1. Rindu

874 52 14
                                    

(REPOST, DENGAN ALUR BERBEDA)

" Nick, Bunda udah lama engga ngunjungin kita " Micky, anak tampan itu berubah mellow saat melihat, Dean teman sekelasnya dijemput oleh Ibunya. Kakaknya, yang akrab dipanggil Nick itu tersenyum simpul pada adiknya.

" Aku lebih rindu Ayah, ayo kita kekantornya " Ajaknya namun tak membuat adiknya itu tersenyum. Kakaknya yang umurnya hanya terpaut beberapa menit itu mengusap punggung adiknya agar tak menangis

" Apa kita yang harus ngunjungin Bunda sendiri? " Tanyanya dengan pelan , parkiran sekolah sudah sangat sepi hanya tinggal beberapa siswa lagi yang menunggu dijemput, Kakaknya melotot pada adiknya lalu menggelengkan kepalanya dengan keras.

" Kamu mau Ayah marah lagi sama kita? " Ya, bulan lalu Ayahnya berhasil menyeret mereka berdua setelah mengetahui rencana anaknya yang diam-diam menemui Bundanya. Dan Nicky tidak mau hal itu terjadi lagi, Bundanya pasti akan mengunjunginya, dia pasti tengah sibuk dengan karir juga segudang jadwalnya seperti yang selalu dibilang oleh Ayahnya.

" Tapi aku kangen sama Bunda "

" Aku juga kangen Mick, kangen banget " Melihat adiknya yang hampir menangis ia jadi tak tega, kakaknya membawa Micky menuju mobil yang sudah menjemputnya. Mungkin bertemu dengan Ayahnya dan memintanya baik-baik akan meluluhkan hatinya, lagipula sekarang sudah hampir sebulan, ponsel Bundanya tidak pernah aktif, pernah diam-diam ia datang keapartemennya namun sama sekali tak ada jawaban, mereka hanya takut Bundanya kenapa-kenapa tanpa sepengetahuannya.

" Pak Ujang, tolong anterin kita ke kantor Ayah ya " Pinta Nicky, Micky diam-diam menangis.  Supir yang sudah mengabdi lama pada keluarganya melihat adiknya yang hanya diam sambil menunduk.

" Tapi Nyonya Maria minta kalian langsung dianter  pulang "

" Nanti aku yang bilang sama Grandma " Supir tersebut mengangguk, pria itu langsung menyalakan mobilnya dan melanjutkan perjalanannya menuju kantor Tuannya. Ia merasa iba dengan nasib keduanya, mereka harus ditinggal oleh Ibunya setelah pertengkaran yang tak sengaja didengarnya. Entah apa yang mereka debatkan sampai pagi itu keduanya menangis meraung-raung karena tak mendapati Ibunya dikamarnya.

****

Sulli sudah menekuni dunia model hampir sepuluh tahun lamanya. Selama itu juga tidak ada pihak manapun yang dirugikan olehnya. Ia bekerja sesuai aturan, sesuai kontrak, tidak ada pakaian seksi, tidak ada pakaian terbuka, hidupnya sudah diatur sedemikian rupa oleh prianya. Dan entah apa yang membuat pria itu tak percaya padanya. Sudah enam bulan lamanya mereka berpisah, tiada hari yang bisa ia lalui tanpa kehadiran Minho. Hidupnya hampa, ditambah ia tak boleh bertemu lagi dengan Nicky dan Micky. 

Kini dirinya sudah duduk didepan Minho , pria itu tampak sibuk dan seperti biasanya pria itu selalu mengacuhkan kehadirannya. Masih ingat sekali dibenaknya bagaimana Minho mengusirnya dari rumah di malam yang tengah hujan badai enam bulan yang lalu itu. Minho melempar kasar foto dirinya dengan model pria yang kala itu bekerja sama dengannya membintangi beberapa iklan.

Mereka memang bersama namun bukan diartikan Sulli menjalin hubungan dibelakangnya, itu tuntutan, itulah kerjasama yang tertulis, padahal Minho sudah menyetujuinya untuk bekerja sama untuk membintangi iklan tersebut. Tapi kenapa pria itu harus marah dan semurka itu, bahkan ia diusir dari rumah.

Sekarang Sulli benar-benar tak punya siapapun, kedua orang tuanya memang telah tiada, menjadi anak satu-satunya dikeluarga membuat Sulli tak punya sanak saudara untuk dijadikan teman berkeluh kesah. Tiga bulan yang lalu ia berhenti dari karirnya, ia meninggalkan semuanya tanpa tersisa. Ia menghabiskan kontraknya , bersyukur karena gajinya ia kumpulkan untuk membeli sebuah apartemen setelah meninggalkan rumah suaminya, rumah mereka, dan kenangannya, terlebih buah hatinya yang sangat dirindukannya.

The Cold Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang