CTN [57]

552 31 0
                                    

Incoming Call from “Adit”
23.17 PM

“Gue udah ngerti, San, sekarang.”

“Apa?”

“Lo mau jadi calon istri gue ‘kan?”

“Kirain lo udah ngerti soal matematika yang disuruh sama Pak Tanto kemarin.”

“Yaudah deh nggak jadi, udah gue cancel.”

“Maksud lo di cancel?”

“Soal matematika.”

“Apaan sih?”

“AHHH, kenapa ngajakin lo jadian udah kayak ngajakin marmut gue buat nyuciin sepatu gue sih?”

“Hahahaha, harus penuh perjuangan, Dit, soalnya kalau mau ngajak gue jadian.”

“Dih, biasanya lo kalau sama cowok lain. Mau-mau aja, kenapa sama gue nggak?”

“Karena lo nasi goreng.”

“Gue manusia!”

“Ish, lo mah nggak ngerti-ngerti.”

“Iya, gue ‘kan bego.”

“Pikirin tuh kenapa lo nasi goreng.”

“Karena nasi goreng biasanya itu spesial, makanya … Sani?”

“Iya, sespesial itu lo di hidup gue.”

“Hahahaha.”

“Lah ini orang.”

“Aduh gue terharu akhirnya lo mengatakan yang romantic sekaligus menggelikan.”

“Agak aneh juga sih ya kalau gue sama lo jadian. Iya nggak sih?”

“Gue sudah menunggu ini selama ribuan tahun.”

“Maksud lo dari kita orok?”

“Lo kira iq gue seribu apa masih bayi udah tau cinta-cintaan?”

“Hahaha, lebay lo kumat.”

“Yaudah besok gue traktir nonton, mau ‘kan?”

“Mau!”

“Gini kek, gue harus ngajak jadian lo dulu kali ya biar lo mau gue ajak nonton.”

“Iyalah, Dit, gue ‘kan menunggu moment ini dari waktu lo ngajakin nonton. Gue nggak mau nonton sama orang yang bukan pacar gue soalnya.”

“Bisa gila gue, San, perjuangan gue akhirnya.”

“Ya udah, kapan lo ngelamar gue?”

“Bulan depan.”

“Lah serius kali? Nggak usah gila kek.”

“Sejak kapan gue nggak serius kalau berhubungan sama lo?”

Call End.

“Udah, udah. Nelpon sama Aditnya udahan. Nanti gue lama-lama meledak nih.”

Calling to NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang