Mimpi Buruk Neta.

15.4K 641 12
                                    

Part 29.

Neta POV.


Setelah kejadian mengerikan itu, aku dibawa oleh Gilang ke rumah sakit, dan di rawat selama semalam, Polisi mau bertanya sedikit tapi Gilang meminta untuk dari pihak kepolisian bekerja sama di lain hari dikarenakan kondisi ku yang masih sangat shock saat itu. Untuk laporannya nanti dia akan ke kantor Polisi dan memberikan kesaksian.

Setelah paginya aku sudah lumayan segar, dan aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Karena aku terlalu takut kembali ke Apartemenku ku, Gilang memaksa untuk aku ikut ke Penthousenya.

Sesampainya aku di Penthousenya. Penthouse itu sangat besar untuknya. Kenapa dia memilikinya jika hanya untuk tinggal sendirian.

Ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, dan tempat tidurnya, serba silver, dan abu-abu dengan banyak kaca, sangat besar luas dan modern. Tidak ada warna sangat monoton.

"Kau bisa istirahat di sini." Dia menunjukkan salah satu kamar tidur untukku, sepertinya ini kamar tidur untuk tamu.

"Terima kasih, Gilang." Seruku.

"Aku akan membuatkanmu makanan."

"Aku ikut Gilang, aku masih takut sendirian." Aku jadi trauma , masih belum bisa sendirian, bayangan pria jahat itu seperti mengikutiku.

"Baiklah, ayo kemari." Dia mengajakku kedapurnya.

"Kau ingin makan apa Neta." Tanya Gilang padaku.

"Terserah apa saja yang ingin kau buat."

"Oke, Baiklah kalau begitu ! Bagaimana kepalamu, masih sakit ?"

"Sudah tidak terlalu."

"Rahang mu memar dan bagian lehermu juga balu, kita akan mengompresnya nanti setelah makan." Dia menahan amarahnya ketika bicara , aku tau dia kesal sekali melihatku seperti ini. Aku melihatnya masak dan seolah kenapa semua bayangan masa lalu kembali terlintas, aku sungguh terlena dengan semua ini, aku seperti merasakan keindahan masa lalu kami dulu terulang lagi. Aku tahu bersama Rama sangat nyaman dan tentram, tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku, cintaku pada Rama tidak sebesar cintaku pada Gilang, hanya Gilang yang mampu membangkitkan gelora membara di hatiku, membuatku tergila-gila dengan namanya cinta, mengeluarkan semua sisi liarku, dan membiarkanku lepas. Itulah pengaruh Gilang dalam hidupku, aku sangat bahagia dan merasa seperti jadi diriku sendiri jika bersamanya, tanpa harus di tahan, takut salah, ataupun takut bertindak, aku hanya bisa seperti itu kepada Gilang.

Aku hanya menatapnya terus-menerus selama dia memasak. Dan setelah selesai memasak dia mengajakku ke ruang makan kami makan di sana, aku makan dengan lahap walaupun rahangku sakit, hampir seluruh tubuhku sakit semua, kenapa aku bisa diperlakukan seperti ini oleh orang asing. Kalau mengingatnya sungguh membuatku merinding ngeri. Bagaimana ada seseorang seperti itu di dunia ini, sangat tidak masuk akal, aku harap dia akan mendapatkan hukumannya.

Tanpa ku sadari sejak aku makan dengan lahap tadi, ternyata Gilang dengan asik hanya menatapiku dengan raut wajahnya yang tidak bisa ditebak.

"Kau tidak makan ?" Tanyaku pada Gilang.

"Tidak, aku sudah kenyang, makanlah, setelah itu kau harus minum obat, lalu tidur, aku akan membersihkan telapak kakimu, kata dokter harus sering di bersihkan karena lukanya masih basah, kasanya harus diganti." Dia begitu perhatian padaku.

"Kapan kau makan ?" Tanyaku, karena dari semalam hingga sekarang dia hanya menjagaku dan aku tidak melihat dia makan apapun .

"Makanlah bersamaku." Seru ku lagi.

Brondong Itu, Suamiku ! #Seri 2. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang