Semua bergerak dalam diam.
Saling mengamati dengan samar. Begitu juga dengan Mateo. Hari kedua setelah tiba di St. Petersburg, Mateo memutuskan untuk berjalan mengelilingi kota dan mulai bertanya-tanya. Dia ingin memastikan sesuatu. Sesuatu yang berawal dari sebuah spekulasi. Sebuah prasangka Ibunya. Sesuatu yang menurut Mateo tak bisa dia abaikan sekalipun nantinya insting Ibunya bukanlah sebuah kebenaran. Tapi, tidak ada yang tidak kalau semua akan membawa Isabela kembali.
Tidak terlalu sulit untuk menemukan kediaman keluarga yang namanya tertera di selimut bayi yang Mateo bawa-bawa kemanapun.
Keluarga Bareskovic
Yang menjadi kesulitan adalah ketika Mateo tiba di depan rumah itu dan melihat penjagaan begitu ketat. Mateo urung keluar dari mobil hotel keluarga Leandro yang dibawanya. Dia berdiam diri sambil menggigit gagang kacamatanya. Matanya jeli mengamati aktifitas rumah megah berlantai tiga di sisi kiri jalan. Tak ada pergerakan apapun selain penjagaan yang cukup ketat.
Mateo menunggu dan dia merasa beruntung karena ada beberapa mobil terparkir berurutan di depannya sehingga menyamarkan mobilnya yang tidak beranjak dari jalan itu bahkan setelah satu jam.
Mateo beringsut dan menajamkan pandangannya. Lalu dia melirik jam di pergelangan tangannya. Masih pagi jadi wajar saja ketika Mateo melihat seorang pria keluar dari gerbang rumah megah itu diiringi seorang yang sepertinya adalah seorang pengawal. Mateo beranjak turun saat pria tua tadi mulai berlari diikuti oleh pengawalnya.
Mateo berjalan cepat menyusul dua orang pria di depannya. Sambil sesekali berlari Mateo berusaha agar dirinya tak kehilangan jejak. Dan tiga puluh menit kemudian Mateo mengayun langkahnya lebih pelan karena dua pria yang diawasinya sejak tadi melangkah masuk ke dalam ke sebuah kafe.
Mateo ikut masuk. Dan dengan cekatan dia menghampiri pria tua yang terlihat tengah menunggu pesanan. Dan sudah bisa Mateo tebak, pria besar yang mengawal pria itu bergerak menghalangi Mateo dengan cekatan.
"Hector..."
Pria tua dengan suara serak itu mengangkat tangannya meminta pengawalnya yang bernama Hector menghentikan usahanya menahan Mateo yang mendekat.
"Duduklah anak muda. Pasti ada hal yang sangat penting yang perlu kau sampaikan padaku hingga kau harus mengawasi rumahku begitu lama dan mengikuti ku sampai tempat ini."
Mateo menelan ludahnya kelu dan seketika dia menyadari satu hal. Dia berurusan dengan pria yang bukan pria sembarangan.
Dan Mateo, tanpa merasa perlu berbasa-basi-basi karena pria itu juga bersikap sangat lugas, Mateo mengambil sesuatu dari paper bag yang dibawanya. Dia mengulurkannya pada pria itu dan pria itu bergeming. Air mukanya tak berubah. Mateo membuka lipatan selimut itu dan menunjukkan label nama keluarga besar pria itu. Dan wajah pria itu mulai berubah. Tatapannya meredup. Lalu tanpa mau menyia-nyiakan waktu, Mateo mengambil momen saat pria itu tertegun. Mateo mengeluarkan kalung dengan liontin burung es yang ada di saku kemejanya.
Dan tiba-tiba pria itu terlihat gemetar. Sedangkan Hector mencoba maju lagi karena merasa ada yang tidak beres dengan Tuannya. Namun sekali lagi, tangan Tuannya yang gemetar menghalaunya. Lalu pria itu dengan tangan yang masih gemetar mengangkat kalung itu ke udara. Mengamatinya dengan dalam dan akhirnya pria itu menatap Mateo.
"Kau..."
"Mateo Inzaghi, Sir. Saya membutuhkan penjelasan terkait benda-benda ini."
"Ini milikmu?"
"Ada bersama saya sewaktu kedua orangtua saya menemukan saya di depan pintu kediaman mereka."
"Oooh...Tuhan...Anastasia...anak kita masih hidup? Oh, Anastasia..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, SILENCE (SUDAH TERBIT)
Romance21++ Yang belum cukup umur, silahkan kembali lagi lain waktu. Saat jantungmu adalah bukan milikmu. Dan jantung itu membawa hatimu pada kekasihnya semasa jantung itu masih berada di raga pemiliknya dulu. Saat seorang gadis harus terombang-ambing di a...