdiri. Ia memiliki tubuh proposional.

Buku hitam ia tutup, lalu di masukannya ke dalam tas. Namun, saat akan ia lakukan sebuah tangan berkulit pucat menghentikan aksinya.

"Kamu harus buang buku hitam itu," suara perempuan itu tegas.

Sang pemuda membalikan badannya untuk melihat siapa yang telah mengganggunya. Ia menyeringai tipis.

"Jadi, loe udah menampakan diri." ucap pemuda itu santai.

The Mistery [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang