kemana jonthan?

79 3 0
                                    

Jam sudah menunjukan puluk 9 malam di luar terlihat hujan turun deras memecah keheningan malam

fauza masih termangu menyender di terpat tidurnya matanya belum mau terpejam hingga dia memilih melamun sambil memperhatikan butir butir hujan lewat jendela pikirannya pun melayang kemana mana

sesekali di liriknya hp yang sejak dari tadi membisu di atas meja

hingga tak tahan lagi di raihnya hp itu
kali aja volume nya tak segaja dia kecilkan

tapi, ternyata tidak. semuanya masih normal hanya saja memang sepi

tidak seperti malam malam sebelumnya

"dia kamana ya?" ujar fauza dalam hantinya wajahnya tampak sendu

"ah, kenapa aku jadi gini...!!"
pekiknya sambil menepuk nepuk kedua pipinya berusaha menormalkan pikiran namun bukannya berhasil malah rasa kesal, jengkel campur aduk terus saja menghantui pikirannya

suara brisik jam beker berlahan membuka mata fauza dari tidurnya di lihatnya jarum jam itu pukul 6 : 30 lalu di liriknya layar hp yang sudah di tangannya dari semalam dia menunggu benda itu berdering hingga dia tidak tau kapan dia tertidur namun hingga sekarang masih tidak ada apa apa di sana

fauza menghembuskan nafas dalamnya hampa lalu ia beranjak kekamar mandi dan bersiap siap ke sekolah_

suasana campur aduk ketika fauza sampai di kelas di sana terlihat citra dan elo sedang membicara kan sesuatu entah apa itu, yang jelas wajah mereka tampak serius

fauza melangkah menghampiri mereka berdua

"lagi ngomongin apasih? serius amat?" fauza ikut mengambil tempat duduk di sana

"eh za, lo udah tau belom" tanya elo antusias

"tahu apa?"

"sarah za" sambungnya lagi

"kenapa sarah?" fauza tiba tiba menegang ketika menyadari temannya itu tak ada di sana, takut ada hal yang buruk terjadi pada gadis itu

"sarah hari ini nga masuk, dia lagi ada musibah za," lanjut elo

"dia kenapa!?" fauza mulai tak tenang

"dia nga papa kok, cuma ayah sama ibunya kemarin cekcok hingga katanya ayah nya itu sempat mukul ibunya" elo menyampaikan beritanya pada fauza dengan nada prihatin dan citra mengangguk kecil

"astaga! trusss...."

"orang tuanya bakal pisah dan sarah mau ikut ibunya ke jogja"

"loh... tapi kan.. trus gimana sama sekolahnya? nga mungkin pindah juga kan karna bentar lagi kita kan mau uas" sambung fauza tak mengerti

"nah itu masalahnya za, sekolah tak akan mau mengasih izin pindah. lagian aku juga nga siap pisah sama sarah secepat ini" citra angkat bicara wajahnya memancarkan ke sedihan

ketiga sahabat itu terlihat tertunduk diam dengan pikiran masing masing

"kasian sarah, pantesan waktu itu dia terlihat sering melamun. ternyata dia ada masalah keluarga" ucap fauza dengan nada prihatin. "kita harus bantu dia" lanjutnya lagi dengan lebih semagat

"lo bener za, kita harus bantu selesaikan masalah nya" kini citra terlihat lebih optimis

"gimana kalo nanti pulang sekolah kita langsung kerumahnya untuk mencari solusinya" usul elo

"oke," fauza dan sarah serentak mengangguk setuju

"kringggg... kringggg..."

akhirnya bel itu berbunyi juga, menandakan waktu istirahat sudah tiba setelah berjibaku selama kurang lebih 3 jam dengan pelajaran

siswa siswa segera berhamburan keluar menyerbu kantin tak sabar menyantap makan siang karna perut mereka yang sudah keroncongan

fauza bergegas memasukan buku buku kedalam tasnya karna citra dan elo sudah menunggu nya di depan pintu

"ada yang senang karna menang nih" ujar seorang lelaki menghampiri dirinya membuat niatnya segera menyusul teman temannya itu tertunda

"eh, za kami duluan ya" teriak elo dan citra yang tampak genit dengan sengaja meninggalkan nya begitu saja

"eh,..." bercuma mereka berdua sudah tak tampak lagi

di tatapnya mata tajam lelaki di depanya itu dengan jantung yang mulai berdebar

"kemaren kemana aja?" balas fauza dengan wajah sewot

"ada kok" jawab jonatan

"ada dimana?"

jonatan terdiam tak ingin menjawab pertanyaan fauza

"bolos itu nga baik!" lanjut fauza melihat jonatan terdiam

"iya maaf," gumam jontan dengan nada kecil
"chiee.. baru sehari di tinggal saja udah kangen" lanjutnya menggoda fauza

"ih... siapa coba yang kangen!" tandas fauza dengan senyum yang dia tahan "inget kalah!" timpalnya lagi

"hmm, iya sekarang kamu boleh hukum aku deh" akhirnya jonatan mengaku kalah dengan wajah nya yang sengaja di lemesin

fauza tersenyum lebar "hmm... hukumannya apa ya?... jawahnya terlihat berfikir

"eh, makan dulu yuk! laper nih..." ujar jonatan mengalihkan pembicaraan

"truss hukuman nya?"

"iya, nanti aja ya" rayu jonatan

"hmm yaudah deh"
mereka berdua berjalan beririnagn ke kantin

sesampainya di kantin fauza bergegas bergabung dengan citra dan elo yang sudah duluan di sana tampa mempedulikan jonatan,
dia berniat memaki kedua temannya itu karna sudah meninggalkan nya begitu saja_

TEDUH (diary fauza)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang