kecewa lagi. jeksen selalu ada

48 2 0
                                    

sesampainya di lapangan ternyata pertandingan antara team putra sudah usai, namun fauza tidak dapat menemui sosok jontan hingga beberapa saat kemudian matanya menangkap kerumunan dimana jonatan berada di tengah tengah beberapa orang temannya mereka tampak bergembira karna mungkin team sekolah menang

fuaza bergegas menghapiri sekedar untuk mengucapkan selamat

namun langkahnya terhenti menatap nanar kesana ketika melihat jonatan memegang kue ulang tahun, dan beberapa saat kemudian gadis yang berada di hadapan nya tersebut memeluknya

tiba tiba jantung fauza terasa berhenti berdetak dan air matanya langsung teruraui membasahi kedua pipinya

kesalahan terbesarnya adalah ketika saat dilema dia malah memilih untuk percaya,
tetap melangkah walau dia suadah tau akhirnya akan sia sia
dan taksalah jika begini akhirnya

akhir yang dia sudah tau semenjak dia memutuskan

namun masalahnya selama ini dia juga menjadi orang munafik yang berpura pura tak mengetahuinya

dia tahu akhirnya akan begini tapi dia tetap saja melangkah maju

"sungguh bodoh"

dia segera berbalik dan kakinya berlari menjauh membawa kepiluan

jeksen sedang menaruh ropi kerjanya dan bersiap siap pulang kerumah setelah selesai bekerja,

tiba tiba saja fauza datang dan langsung memeluk tubuhnya

sungguh dia sangat kaget melihat apa yang di lakukan gadis itu dengan air mata yang membasahi pipinya

tampak nya fauza tidak peduli dengan pengunjung yang ada di sana perasaan sakitnya membuat dia tidak bisa mengendalikan diri

hanya isak tangis yang terdengar darinya, dan air mata yg berlahan membasahi kemeja yang di kenakan jeksen

"hei... kanapa? ujar jeksen panik

fauza menegadahkan kepalanya dan menatap mata teduh lelaki itu

"bawa aku pergi.... bawa aku pergi kemana pun jeks" pintanya dalam isak

motor satria FU biru hitam itu membelah jalan petang dengan fauza yang melingkarkan tangannya dengan erat dipinggang lelaki itu

"kemana kita akan pergi?" tanya jeksen

"kemana saja" jawab fauza singkat

setelah cukup lama melintasi jalan panjang akhirnya sampailah mereka di tepi danau dimana tempat biasa jeksen menyendiri yang sebenarnya tak jauh dari rumahnya

mereka berdua duduk di bawah pohon menikmati matahari senja yang menguning

fauza menyenderkan kepalanya ke pundak jeksen dan memegang erat tanagan lelaki itu, pandangannya dia hempaskan kedanau lepas

"apa yang terjadi?" apa dia menyakiti mu?" ujar jeksen pelan

"tidak,

aku lah yang menyakiti diriku sendiri" jawab fauza datar

jeksen menghela nafas dalam dan hanya diam ikut memandangi hamparan danau lepas, membiarkan gadis itu menengkan dirinya

"jeks,

"iya,"

"apa kamu mencintai ku?" ujar fauza yang terdengar asing
dia tidak seperti fauza sebelumnya yang cendrung tertutup tapi kali ini dia mengatankan hal tersebut dengan tenang

jeksen cukup kaget mendengarnya namun dia berusaha untuk memahami

"kenapa kamu bertanya seperti itu?" jeksen balik bertanya

TEDUH (diary fauza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang