4 bersahabat

60 3 0
                                    

Di depan sebuah rumah sederhana bewarna hijau muda terlihat 3 orang gadis berdiri tertegun di sana, halaman rumah itu banyak di tumbuhi rerumputan liar menandakan rumah itu tidak terawat

"sepertinya kurang enak jika kita bertiga langsung menemui sarah di rumahnya, mengingat kondisi keluarganya yang tidak baik" ujar gadis bermata sayu itu kepada kedua teman nya

"iya lo benar za, bagaimana jika kita bicara di tempat lain saja" giliran gadis mungil berambut pirang yang buka mulut dan kedua gadis di samping nya mengangguk

"ya sudah, biar gwe yang temui dia sekarang dan mengajaknya keluar. kalian tunggu di sini ya" perintah gadis bertubuh tinggi tegar dan bermata bulat itu maklum saja dia atlet basket di sekolah

dia langsung menggetuk pintu tua di depan nya dengan hati hati dan akhir nya keluar seorang gadis dengan pipi tembem ciri khasnya tampilannya terlihat acakan serta mata nya yang terlihat sembab_

"sar... kami turut prihatin atas peristiwa ini" suara itu akhirnya keluar setelah mereka duduk di kursi cafe yang mereka pilih supaya lebih nyaman untuk sarah bercerita

suara yang sedari tadi tertahan sepanjang jalan itu terdengar keluar berat dan gemetar dari bibirnya fauza

gadis layu itu memaksa kan sebuah senyum di bibirnya terlihat dia berjuang keras untuk tetap tergar di hadapan teman temannya

"jangan khawatir sar kami disini akan selalu ada untuk mu, yang sabar ya" citra berusaha menguatkan sambil mengelus rambut sahabat nya itu, meyakinkan bahwa apapun yang terjadi mereka akan menghadapi nya bersama sama

"aku nga tahu harus gimana lagi" akhirnya suara itu keluar dari bibir yang sedari tadi bungkam
"dia benar benar kejam!" berlahan bening bening kristal meluncur deras dari sudut matanya

fauza merengkuh kepala sahabatnya itu menenangkan nya dari peristiwa
pahit yang dia alami

semuanya terdiam hanya suara isak sarah yang terdengar fauza mengisyaratkan citra dan elo untuk tidak bicara dulu, sejenak membiarkan sarah melepaskan semua kesedihanya

gadis itu akhirnya bercerita panjang lebar tentang apa yang di alami keluarganya yang di iringi oleh isak tangis

melihat kondisi sarah fauza tak kuasa menahan air matanya begitupun dengan citra

sementara elo mengalihkan pandangan nya bukannya tak simpati tapi gadis yang satu ini memiliki cara tersendiri untuk sedih walau tak pernah memperlihatkannya namun sahabat nya cukup tahu apa yang ia rasakan

setelah sarah selesai menyampaikan semua keluh kesahnya fauza, citra, dan elo berusaha mencari solusi terbaik

"sar, untuk sementara bagaimana jika kamu tinggal sama kita saja dulu. tidak mungkin kan kamu ikut ibu mu ke jogja sayang sama sekolah mu sar jika harus patah di tengah jalan" ujar elo menawarkan solusi

"iya benar tu sar, setidaknya sampai kita uas. setelah itu kamu bisa susul ibu mu" tambah fauza

gadis malang itu menatap ketiga sahabatnya dengan hampa

"aku nga mau ngerepotin kalian" ujarnya

"nga ngrepotin kok sar, apa gunanya kita sahabat jika tidak saling membantu... ayolah sar, kamu bisa tinggal di rumah ku, orang tua ku tidak akan keberatan kok" citra berusaha meyakin kan sarah

namun gadis itu hanya terdiam

"ayolah sar... kamu nga mau menganggap kami sahat mu" bujuk elo

"benar tidak apapa cit? aku tidak mau menambah beban orang tua mu" akhirnya gadis itu bicara dengan sedikit enggan

TEDUH (diary fauza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang