sahabat

151 9 8
                                    

"Seorang teman akan menahan tawanya dan membantumu bangun saat kamu terjatuh.
Tapi, teman sejati akan tertawa terbahak-bahak hingga mereka pun ikut terjatuh."
_anonim_

🍁🍁🍁🍁

"tadi ibu liat mobil pak irawan sudah pulang, coba lah cek kesana mungkin jonathan juga ikut pulang sekalian" ujar irna, ibunya jeksen yang sedang asik menuang bubur kedalam mangkok

mata jeksen melebar, dari tadi dia mondar mandir tidak jelas, perasaannya campur aduk. ia sangat khawatir sekaligus marah dan tak sabar untuk memaki sahabatnya itu.

"baiklah bu, jeksen kesana dulu" pamit jeksen tergesa gesa berjalan keluar menuju rumah dengan pagar besi besar dan kokoh tepat disebrang rumahnya

mobil mercy hitam mengkilat baru saja meluncur keluar dari sana. tampaknya pak irawan kembali ke kantornya atau mungkin ketempat lain, jeksen tidak tahu. papa jonathan itu memiliki urusan yang segudang hingga jarang sekali berada dirumah

"jonathan sudah pulang bi?" tanya jeksen pada bibi aisah yang sedang berusaha menutup pagar

bibi aisah menghentikan aktivitasnya dan membiarkan jeksen masuk "ada di dalam lagi istirahat, habis bibi kasi obat"

"sudah bi, biar jeksen saja" jeksen mengambil alih mendorong pagar itu agar tertutup, pagarnya begitu besar dan berat. tulang bibi aisah terlalu rapuh untuk melakukan pekerjaan itu

bibi aisah tersenyum lalu seketika berubah khawatir "den jonathan berkelahi lagi disekolah ya?" tanya dengan sorot mata prihatin

jeksen mengangguk pelan "ya begitulah bi" mereka berdua berjalan beriringan masuk

di ruangan tengah tampak jonathan sedang berbaring di sofa sambil bermain game

jeksen menghampirinya dengan darah yang rasanya mau naik ke ubun ubun sementara bibi aisah pergi kedapur

"apa apaan sih lo?!" bentak jeksen dengan murka ketika ia sudah berdiri di depan jonathan

jonthan mendongak, belum sempat ia menjawab, jeksen sudah membungkuk dan mencengkram rahangnya dengan kasar jonathan meringis kesakitan tapi jeksen tidak peduli ia benar benar emosi

"dasar gila!" bentak jeksen saat mendapati beberapa luka lebam disana ia benar benar tak habis pikir mengapa lelaki itu melakukan hal konyol yang bisa membunuh nyawanya seperti itu

"gue baik baik aja" jonthan menarik tubuhnya dari sandaran kursi untuk duduk. ia memasang wajah santai seakan tak mempedulikan kemarahan jeksen padanya

"baik baik apanya? lihat muka lo sekarang! gue udah bilang sama lo kemaren, kenapa lo gak mau dengerin apa kata gue?! kenapa?" jeksen mengusar kepalanya frustasi

jonathan menyengir, seolah olah dia senang diomeli begitu, bagi jonathan kemarahan jeksen adalah cara lelaki itu menunjukan cintanya dan jonthan menikmati itu

"lo mau mati? huh? kalo lo mau mati bilang dong sama gue! biar gue yang bunuh lo!" bentak jeksen sudah tak tahan lagi melihat muka tengil yang jonthan tunjukan padanya

jonathan malah tertawa lebar "lo berlebihan, buktinya gue masih hidupkan? lagian dia bukan tandingan buat gue. lo gak mungkin juga bunuh gue, karna gue tahu lo sayang sama gue ya, kan?" jonthan kembali memasang wajah petakilannya membuat jeksen benar benar ingin membunuhnya dan mengirimnya ke neraka sekarang juga

TEDUH (diary fauza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang