Dear Muslimah

112 7 0
                                    

#DearMuslimah

“Wanita itu aurat, maka bila ia keluar rumah, syaithan terus memandanginya (untuk menghias-hiasinya dalam pandangan lelaki sehingga terjadilah fitnah).”

(Dishahihkan Al-Imam Al- Albani dalam Shahih At-Tirmidzi, Al- Misykat no. 3109, dan Al-Irwa’ no. 273. Dishahihkan pula oleh Al-Imam Muqbil ibnu Hadi Al-Wadi’i t dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/36)
Dear muslimah..

Tahukah antunna, yang namanya syarat diterimanya amal ibadah, ada dua:

Ikhlas Lillaahi Ta’ala.
Ittiba’ Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam.
Keduanya harus terkumpul dalam diri seorang hamba agar amalnya diterima. Satu saja luput, maka amal tersebut sia-sia. Itu pokok tauhid yang paling dasar. Sebelum belajar yang lain-lain, hendaknya seorang muslim mengetahui dan meyakini hal ini. Tauhid first.

Dear muslimah…

Kemanakah hilangnya rasa malu? Padahal, sebaik-baik perhiasan seorang muslimah adalah rasa malunya.

Kemanakah hilangnya rasa rikuh dan risih ketika banyak komentar-komentar semacam ini dari lawan jenisnya, laki-laki ajnabi yang bebas memandangi fotonya kapan saja mereka suka..

“Subhanallah.. Pasti aslinya cantik ya. Dari matanya aja udah kelihatan cantik..”

“Masya Allah, calon bidadari surga..”

“Barakallahu fiik, ukhti. Semoga istri ana kelak seperti anti.. Cantik, shalihah pula..”

Dan berbagai kata-kata lain yang mampu melambungkan hati muslimah tersebut. Dan ia tak pernah tahu, sudah berapa banyak pasang mata yang menikmati cantiknya, menyimpannya dalam ponsel mereka, membayangkannya bahkan sampai mengangankannya terus menerus dengan hasrat ingin memilikinya.

Fyi, akun tsb disetting publik karena saya yang tidak memfollow saja bisa membukanya di tab Explore IG. So it is open for public. Siapa saja bisa mengaksesnya.

Dear muslimah…

Pernahkah antunna mendengar ada sekumpulan orang yang memiliki kelainan seksual, mereka mencari gambar-gambar wanita bercadar di internet, menyimpannya dalam gadget mereka dan menjadikan gambar-gambar tsb sebagai objek untuk memenuhi fantasi seksual mereka.

And people like them are real, they do exist. Saya pernah menjumpai beberapa akun Facebook orang sakit seperti mereka. Mereka memasang foto profil seorang wanita bercadar, yang mereka dapatkan entah dari mana. Karena mereka aslinya adalah laki-laki, yang sangat terobsesi dengan wanita-wanita bercadar. A group of sick and insane people. Wal’iyadzubillah..

Dear muslimah..

Jangan pernah merasa aman dari makar-makar syaithan.. Sudah rapat bercadar, dibisiki syaithan hingga muncul keinginan untuk tampil dan menonjolkan diri dengan hobi selfie dengan cadarnya. Yang kadang justru malah menimbulkan fitnah bagi sebagian laki-laki, terutama mereka yang sudah ngaji.

Sungguh, inilah tipu daya syaithan. Ketika syaithan menghiasi keburukan dengan bingkai ketaatan. Ketika banyak muslimah yang terpedaya, berlomba-lomba berpose dengan niqabnya. Hanya karena alasan dakwah. Mendakwahkan niqab, memasyarakatkan sunnah ini  dengan cara berfoto diri alias selfie. Selfie for dakwah.

Subhanallah.. Musibah 😦

Deep inside, ngeliat pic-pic itu saya sendiri merasa malu. Entah kenapa kok malah saya yang malu ya, ehehehe. Padahal dateng aja enggak. Tapi malu sekali rasanya. I just can’t explain this feeling.

Yang saya pahami selama ini.. Fungsi cadar itu untuk menutupi, melindungi dan menjaga, bukan malah sengaja menutupi untuk ditampilkan kembali. There is no such thing as selfie for dakwah, especially to muslimah. We are like a pearl inside our shell. Hidden and precious.

Islam datang untuk memuliakan wanita dengan memerintahkan mereka untuk tinggal di rumahnya, bukan untuk turun ke jalan-jalan, berdesakan dan ikhtilat dengan kaum pria, meski atas nama dakwah. Terlebih lagi mendakwahkan tauhid dengan cara yang demikian.

Dear muslimah…

The best and most proper hijab for you is your home. Not streets. Not battlefield. Bahkan ladang jihad terbesarnya seorang wanita adalah di rumahnya. Bukan di medan peperangan seperti halnya kaum pria. Dan sebaik-baik perhiasan seorang wanita adalah rasa malunya.

Quotes Sahabat HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang