teduh 27

32 2 0
                                    

sesampainya di kelas dauza sudah di kerumuni oleh teman temannya, mereka semua jadi ingin tau sama kejadian kemarin lusa yang sudah di ceritakan oleh elo

"fauza, lo udah sembuh?" tanya citra duluan

fauza hanya mengangguk sambil senyum

"emm, kemarin soal jonatan...maksud gwe, lo ngak apapa kan?  tiba tiba lo pergi gitu aja" tanya sarah khawatir

"emang dasar  si jonatan itu playboy za, aku sih udah duga dari awal" timpal elo

"udahlah, kenapa jadi bahas itu sih, lagian aku kan bukan pacarnya dia juga" jawab fauza

"tapi kan... itu PHP namanya za" sambung sarah

"yaudahlah ngak usah bahas jonatan, biarin aja fauza pasti bisa menyelesaikannya, ya kan za?" lanjut citra

fauza hanya mengangguk "kemarin gimana pertandingannya el?" tanya fauza

"ma'af ya tim sekolah kita ngak bisa menang" jawab elo dengan nada menyesalnya

"ngak apa apa, lain kali pasti bisa kok" hibur fauza
"iya, betul" sambung sarah dan citra

hari itu fauza udah siap siapin kata kata jika jonatan nyamperin dia

tapi ternyata jonatan tidak masuk hari itu, entah kemana perginya lelaki itu

"jo lo ngak masuk" tanya jeksen melalui pesan whatsaap karna dia tidak melihat sahabatnya itu di sekolah
namun kayaknya jonatan tidak sedang mengang hp karna chat itu cuma ceklis satu saja.

"jeks! jeksen!" panggil fauza saat jeksen sedang mengeluarkan motornya di parkiraan ketika hendak mau pulang
fauza menyuruh teman temannya duluan dan ia bergegas menghampiri jeksen

"eh, fauza kenapa?"

"adek kamu lagi sakit ya?" tanya fauza prihatin

"tau darimana za?"

"mm, dari snap wa jonatan" jawab fauza

"ooh, iya za
sekarang masih dirawat di rumah sakit"

"kamu mau kesana?" tanya fauza lagi

jeksen mengangguk

"aku ikut ya?" pinta fauza

"boleh, tapi ngak minta izin dulu" tanya jeksen

"nanti aja lewat wa, bunda mah ngak apa apa asal ngabarin"

"yaudah ayok" ajak jonatan

fauzapun di bonceng jeksen kerumah sakit, tapi baru saja kira kira 5 menit perjalanan hujan turun sangat lebat hingga mereka harus berhenti dan berteduh

fauza menutup kepalanya dengan tas agar tidak kebasahan sambil berlari saat jeksen berhenti di depan sebuah toko yang sedang tutup. dan jeksen ikut menyusul fauza memasuki emperan toko tersebut lalu bersandar di dinding toko itu sambil menatap ke jalan raya yang di penuhi oleh percakan hujan

sementara fauza mengibas ngibas rambut serta bajunya yang sempat tertimpa air hujan

suara hujan semakin menderu deru di seratai angin kencang yang meliuk liukan pepohonan di pinggir jalan

fauza bergeser sedikit kesamping jeksen sambil memperhatikan wajah lelaki yang sedang melamun itu, ekspresinya memang tampak datar tapi bukan berarti tampa ada beban justru karna hidupnya sudah cukup banyak memikul beban hingga ia tak banyak mengeluh

seketika fauza tergagap saat matanya bertertemu dengan mata teduh jeksen yang tiba tiba balik menatapnya

"kamu kedinginan za?" tanya jeksen saat melihat fauza memangku tangannya dengan erat "di jok kayaknya ada jaket, bentar... aku ambil ya"

"ngak usah jeks" ujar fauza saat lelaki itu berlari menerobos hujan
beberapa saat saja jeksen sudah kembali dengan memeluk sebuah jaket hijau tua "pakai ini za!" jeksen menyodorkan jaket itu pada fauza

"kamu aja jeks" tolak fauza saat melihat jeksen kini sudah separuh kuyup sungguh ia merasa tidak tega pada lelaki itu

tapi tampa terduga justru jeksen langsung memasangkan jaket itu pada fauza yang membuat fauza hanya bisa terdiam,
melihat apa yang di lakukan lelaki itu, sungguh fauza ingin sekali rasanya untuk mengibas rambut atau sekedar menghangat kan tangan jeksen dengan nafasnya, seperti adegan di drama korea yang sering ia tonton
  "tapi... ah, ada apa dengan ku ini?! pungkas fauza dengan nada kecil

"kenapa za?" tanya jeksen yang tak sengaja mendengar suara fauza samar samar

fauza tersentak dan menyadari bahwa ia sedang bicara sendiri "ah, tidak... e, ngomong ngomong adik kamu sakit apa jeks?"

"kata dokter sih cuma kecapean aja za" jawab jeksen

"ooh, fauza mangut mangut "semoga ia cepat sembuh" lanjutnya

"aku kasian sama dia za, semenjak kecil beban penyakit yang di derita nya sudah terlalu berat" lanjut jeksen sambil menatap hujan dangan datar

"emang sakit apa yang dia derita dari kecil jeks?" tanya fauza dengan sedikit hati hati

"kanker darah. kalau bisa aku ingin sekali menanggung penyakit itu, biar aku saja yang merasa sakit. dia masih terlalu kecil" ucap jeksen dengan wajah yang mulai menyendu

fauza berusaha menghirup nafasnya yang terasa sesak mendengar jeksen bicara begitu "yang sabar ya jeks... mungkin tuhan punya rencana lain, kita tidak pernah tau hikmah dari setiap cobaan" ujar fuaza dengan nada prihatin

lelaki itu hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya tersenyum pada fauza, meskipun senyum itu agak terkesan di paksakan.

Remuk rasanya hati fauza melihat senyum itu, "ya tuhan kenapa begitu banyak cobaan yang engkau timpakan pada laki laki sebaik ini" ujar fauza dalam hati ia juga merasa agak menyesal menanyakan hal yang mungkin membuat jeksen kembali mengingat rasa pilunya

"oiya... kemaren bunda nanyain kamu jeks, dia bilang kamu manis, sopan juga dan dia suka.. kapan kapan mampir lah kerumah ya" ujar fauza berusaha menghibur jeksen

"hahaha bisa aja kamu za, emang ngapain bunda kamu tiba tiba ngomongin aku gitu" jawab jeksen sambil ketawa

"ih.. serius, kemaren kan aku pulangnya udah malam tuh habis dari rumah kamu, trus paginya aku jelasin ke bunda kalo aku main kerumah kamu... trus bunda bilang gitu, katanya kamu sering ngantar aku tapi ngak pernah mampir kerumah" lanjut fauza lagi

"yaudah, ntar bilangin ke camertua kapan kapan aku mampir" pungkas jeksen

"Hah?" fauza kaget saat jeksen bilang "camertua" walaupun pas kata itu agak samar samar terdengar karna derasnya hujan dan jeksen juga mengucapkannya dengan sangat cepat

"kamu ngomong apa jeks?" tanya fauza untuk memperjelas

"kapan kapan aku mampir" ulang jeksen

"bukan yang itu. sebelumnya..."

"yang mana?" tanya jeksen sambil agak menahan tawa "ooh yaudah bilang sama bunda kamu, kapan kapan aku mampir" ulangnya lagi

fauza masih tidak percaya karna dia yakin tadi jeksen bilang camertua alias calon mertua, tapi apa daya dia tidak bisa memaksa lelaki itu untuk mengakauinya...

benar atau maungkin hanya perasaan fauza saja yang jelas kata itu cukup mampu menyihir hatinya

jeksen mengulurkan tangannya untuk merasakan apakah hujan sudah benar benar berhenti "kayaknya udah reda za, kita berangkat sekarang?"

"yaudah ayok" ujar fauza
"ntar mampir ke toko buah dulu ya jeks" sambung fauza lagi ketika hendak naik ke motor jeksen yang di iringi anggukan oleh lelaki itu

sepanjang perjalan fauza dan jeksen terus mengobrol, ada banyak hal yang ingin di ketahui oleh fauza mengenai kelurga jeksen, terutama soal lily. aberapa umurnya, apa makanan kesukaannya dan sebagainya hal itu ia lakukan supaya ia bisa berteman akrab dengan adik jeksen itu karna ia merasa prihatin sekali mendengar keadaan lily yang baru berusia 9th tapi sudah harus menanggung beban penyakit separah itu

sesampainya di rumah sakit fauza disambut hangat oleh ibu jeksen, dia tampak senang sekali bisa bertemu lagi dengan fauza demikian juga hal nya dengan fauza

dan tak lupa fauza juga sedikit bercengkrama dengan lily, ia berusaha untuk menghibur gadis kecil itu










TEDUH (diary fauza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang