CTN [54]

493 30 0
                                    

Incoming Call from “Sani”
01.09 AM

“Lo bercanda ‘kan, ya?”

“Ngapain gue bercanda?”

“…”

“Sani?”

“Kenapa?”

“Kenapa apanya?”

“Ya kenapa lo malah ngajakin gue pacaran?”

Ya … karena gue pengen nikahin lo. Kenapa? Nggak boleh?”

“Ya aneh. Kenapa harus gue?”

“Ya gue sayangnya cuma sama lo doang.”

“Berarti sama bonyok lo, lo nggak sayang?”

“Allahuakbar. Beda kali.”

“Tunggu-tunggu. Ini Adit ‘kan?”

“Iya, kenapa sih??? Pengen gue cium lo lama-lama.”

“Bukan Adit yang gue kenal kali nih. Kok gue jadi deg-deg-an?”

“Polos banget sih lo jadi orang.”

“Nggak, gue nggak polos. Buktinya, gue punya idung punya mata, punya yang lain.”

“Bodo anying.”

“Ihhh, ini bukan Adit sahabat gue kali? Masa gue deg-deg-an sih?”

“Mana gue tau? Gue juga deg-deg-an sekarang telponan sama lo. Malah udah keringat dingin kali nih, rasanya kayak pengen boker cuma nggak bisa.”

“Kok kita sama?!”

“Aduh bisa gila gue lama-lama, San.”

“Dih nggak jelas lo!”

“Lo bisa bedain nggak sih?”

“Bedain gimana maksud lo?”

“Kelamaan sahabatan, jadi susah ‘kan bedain gimana nganggep gue sebagai ‘cowok’ apa enggak.”

Call End.

“Adittttt, ini beneran Adit gue? Dia beneran sesayang itu sama gue?”

Calling to NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang