════════════════════
Conversation
════════════════════
Setelah diantar pulang oleh Guanlin dengan selamat, Niara segera memasuki rumah nya. Hari ini ia benar-benar merasa sakit dengan penuturan teman nya yang tidak ingin dia dengar.
'Kamu itu ga pantes buat Minhyun, nyadar dong!'
'Minhyun kok bisa milih lu? Heran deh gue'
Perkataan itu terus terngiang di telinga Niara, sementara Niara sudah duduk menenggelamkan kepala nya kedalam lipatan tangan. Perkataan itu terlanjur masuk ke dalam hati nya,tentu saja amat terasa sakit.
Niara menangis tanpa suara, sejak ia menikah dengan Minhyun, teman-teman nya menjadi mendiami bahkan menjauhi nya tanpa alasan yang jelas. Niara tak mempunyai teman mengobrol selain Guanlin dan Seonho.
"Loh sayang, kamu kenapa?" Tanya Minhyun yang barus pulang kerja, kedua bola mata nya melihat Niara yang nampak tak semangat dalam menjalani hidup nya akhir-akhir ini.
"Kok nangis lagi sih," Gumam Minhyun menarik kursi di sebelah Niara, Minhyun menormalkan posisi Niara menjadi duduk tegak. Tangan kanan Minhyun memeluk bahu Niara.
"Akuu— capek," Ucap Niara terbata, air mata meluncur dari sudut mata nya. Minhyun menarik kepala Niara agar bersender pada bahu nya.
"Kok kamu bilang nya gitu sih, kamu ada masalah? Cerita sini sama aku," Timpal Minhyun mengelus puncak kepala Niara penuh kasih sayang. Niara tak merespon, tatapan nya kosong dengan bulir air mata yang terus berjatuhan.
"Aku ga pantes ya buat kamu?" Tanya Niara tanpa rasa takut Minhyun akan marah padanya.
"Mereka bilang kaya gitu lagi? Kan aku udah bilang jangan dimasukin ke hati" Mata Minhyun berkaca-kaca, setelah mendengar penuturan Niara, hati nya terasa di hujani ribuan ujung kaca yang tajam. Minhyun tidak mau Niara mengalami hal ini.
"Jangan dengerin mereka, kenapa bandel sih hm?" Minhyun menangkup pipi Niara, ia mengubah posisi duduk nya menghadap ke Niara yang masih setia dengan tatapan kosong nya.
"Aku capek hyun, aku juga manusia, punya perasaan" Niara semakin menangis, kali ini dia memukuli dada bidang Minhyun yang keras dengan tangan nya yang kecil.
"Sabar sayang, semua ini pasti akan berlalu" Minhyun menarik Niara kedalam pelukan hangat nya. Sedetik kemudian Minhyun mengecup bibir Niara.
"Makan ya," Pinta Minhyun menatap dalam wajah Niara.
"Aku ga mau makan, hyun" Niara menggeleng lemah.
"Terus kamu mau nya apa?" Tanya Minnyun mengelus pipi Niara yang terlapisi oleh bedak dan sapuan tipis blush on.
"Ga mau apa-apa, cuma mau ngilang aja dari dunia ini dan ga mau ketemu mereka lagi"
Hati Minhyun ngilu, ia tak tega melihat Niara yang sudah dua minggu ini terus-terusan bersedih. Padahal mati-matian ia berusaha membahagiakan Niara namun nyatanya ada orang yang menyakiti nya.
"Siapa yang udah ngomong kaya gitu sama kamu? Bilang sama aku, biar besok ngga ada lagi yang nyakitin kamu" Nada ucapan Minhyun terdendar tegas, ia semakin menarik Niara kedalam pelukan nya.
"Udah ya, jangan nangis, aku sakit" Minhyun memejamkan mata nya, masih memeluk Niara yang menangis sesenggukan.
════════════════════
Conversation
════════════════════
Dia terus menangis dihadapanku
Tanpa peduli jika aku pun merasakan sakit
Kalau sudah begini, aku merasa
tak becus menjadi seseorang yang selalu ada untuknyaDia berkata dia lelah
Lelah dengan semua nya
Dia terus menangis
Makan nya pun tak habis
Hatiku merasa teriris
Tuhan, kenapa aku tak sanggup
Untuk membuat nya bahagia
Tanpa ada torehan luka
Tuhan, aku harap semua ini hanya sementara
Aku tak ingin semua ini menjadi kisah sedih yang berkepanjangan
Karena, tak ada yang boleh membuat nya sedih
Aku sudah menjaga nya
Tapi, ada yang tega merusak nya
Aku sudah membuat nya bahagia
Namun, ada yang membuat nya sengsara
Aku, tidak terima
Siapapun dia, kuharap mendapatkan karma
Sebelum nya
Terimakasih untuk luka yang kau berikan
Semoga ini menjadi sebuah pelajaran untuk ku dan Niara
—Tertanda, Minhyun yg tak bisa
membuat puisi cinta════════════════════
Conversation
════════════════════
KAMU SEDANG MEMBACA
❏Conversation⚘
De Todo❝ Pemeran utama tidak selalu ada dalam setiap peristiwa, meski tak dekat, namun kita saling terikat ❞ . . . . . © loosesage 2018