dingin

40 3 0
                                    

Matahari pagi mulai menyinari bumi, fauza sudah siap untuk berangkat kesekolah namun hari yang cerah masih terasa dingin bagi fauza di sebabkan oleh senyum munafik yang tergambar jelas di wajah banyak orang

dia bergegas pamitan pada bundanya dan segera berangkat, namun pikirannya tiba tiba teringat sesuatu yang membawa arahnya ke sebuah cafe yang tak jauh dari rumahnya itu,

di sana fauza berlahan memperhatiakan semua nya,
hari masih pagi tak banyak pengunjung dan mereka pun tampak nya baru saja buka,

namun mata sayu fauza menangkap sesosok yang dia cari, lelaki yang sedang melap meja itu tampak rajin sekali datang pagi pagi untuk bekerja

fauza terus memperhatikanya dengan seksama lalu hatinya mulai terasa sesak
jika jauh sebelumnya jeksen bekerja sepulang sekolah namun kenapa sekarang dia mengorbankan waktu sekolahnya untuk bekerja

ingin sekali rasanya fauza menghampiri kesana menanyakan kenapa dia melakukan ini, mendengar seluruh beban pikiran yang sedang di pikul oleh lelaki itu

namun apa boleh buat fauza hampir tak punya keberanian untuk menghampirinya, kakinya terasa canggung untuk melangkah
dan akhir nya hanya berlalu dari sana

sesampai nya di sekolah ternyata bel masuk sudah berbunyi yang membuat ia bergegas untuk segera masuk

di hari ini justru citra juga ikut tidak masuk, entah apa alasannya bahkan dia tidak mengatakan apa apa pada sarah

"pada saat aku bangun di sudah pergi, orang orang di rumah tidak ada yang tahu dia pergi kemana pagi pagi sekali" ujar sarah

fauza hanya terdiam hening semakin hari dunia terasa semakin hampa satu persatu orang yang dia sayanginya menjauh dan menyendiri karna persoalan hidup yang mereka tanggung

sepulang sekolah fauza bergegas pergi kesebuah tempat dimana dia paham betul adalah tempat satu satunya untuk menemui citra

di ruang sinema yang sedikit cahaya tampak seorang gadis duduk dengan seksama menikmati flemnya,

ya, dia adalah citra entah sudah berapa lama dia berada di sana yang jelas sarah bilang di meninggalkan rumah pagi pagi sekali

berlahan fauza menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya,

"flemnya bagus" ujar fauza

citra hanya menghela nafas dan tersenyum sambil menganggukan kepalanya

fauza tak mengerti apa yang harus dia lakukan pada sahabatnya ini, ingin rasanya dia marah dan menceramahinya kenapa dia bolos sekolah, tapi itu hanya akan menambah beban pikiran gadis itu, yang dia butuhkan adalah waktu untuk bisa membuat hatinya tenang

"aku merindukan saat saat seperti ini, diman kita menonton flem bersama ujar citra gamblang, kamu tau flem nya sangat menghibur aku tak bisa menahan tawa sepanjang hari" ujarnya lagi yang di sambung oleh jalannya cerita flem yang sedari tadi dia tonton dengan di selingi tawa terkekeh kekeh

fauza terus memandanginya dengan sedikit senyuman yang di paksakan
hingga gadis itu akhir nya berhenti mengoceh dan terisak isak dalam tawa entah dia tersenyum ataukah dia menangis sulit untuk membedakannya,

fauza mencoba membuat sahabatnya menjadi nyaman dengan merangkul gadis itu kepundaknya

"aku sudah mencoba ikhlas tapi itu sulit za, foto mereka terpajang di kamarku" ucapnya pelan

TEDUH (diary fauza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang