tangguh

53 3 0
                                    

sebenarnya sudah sedari tadi jonatan berdiri mematung di samping jeksen

terus memperhatikan lelaki yang tampak duduk di bawah sebatang pohon menikmati matahari tenggelam dari pinggir danau yang terbentang luas tak jauh di samping belakang rumahnya

tempat itu adalah tempat favorit mereka berdua sejak kecil

masih segar di ingatan jonatan, dulu di sana mereka sering bermain bersama, main sepeda, petak umpet,main layangan, kejar kejaran

hingga bahkan dulu jeksen pernah tercebur kedalam danau gara gara jonatan iseng menakutinya dengan se ekor ulat daun

saat itu jonatan sangat panik melihat kondisi jeksen yang tidak sadarkan diri hingga dia menagis terisak isak menyesali perbuatannya

namun jonatan menyadari jeksen di sana sekarang tidak hanya untuk menikmati senja

karna setelah mereka beranjak remaja, jeksen mengubah tempat itu menjadi tempat untuk menyendiri, menghilang dari peliknya masalah hidup yang dia hadapi

"bertengkar lagi dengan bokap?" jonatan ikut duduk di samping jeksen

tidak ada jawaban apa lagi menatap pada yang bertanya

lelaki itu hanya tertunduk, awan hitam berkecamuk di balik matanya yang teduh

jonatan menghela nafas melempar pandangannya ke danau lepas yang terlihat mengilau tertimpa cahaya matahari yang berlahan tenggelam

cukup lama mereka terdiam

jonatan paham betul sosok jeksen meskipun lelaki itu terlihat tegar

namun sesungguhnya jeksen adalah pribadi yang rapuh di dalam

meskipun dia pasti mampu melewati setiap liku kehidupanya dengan senyuman

dan dia adalah sosok yang kebal terhadap pelita hidup

memang kadang sulit menebak apa yang dia rasakan

dia orang yang pintar mengurung masalah dalam batin

mengubur tangisan dalam senyuman

namun tetap saja, jeksen adalah manusia biasa ada kalanya rasa sakitnya itu tertumpah begitu saja

ada kalanya ruang batinnya tak mampu lagi mengurung masalah

"aku tahu dia bukan ayah yang baik, tapi setidaknya aku punya ayah kan jo" kata kata itu terlontar dari bibir jeksen meski terdengar optimis tapi tetap saja hampa terasa

jonatan mengangguk kecil menepuk bahu sahabatnya itu dalam diam

jonatan tak sanggup membayang bila suatu saat apa yg di alami jeksen juga menimpa dirinya

dia menyadari dia tak setangguh jeksen, dia hanya anak lelaki cengeng yang terlalu di manjakan

senyuman palsu di bibir jeksen se akan mengoyak hatinya seolah olah tak ada luka disana

sungguh sahabatnya itu adalah pendusta sejati yang cukup tangguh menghadapi masalahnya sendiri_


Happy reading😘

klo aku minta vote berlebihan nga sih?🙄

hahaha yasudah lah yang ikhlas sja ya😀
yang suka ceritanya tungguin part selanjutnya ya🤗

TEDUH (diary fauza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang