Zachary Leandro mengetuk meja kerja Ayahnya di mansion Leandro dengan pulpen. Dia benar-benar terlihat murka. Sejauh ini, keberadaan Isabela belum menemukan titik temunya. Keponakannya itu seperti hilang ditelan bumi. Walaupun keyakinan mereka tertuju pada sosok Darell Bareskovic namun minimnya petunjuk membuat semua orang seperti di ambang frustrasi.
Daniel mengusap dahinya lelah. Dia benar-benar kurang tidur belakangan ini. Semua menjadi kacau apalagi Stephanie nyaris menangis dan mengurung dirinya setiap hari. Dan Mateo, pria itu terlihat berusaha tegar hingga dua minggu setelah Isabela hilang. Dia bersama dengan anak buah keluarganya berusaha bekerjasama dengan keluarga Leandro sebaik mungkin. Dengan terus berusaha, Daniel tahu Mateo tak lelah berharap.
Daniel menatap pria itu. Mateo Inzaghi. Pria pilihan putrinya. Pria yang memilih putrinya. Dan harus kehilangan begitu cepat. Pria itu berdiri dekat dengan jendela dan menajamkan tatapannya ke arah Zachary yang terlihat serius.
"Aku harus turun tangan sendiri. Kita. Kita harus ke Rusia secepat mungkin. Ini akan memakan waktu sedikit lama, dan kita tak bisa mengabaikan bisnis keluarga. William..."
William Leandro yang tengah menekuri sebuah magnet di meja kerja Ayahnya mendongak. Dan seakan sudah mengerti tugasnya untuk tinggal dan mendampingi Ayahnya mengurus bisnis keluarga dia mengangguk.
"Ben, bawa Stephanie ke rumahmu. Dia akan lebih tenang bersama Celina."
Benjamin Devonshire, menantu keluarga Leandro mengangguk mengerti.
"James, kau bertugas menjaga mansion dan seluruh penghuninya sementara aku dan Daniel pergi. Mommy membutuhkan Alexander karena beliau agak kurang sehat, jadi dia akan tinggal. Dan Mateo...kau siap?"
Zachary menatap Mateo yang sigap mengangguk.
Zachary berdiri dan melangkah keluar diikuti yang lain. Menyisakan Daniel dan Mateo yang berdiam diri.
"Aku harus menemui kedua orangtuaku di hotel, Uncle. Meminta mereka kembali rasanya cukup bijak."
"Tidak Mateo. Bisakah kau meminta mereka singgah sampai Isabela ditemukan?"
Mateo terdiam namun akhirnya mengangguk.
"Aku akan bicara dengan kedua orangtuamu setelah aku menemui Stephanie."
"Jangan merasa tidak enak Uncle, kami mengerti keadaan sedang seperti ini."
Daniel mengangguk.
"Kita akan melakukan penerbangan nanti malam. Istirahatlah."
Daniel menepuk bahu Mateo pelan sebelum akhirnya beranjak keluar dari ruang kerja Ethan Leandro. Mateo menatap calon mertuanya yang terlihat lelah hingga menghilang di balik pintu penghubung ruang keluarga.
Mateo merogoh saku celananya setelah mendengar ponselnya berbunyi tanda pesan masuk. Dahinya mengeryit karena pesan yang dikirim Ibunya. Dan dengan langkah bergegas dia keluar dari ruang kerja Ethan Leandro. Sesaat kemudian Mateo sudah melajukan mobilnya keluar dari halaman mansion Leandro menuju hotel di mana kedua orangtuanya menginap.
Tigapuluh menit kemudian, Mateo terhempas di sofa hotel. Menanti apa yang akan Ayah dan Ibunya bicarakan dengannya. Mateo benci mengakuinya. Tapi dia tidak suka melihat Ibunya menangis seperti sekarang ini.
"Mom..."
Tatapan Mateo jatuh pada selimut bayi yang ada di pangkuan Ibunya. Untuk apa Ibunya membawa-bawa selimut bayi itu ke Amerika? Selimut bayinya. Selimut yang menyertai Mateo yang ditemukan menggigil kedinginan di sebuah keranjang bayi bertahun silam.
"Selimut itu baru saja datang. Ibumu berpikir, ada hal penting yang tertera di selimut itu. Dan itu berhubungan dengan kasus Isabela. Kami tidak begitu yakin, tapi mungkin saja ini sebuah petunjuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, SILENCE (SUDAH TERBIT)
Romance21++ Yang belum cukup umur, silahkan kembali lagi lain waktu. Saat jantungmu adalah bukan milikmu. Dan jantung itu membawa hatimu pada kekasihnya semasa jantung itu masih berada di raga pemiliknya dulu. Saat seorang gadis harus terombang-ambing di a...