════════════════════
Conversation
════════════════════
Gue menggigit ujung kuku gue, dengan ponsel yang sedaritadi gue genggam, akhirnya gue memilih untuk menelepon Minhyun, memberitahu kabar yang menurut gue buruk.
Cukup lama gue menanti sambungan telepon, nama nya juga Minhyun, pasti dia jarang main hp, beda dengan Jinyoung yang selalu memegang hp nya.
"Halo kenapa by?" Tanya Minhyun diseberamg sana, gue yang deg-degan makan di tambah ga karuan dengan sapaan manis Minhyun barusan.
"Bisa ketemu hyun?" Tanya gue menahan rasa sesak di dada.
"Bisa, ketemu dimana?" Gue berpikir sejenak, kalau di rumah bakal ketauan kak Sungwoon.
"Di cafe biasa aja," Lanjut gue, diiyakan oleh Minhyun.
"Aku jemput aja ya?" Tawar nya,
"Oh iya boleh deh," Ungkap gue tersenyum, Minhyun meminta waktu untuk bersiap, sambungan telepon terputus.
Gue bergegas mengambil tas selempang di kamar, setelah gue keluar dari kamar, gue melihat presensi kak Sungwoon yang menatap gue dari atas sampai bawah.
"Gue tau kak gue cantik, liatin nya ga usah gitu amat" Gue memasang wajah datar.
"Tumben pake dress, mau kemana?" Tanya kak Sungwoon yang sudah gue duga sebelum nya.
"Mau ketemu Minhyun, sebagai adik yang baik, gue pamit ya kak" Gue mencium punggung tangan kak Sungwoon, untung kak Sungwoon mengizinkan.
"Minhyun nya kesini kan?" Tanya kak Sungwoon sedikit berteriak, jadi gue jawab 'iya' nya juga sambil teriak. Gue udah dibawah soal nya, dan mulai melangkah keluar rumah.
"Eh kak Dan, udah lama? Kok ga masuk aja?" Gue dikejutkan oleh kehadiran kak Daniel di depan pintu yang baru aja gue buka.
"Ini baru aja mau mencet bel, Sungwoon ada kan?" Tanya dia, gue mengangguk serta mempersilakan kak Daniel masuk. Sementara bola mata gue melihat kehadiran mobil berwarna merah cerah, siapa?
"Hai" Sapa nya, ternyata Minhyun, tumben pake mobil.
"Kok tumben pake mobil?" Gue tersenyum menanggapi sapaan nya, Minhyun mengangguk, dia mengatakan kalau sudah dapat Surat Izin Mengemudi.
"Ayo" Minhyun memegang punggung tangan gue, memasukkan jari-jari gue pada jari-jari Minhyun yang berukuran lebih besar.
Entahlah, baru dua Minggu lalu gue dan Minhyun lebih dekat, gue udah mendapat sebuah ujian besar.
Minhyun fokus menyetir, gue lihat juga dia sesekali melirik kearah gue yang sedang memasang wajah sendu.
Kami memasuki cafe, mengambil tempat duduk di sudut ruangan. Minhyun memesan Coffee latte ice, sedangkan gue memesan Vanilla latte ice.
"Kamu daftaran nya lancar?" Tanya gue membuka obrolan, Minhyun memang sibuk mendaftar di beberapa Universitas terkenal di Jakarta.
"Lancar, kemarin tes di Univ ketiga pilihan aku" Gue tersenyum mendengar jawaban Minhyun tapi, gue merasa rendah diri karena tidak lanjut kuliah.
"Ah bagus deh, aku lega denger nya," Ucap gue mengalihkan atensi, tak ingin melihat manik mata Minhyun.
Pesanan gue dan Minhyun udah datang, gue menatap Vanilla latte tak minat, gue bingung harus mulai ngomong dari mana sama Minhyun.
"Hyun, kalau aku pergi gimana?" Tanya gue menundukkan kepala, tangan gue yang berada diatas meja bergetar begitu saja.
"Kamu ngomong apa sih? Kamu mau pergi kemana? Hm?" Nada bicara Minhyun terdengar khawatir, tangan Minhyun menggenggam tangan gue.
"Aku disuruh jaga ibu nya ayah Guanlin," Jawab gue masih menundukkan kepala.
"Nenek kamu juga kan?" Tanya Minhyun, gue mengangguk.
"Hei aku ada di depan kamu, bukan di bawah kamu ya"
Ucapan Minhyun barusan terdengar ambigu, gue mendongak dan menatap sebal Minhyun. Dia sekarang sudah berani bicara hal tidak-tidak, heran.
"Yaudah jaga, kasian kan ga ada yang ngurusin, katanya kamu juga satu-satu nya cucu perempuan nya kan?"
Gue mengangguk lagi, entah untuk keberapa kali nya.
"Nenek di Taipei, hyun"
Minhyun diam, fokus nya beralih ke gelas yang sedang ia pegang.
"Oh ya-yaudah," Minhyun memegang tangan gue semakin erat. Gue menjelaskan semua nya, soal cucu-cucu nenek yang sedang sibuk, kak Jihoon yang sibuk dengan tugas kuliah, Guanlin dan Seonho yang masih sekolah, serta kak Sungwoon yang sibuk dengan pekerjaan nya.
Ibu memilih mengorbankan gue, yang baru aja lulus dan beliau bilang soal kuliah gue harus dipending dulu. Bunda Lily, kewalahan mengurus ibu mertua nya itu.
Terpkasa gue harus mengiyakan permintaan ibu dan juga bunda."Beneran kita gapapa LDR-an?" Tanya gue, Minhyun mengangguk setuju. Dengan segera gue menghapus air mata yang akan jatuh ke pipi gue gitu aja.
"Udah ya sayang nya Minhyun jangan nangis"
════════════════════
Conversation
════════════════════
KAMU SEDANG MEMBACA
❏Conversation⚘
Random❝ Pemeran utama tidak selalu ada dalam setiap peristiwa, meski tak dekat, namun kita saling terikat ❞ . . . . . © loosesage 2018