Part 42.
Author POV.
Gilang yang bangun lebih dahulu sudah rapi dengan kemeja dan Jaz berwarna navinya. Walau bagaimanapun dia tetap saja kepikiranNeta semalaman.
Gilang berjalan ke dapur dan membuatkan kopi serta roti selai. Setelah rotinya selesai, dia malah ragu apakah dia harus memberikannya ke Neta atau tidak.
"Lebih baik aku menunggunya di bawah saja." Seru Gilang bicara sendiri.
Sedangkan Neta sendiri yang sedari tadi sudah bangun dan bersiap dia ragu untuk turun, apalagi harus berhadapan dengan Gilang, dia masih kesal. Tapi mau sampai kapan dia berdiam diri di kamar.
Ketika dia perlahan turun dari lantai atas dia menoleh kiri kanan tidak ada siapa-siapa. Sangkanya Gilang sudah pergi dan dia menuju dapur untuk mengambil roti, dan ternyata Gilang sedang berdiri di sana.
Mereka sempat saling menatap tanpa bicara, lalu Neta melangkahkan kakinya untuk mengambil Roti yang ada di meja dapur
"Aku sudah buatkan untuk kamu." Seru Gilang dengan nada pelan. Lalu dia memberikannya kepada Neta.
"Ini kopinya juga sudah aku buatkan." Neta tidak menolak dia mengambilnya dan dia langsung ke meja makan untuk memakannya. Dia tidak mengucapkan satu kata pun pada Gilang.
"Ingin pergi denganku ?" Tanya Gilang.
"Hm...!" Neta menganggukkan kepalanya sambil memakan rotinya.
"Aku tunggu dimobil." Seru Gilang lalu dia langsung meninggalkan Neta.
Neta sendiri bingung, dia harus bersikap seperti apa dengan Gilang.
Sekitar 5 menit setelah Gilang menunggu akhirnya Neta masuk ke dalam mobil. Gilang melajukan mobilnya dan Neta memasang Seatbelt'nya, tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka berdua, menahan egonya masing-masing, terpuruk dalam gengsi yang malah menghancurkan diri sendiri.
Sesekali Gilang melihat Neta yang sedang asyik dengan pikirannya sendiri. Memainkan kukunya, menggaruk punggung tangannya yang mungkin tidak gatal sama sekali. Gilang tau Neta pasti ingin membicarakan sesuatu tapi tertahankan karena rasa gengsinya.
Haruskah dia duluan yang bicara ?
Sayangnya tidak, pikiran Gilang mengatakan tidak, dia tidak mau merendahkan harga dirinya, dia ingin melihat Neta mengerti dirinya, dia ingin Neta menerima tawarannya. Jadi dia bertahan hingga Neta melunakkan egonya terlebih dahulu.
Tapi mau sampai kapan mereka seperti ini ?
"Nanti makan siang di mana ?" Seru Neta yang sepertinya telah mengangkat bendera putih dan bicara terlebih dahulu.
"Terserah ?" Gilang membalas dengan singkat, jelas itu membuat Neta kesal.
"Masih marah ?" Tanya Neta.
"Tidak kok." Balas Gilang.
"Caramu, nadamu, sikapmu, melihatkan padaku kalau kau marah ?"
"Kau menerimanya ?" Gilang membahas hal itu lagi.
"Apakah ini tentang pernikahan itu ?" Tanya Neta.
"Yes, the only thing problem."
"Baiklah, kita menikah 2 bulan lagi." Seru Neta.
Brukkkk,,,Tiba-tiba saja Gilang mengerem mendadak dan membuat tubuh mereka sedikit terhempas ke depan, untung saja mereka menggunakan seatbelt, jika tidak mungkin Entah apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Itu, Suamiku ! #Seri 2. [END]
RomansaPerpisahan yang harus terjadi diantara dua sejoli yang baru saja menikah, pernikahan seumur jagung, dan baru tumbuh bibit-bibit cinta. Menjadi hancur berkeping-keping setelah terjadinya kesalahpahaman, yang membawa malapetaka untuk rumah tangga Gil...