Kata-Kata Yang Membatin.

13.3K 571 14
                                    

Part 34.

Author POV.


1 Bulan Kemudian.

Kebersamaan yang mereka lewati dari hari ke hari, membuat hubungan mereka semakin baik dan bertambah kuat. Neta juga sudah memutuskan untuk tinggal di rumah Gilang, tapi tenang mereka beda tempat tidur.

Lagipula Gilang dan Neta juga sudah sepakat untuk tidak melakukan hal yang tidak seharusnya. Neta ingin semua berjalan dengan perlahan-lahan, dan Gilang ingin menikahi Neta dulu, baru menyentuhnya secara sah. Agar tidak salah arah seperti dulu.

"Neta." Seru Gilang.

"Hari ini kamu ke Mall enggak ?" Tanya Gilang.

"Enggak, Memang nya kenapa ?" Tanya Neta.

"Kamu semenjak di sini belum pernah ke Mall lagi, kenapa ?" Neta membatin, dia hanya diam saja dan tidak membalas pertanyaan Gilang.

"Gilang, kamu mau selai rasa apa ?" Neta mengalihkan pembicaraan.

"Kacang saja." Jawab Gilang.

"Nanti siang kamu makan siang di mana ?" Tanya Gilang lagi.

"Di toko aku , Kenapa ?" Seru Neta.

"Makan siang sama aku yuk, di Mall ! Kamu bisa enggak ke sana hari ini ?"

"Enggak ah."

"Kamu kenapa sih enggak mau banget ke Mall, kan di sana ada toko kamu juga. Kamu bisa mengecek dan lihat-lihat."

"Sudah nih makan rotinya, katanya tadi mau ada Meeting, jangan banyak ngomong nanti telat." Seru Neta.

Lalu Gilang menyantap sarapannya dengan cepat karena Memang dia sudah hampir telat. Setelah selesai Gilang langsung berdiri dan pergi kerja. Neta juga sudah Siap-siap untuk pergi.

"Jadi aku bawak mobil sendiri saja ya hari ini, nanti kamu telat kalau anterin aku."

"Yakin enggak Apa-apa." Tanya Gilang.

"Iya enggak apa-apa kok, sudah besar juga."

"Oke , karena kamu bawak mobil juga nanti sekalian ke Mall ya aku tunggu, kamu mampir dulu nanti ke Restaurant Jepang langganan kita , ambil sushi pesanan aku untuk makan siang, tadi aku sudah order dengan temanku untuk makan siang kita berdua. Pokoknya aku tunggu kamu di Mall. Bye sayang." Lalu Gilang dengan cepat mencium kening dan bibir Neta lalu segera masuk mobil. Neta sendiri tidak sempat mengucapkan sepatah kata pun , karena Gilang sudah melesat pergi.

Sesampainya Gilang di Mall dia sudah di tunggu oleh Dina karena mereka akan ada Meeting dengan investor baru, sedangkan Neta masih di jalan menuju tokonya. Dia sedang berpikir, apakah ini waktu yang tepat untuk dia menemui Kiara. Setelah di pikir-pikir, waktu yang tepat itu tidak akan ada, kita lah yang menentukan tepat atau tidaknya, mau sampai kapan Neta selalu menghindari Kiara.

Kiara adalah adik angkat dari Rama, selama setahun ini Kiara mengurusi toko Neta yang di Mall, dari awal Memang Neta dan Kiara tidak pernah akur, mereka selalu berselisih paham. Apalagi Kiara selalu mengganggap Neta adalah penyebab segala kesedihan Rama. Dan Neta yakin kejadian kali ini Kiara tidak akan diam. Tapi mau sampai kapan Neta menghindari Kiara, dia harus menghadapinya.

Sudah jam 11 lewat, akhirnya Neta memutuskan untuk ke Mall, dia mampir ke Restaurant Jepang dan mengambil pesanan Gilang. Setelah itu dia langsung menuju Mall, setelah sampai dia ragu apakah harus turun atau tidak tapi dia sudah di sini. Akhirnya dia turun dan melangkahkan kakinya masuk.

Karena masih jam 12 kurang dan belum waktunya istirahat Neta memutuskan untuk menemui Kiara dan kedua karyawannya. Dia berdiri lama dari 2 block tokonya. Mengatur napasnya dengan tenang, juga mengatur kata-kata yang ingin di ucapkannya nanti. Untuk kali ini dia memutuskan agar tidak berdebat dengan Kiara.

Neta menghembuskan napasnya dan melangkahkan kakinya menuju tokonya.

"Hai, semua., apa kabar kalian ?" Seru Neta sambil tersenyum pada mereka semua. Semua menyambutku kecuali 1 , yaitu Kiara, pastinya dia tahu Neta putus dengan Rama, dan pastinya dia akan lebih membenci Neta.

"Wah...Kak Neta kembali." Seru kedua karyawannya barengan.

"Kalian apa kabar ?"

"Baik kok Kak, Kakak sendiri apa kabar ?"

"Seperti yang kalian lihat baik kok."

Lalu Neta memusatkan pandangannya ke Kiara yang sedang di depan komputer kasir.

"Hai...Kiara, bagaimana kabar kamu.?" Tanya Neta dengan lembut.

"Hancur, seperti Kakak ku, yang telah kau campakkan untuk kesekian kalinya. Aku enggak mau basa-basi, apalagi ngomong sama wanita enggak tau diri kayak kamu Neta. Aku di sini bukan untuk bantuin kamu, jadi kamu jangan berpikir aneh, dan karena kamu sudah ke sini aku akan pulang aku enggak mau lihat muka dua kamu yang munafik itu. Hebat ya kamu, setelah sakitin Kakak aku masih bisa senyum. Oh iya aku dengar kamu juga sudah enggak di rumah Kak Rama ? Dengar-dengar jadi simpananya sang pemilik Mall yang terkenal kaya raya itu ya. Hebat ya pindah dari pengusaha satu ke pengusaha satu lagi. Nanti cari mangsa lagi kalo sudah puas skaiti mereka."

Belum lagi Neta membalas perkataan Kiara, Kiara dengan cepat berdiri dan berjalan menyenggol punggung Neta dan berkata.

"Sekali lagi kami nampakin batang hidung kamu ke muka Kakakku, aku enggak segan-segan bunuh kamu sekalian. Kali ini aku benar-benar enggak akan diamin kelakuan busuk kamu. Kamu tahu bagaimana kondisi Kakakku sekarang ? Enggak kan ? Karena kamu egois, cuma memikirkan hidup kamu doang. Hidup Rama bukan cuma tentang kamu Neta, dia juga punya kehidupan, tapi kamu menghancurinnya. Sudah puas kamu ? Atau belum ? Kalau belum lakukan juga hal yang sama persis ke korban kamu selanjutnya, semoga kamu mendapatkan karmanya."

Lalu kiara pergi begitu saja. Membuat Neta terdiam kaku, boro-boro mengeluarkan kata-kata bahkan Neta pun lupa mengeluarkan napasnya. Sungguh kata-kata dia sangat membekas dan membatin di hati Neta. Bukan karena celaan dan hinaan. Tapi karena tentang Rama. Ya Memang benar Neta semenjak pergi dari Rama, dia tidak pernah menguhubungi Rama lagi, karena menurutnya itulah yang terbaik dengan memberikan Rama waktu untuk berpikir jernih lagi, Kini Dia jadi kepikiran tentang Rama, dan tanpa sadar dia terduduk dan meneteskan air matanya.

"Kenapa aku sangat egois, kenapa aku hanya memikirkan perasaan ku saja. Rama sudah terlalu banyak berkorban untuk ku, tapi kenapa aku tidak pernah membalas kebaikan nya. Yang aku lakukan hanya menyakitinya dan meninggalkannya. Hukum aku tuhan , hukum aku." Seru Neta dalam hatinya sambil menangis tersedu-sedu di lantai tokonya.

Dia tidak sadar sedari tadi ada sosok seseorang yang hatinya juga ikut terluka melihatnya seperti ini.


TBC.

Brondong Itu, Suamiku ! #Seri 2. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang