Par 24 HE KNOWS

7.5K 1K 37
                                    

"Isabela..."

Isabela menoleh saat mendengar pintu dibuka dan Darell masuk ke dalam kamarnya. Pria itu terlihat sudah rapi dengan baju kantornya.

"Kau boleh keluar dari kamar dan berjalan-jalan di sekitar rumah."

Isabela terpaku. Sekali lagi Isabela berusaha mencerna apa maksud Darell berkata seperti itu. Dia menatap Darell yang melangkah ke arahnya. Dan seperti hari lalu, tangan Darell terulur meraih pinggang Isabela lembut dan membawanya mendekat. Perlakuan yang akan membuat wanita manapun di jagad raya ini merasa istimewa.

"Adikku akan tinggal di sini beberapa waktu sebelum dia kembali ke Napoli. Sebenarnya aku tidak ingin dia kembali ke sana. Tapi, ada kewajibannya kepada kedua orangtuanya di kota itu."

Isabela terdiam mendengarkan perkataan Darell. Wajah kedua orangtua Mateo melintas. Bagaimana keadaan mereka? Terakhir yang Isabela tahu adalah Mateo yang kembali ke Napoli untuk menjemput mereka. Jadi, sudah pasti kedua orangtua Mateo ada di New York, bukan di Napoli.

"Bagaimana?"

"Hmm..." Isabela mendongak dan menatap Darell yang tersenyum padanya. Suatu hal yang nyaris Darell sering lakukan akhir-akhir ini. Tersenyum.

"Aku akan berjalan-jalan nanti."

"Mengobrol lah dengan Mateo."

Hati Isabela berdesir. Mengobrol dengan Mateo? Itu karena Darell tak mengetahui kenyataan sebenarnya. Seandainya Darell tahu, apa yang akan terjadi? Isabela menggeleng. Dia tak sanggup membayangkannya. Akan banyak luka di hati. Dan itu sama sekali tak membuat dirinya bangga. Isabela merasa takut.

"Kau menggeleng. Apa kau tidak mau mengobrol dengan Mateo? Kenapa?"

"Oh...bukan seperti itu. Tentu saja aku akan mengobrol dengannya. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang lain."

"Dan apa itu?"

"Aku merindukan Ibuku..."

Dan Darell melepaskan pelukannya pada Isabela. Dia berbalik dan membatu. Helaan napas Darell bahkan sanggup membuat Isabela menebalkan kewaspadaannya. Isabela tak pernah tahu bagaimana Darell akan bersikap jika sesuatu yang tak ingin didengarkan oleh telinganya terjadi.

"Kau akan bertemu dengan Ibumu begitu kita menikah, Isabela."

Isabela menunduk. Bahunya luruh putus asa.

"Bagaimana kau akan hidup denganku kalau aku memikirkan orang lain?"

Darell berbalik lagi menatap Isabela.

"Pengaruh Yelena sangat kuat padamu. Kenapa kau tak berusaha mengikutinya saja agar kau tidak lagi merasakan sakit di jantung itu? Kau hanya harus mengikutinya untuk jatuh cinta padaku."

Darell berbalik dan berjalan keluar, meninggalkan Isabela yang terpaku.
Darell benar. Hanya butuh sedikit saja tenaga dan pikiran untuk mengikuti kepada siapa jantung Yelena berdetak dan Isabela akan dengan mudah jatuh cinta pada Darell. Darell pria yang baik, dia tampan dan mapan dengan segala kelebihannya. Dalam sekali pandang, siapapun akan jatuh cinta padanya. Sisi gelapnya? Tentang Darell yang bisa saja meluap? Jelas itu karena sesuatu mengusik hatinya. Setiap pria akan melakukan hal sama kalau sesuatu mengusiknya. Isabela tahu Darell marah saat dia tak menurut. Tapi...Isabela merasa dia bukan untuk Darell. Ada pria lain yang sekarang begitu dekat adalah pemilik hatinya yang sejati. Jantungnya mungkin saja berdetak bukan untuk pria itu, tapi hatinya selalu untuk pria itu. Mateo.

Isabela berbalik dan melangkah menuju sofa. Dia menekan dadanya. Mencoba berbicara pada jantung itu. Yelena yang bersemayam dan seakan masih tetap hidup dan tak mau mengikuti kemana pikiran Isabela melanglang.

DEAR, SILENCE (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang