"yaudah" jeksen menatap surat itu sekali lagi dengan mata kosong selum ia memasukan benda itu kedalam tas nya, "makasi za!" gadis itu tampak menoleh sambil melempar senyum, rambutnya yang hitam pekat terurai lembut mengiringi langkah demi langkah kakinya menjauh
*****
jeksen menancap gas motornya menuju rumah sakit, hari ini adik nya sudah di bolehkan pulang. tak dapat di pungkiri hatinya terasa sangat lega menyaksikan wajah lily yang sudah kembali segar dan berseri, alangkah senang nya juga hati jonatan, jika lelaki itu ada disana tapi... kini masalahnya menjadi berbeda, jonatan tidak sudah tidak pernah lagi mengunjungi lily, dia berubah, dia tidak seperti jonatan biasanya...
lily sering menanyakan lelaki yang sudah ia anggap seperti abang nya sendiri itu, namun jeksen terpaksa menjawab nya dangan berbohong, ia tidak ingin lily kecewa."kamu ada masalah apa sama jonatan nak?" tanya ibu jeksen pelan
jeksen hanya menggeleng
"kalian jangan samapai berantem, ibu gak suka liat kayak gini, kamu tau kan keluarga jonatan sudah berbuat banyak pada kita, ibu takut kita di kira tak tau terimakasih" ujar wanita paruh baya itu
"ibu...
jeksen menatap ibunya dengan seksama "aku tidak pernah sedikitpun berniat buruk pada jonatan, ibu tau kan selama ini aku selalu mengalah dalam hal apa saja padanya. aku sama sekali tidak terpakasa bu... jontan sudah sangat baik pada kita, aku selalu sadar posisi kita, tidak mungkin terbesit sedikitpun di hati ku untuk berbuat buruk. ibu percaya kan? ibu percaya jeksen kan bu?" mata jeksen mulai berkaca kacawanita itu mengangguk sambil mengusap puncak kepala putranya itu, ia tahu persis bagaimana sifat jeksen
ia merasa kasihan melihat puntra nya itu murung beberapa hari ini, mungkin ia tertekan karna jonatan menjauhi dirinya tampa sebab dan alasan yang jelas.dari balik jendela kamarnya mata jeksen dapat melihat jelas ke rumah yang ada di sebrang rumahnya, biasanya hampir tiap hari jeksen datang kesana tapi kini rumah itu tampak sepi
jeksen tersentak dari lamunannya dan bergegas keluar saat melihat bi siti sang asisten rumahtangga keluar dari rumah itu
"mau kemana bi?" tanya jeksen saat wanita paruh baya itu menutup pintu pagar
"eh, jeksen... bibi mau kepasar nih" jawabnya
"ooh, mama belum pulang ya bi?" ya begitu lah jeksen memanggil mama jonatan, karna sedari kecil tetangganya itu sudah menganggap jeksen seperti anaknya sendiri sampai sampai disuruh panggil mama juga
"belum, nyonya sama tuan baru pulang besok. kalo den jonatan palingan pulangnya nanti malam.
eh...
eh jeksen lagi berantem ya sama den jo? kok udah jarang main kerumah?" tanya bi siti curigajeksen tampak sedikit menunduk
"saya gak tau bi, jonatan tiba tiba ngejauhin saya, saya juga gak tau salah saya apa..." pungkasnya"ooh.."
wanita paruh baya itu mengut mangut
"bibi juga binggung atuh, nyonya sering telpon nanyain den jo sama jeksen, trus... den jo suruh bibi bohong sama nyonya" raut wajah bi siti tampak sedikit murung dan tertekan"bohong gimana bi?" tanya jeksen binggung
"itu...
nyonya sering telpon nanyain den jo ada di rumah apa enggak, trus kalo pulang sekolah langsung pulang apa nggak? mainnya sama jeksen apa gak? gitu..
trus, den jo suruh bibi bohong sama nyonya
ya bibi harus gimana atuh...""ooh, gimana ya saya juga bingung kalo gitu bi...
sekarang jonatan nya dimana bi?""itu dia bibi gak tau, dari kemarin belum pulang. tadinya bibi juga mau nanya. bibi jadi khawatir nanti kalo ada apa apa sama den bibi takut di salahin..."
"bibi tenang aja, nanti jeksen coba cari dia ya"
"nanti kalo ketemu suruh pulang ya jeks,
yaudah bibi mau kepasar dulu""iya bi, hati hati..."
jeksen tak habis pikir, apa yang di lakukan jonatan di luar sana, sampe sampe gak pulang kerumah, dia tidur dimana? biasanya dia tidak begitu tapi akhir akhir ini dia berubah drastis, kembali ke sifat sifat nya yang dulu padahal jeksen sudah berusaha sebisa mungkin merubah sifat sahabatnya itu
di sebuah dapur yang cukup sederhana seorang wanita muda sedang asik memasak di temani oleh alunan piano dari hp yang terletak di kantung celana panjangnya, sesekali ia tampak bersenandung mengikuti irama musik
"bunda..." fauza menatap punggung wanita muda itu, dengan sepatu yang masih ia tenteng di tangan kirinya
"udah pulang za?" sahut wanita itu sambil terus mengaduk masakannya
fauza menghela nafasnya dalam dalam "bunda..." ujarnya lagi dengan nada sedikit serius dan akhirnya wanita itu berbalik menatapnya
"kenapa?.." tanya nya pasrah sambil meraih hp di kantong dan mematikan musiknya
"kemaren...
waktu itu, bunda ngomong apa aja sama jonatan?" tanya fauza pelanwanita itu menyerngitkan dahi tampak berfikir sejenak "hmm, gak ngomong apa apa tuh, kan bunda udah cerita semua. kenapa tiba tiba nanyain itu?"
lagi lagi fauza menghela nafasnya dalam dalam, dari beberapa hari yang lalu pertanyaan itu menyeruak di benaknya tepatnya semenjak jonatan tidak lagi menyapa dirinya,
fauza paham betul bagaimana tanggapan ibunya soal jonatan, memangnya apalagi yang di harapkan oleh seorang ibu terhadap putrinya, namun fauza yakin ibunya tak memahami soal itu, ibarat kata jangan menilai seseorang hanya dari omongan orang lain
entah mengapa dia ingin sekali rasanya membela lelaki itu dari anggapan anggapan buruk ibunya
disela sela hening, angin musim menusuk masuk melalui celah celah jendela, semenentara fauza berkutat dengan buku buku di meja belajarnya
rangkai demi rangkai kata coba ia bangun menjadi sebuah ingatan dan pengetahuan hingga akhirnya rubuh tampa puing puing sedikit pun
"haaah!" dan ia menyerah
"mengapa selalu jonatan, jonatan dan jonatan?" jeritnya dalam hati karna ia sudah sesak dengan pikiran pikiran mengenai lelaki itu"atau memang haruskah aku membahas ini? kenapa dia menjauhi ku.. apakah dia membenci ku? salah apa aku? apa aku terlalu kekanak kanakan? atau, apa mungkin bunda bilang sesuatu padanya... sehingga dia menjauhi ku begini
atau mungkin dia..
dia cemburu? Hah?
CEMBURU? pada JEKSEN? mana mungkin.. tidak.. tidak mungkin" gadis itu terus berdebat dengan pikirannya sendiri, memberikan pernyataan lalu membantahnya pula"aku tidak peduli, dia mau membenci ku atau tidak tertarik lagi pada ku, tapi dia tidak boleh menjadi pencung lagi, dia tidak boleh seperti itu, aku harus tau keberadaannya" fauza meraih hp yang terletak di meja ia berniat menghubungi sarah mungkin saja sarah tau sesuatu dari aji
"gwe kurang tau juga sih za..."
"cuma aji sih pernah bilang kalo jonatan sering main ke sekolahnya"
"nanti gwe cuba tanyain lagi ya"
ya, begitulah jawaban dari sarah
KAMU SEDANG MEMBACA
TEDUH (diary fauza)
Teen FictionMA'AF KALO BERANTAKAN, DALAM PROSES REVISI fauza adalah cewek biasa yang super cuek dan pendiam namun mampu membuat dua cowok sekaligus jatuh hati pada dirinya, cowok itu adalah jonathan dan jeksen yang ternyata memiliki segudang cerita tentang pers...